“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 10 Agustus 2012

1 Raja-raja 19:4-8 (Khotbah Epistel)

Firman Allah Sumber Kekuatan

Pendahuluan
Dalam kisah sebelumnya (18:20-40), Elia secara luar biasa dan mengagumkan telah menantang, mengalahkan dan membunuh nabi-nabi Baal yang berjumlah 450 orang. Namun, saat ratu Izebel memerintahkan untuk membunuhnya, ia lari ketakutan.

Pantaskah seorang nabi yang baru memenangi pertarungan hebat, ketakutan oleh ancaman seorang perempuan? Itu mungkin pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita ketika membaca kisah ini Betapa tidak, ketakutan Elia sangat tidak masuk akal. Bukankah Baal sudah tidak berkutik lagi? Lalu apa makna ancaman Izebel? Bukankah sebetulnya ancaman Izebel  itu adalah kosong belaka.

Keadaan ini memperlihatkan bahwa Elia tidak hanya ketakutan, tetapi juga kehilangan kemampuan berpikir secara nalar untuk menganalisa pernyataan Izebel. Walaupun ia sudah sampai ke Bersyeba (wilayah Yehuda yang jauh dari Yizreel), ia masih merasa perlu  masuk ke padang gurun yang sehari perjalanan jauhnya. Ketakutannya terus mempengaruhi dan menguasainya hingga ia putus asa dan ingin mati.

Penjelasan
Dalam Firman ini dikatakan bahwa Nabi Elia mengalami sesuatu yang berat. Sebelumnya Elia mengalahkan nabi-nabi baal seorang diri, tapi oleh kata-kata seorang perempuan bernama Izebel, ia mengalami ketakutan, lalu pergi ke padang gurun. Ia berjalan  sehari perjalanan jauhnya lalu duduk di bawah pohon arar. Ia putus asa dan ingin mati.

Kalau kita perhatikan secara seksama, sesungguhnya nabi Elia saat itu telah kehilangan sikap iman. Dia mulai meragukan pertolongan Allah.  Bagaimana mungkin seorang nabi yang begitu diberkati dan dilindungi oleh Allah dengan cara yang luar-biasa dapat kehilangan keyakinan iman saat dia diancam oleh seorang perempuan? Mengapa nabi Elia begitu lemah dan tidak percaya kepada penyertaan Allah? Selain itu mengapa nabi Elia harus meninggalkan tugas pelayanannya dengan memilih untuk melarikan diri ke padang gurun? Sehingga Allah bertanya kepada nabi Elia saat dia bersembunyi di padang gurun, yaitu: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1 Raj. 19:9). Dalam konteks ini tidaklah keliru jikalau kita mengatakan bahwa nabi Elia saat itu tidak menjadi penurut-penurut Allah. Dia melarikan diri dan meninggalkan tugas utama yang dipercayakan Allah kepadanya. Sebab nabi Elia  waktu itu mengambil keputusan untuk bertindak mengikuti dorongan “psikologis” manusiawinya karena secara sosiologis dia merasa terancam dan takut dibunuh. Tetapi sama sekali tidak terlihat sikap teologis atau iman yang ditampilkan oleh nabi Elia saat dia menghadapi ancaman dari ratu Izebel, misalnya nabi Elia tidak berdoa dahulu dan bertanya kepada Allah apa yang harus dia lakukan. 

Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu, sirna begitu saja. Krisis rohani membuat dia terputus dengan Sumber segala kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja. Mengapa Elia sampai kepada krisis yang demikian parah? Mulai dari ancaman Izebel hingga Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman itu bukanlah “Allah” namun “ancaman” itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar dan tak terpecahkan.

Namun Allah yang disembah Elia adalah Allah yang luar biasa. Elia mendapatkan 'sedikit' kekuatan ketika Allah menghampiri dan 'melayani'nya. Allah yang penuh kasih, mengerti dan penuh perhatian. Lalu Allah mengutus malaikatNya untuk menyentuh nabi Elia dengan penuh kasih dan menyuruhnya untuk makan dan minum. Elia bangun dan melihat ada roti bakar dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan, minum dan tertidur lagi.

Allah kembali mengutus malaikatNya untuk menyentuh Elia, menyuruhnya makan dan minum. Inilah bukti bahwa Allah tidak pernah berubah. Allah tetap menyatakan kebaikan, kuasa, pertolongan, mujizat dan kasihNya kepada Elia. Allah kita memang tidak pernah berubah, kasihNya selalu dinyatakan dalam kehidupan kita (Ibr. 13:8). Setelah makan dan minum itu, Elia sanggup melanjutkan perjalanannya 40 hari 40 malam hingga sampai ke gunung Allah/gunung Horeb.

Refleksi
Ada sebuah dongeng tentang seorang raja yang ingin menguji rakyatnya. Ia meletakkan sebuah batu besar di tengah jalan. Orang pertama yang lewat, menggerutu lalu berbalik dari jalan itu. Orang kedua, mengeluh dan memilih mengitari batu. Sedang orang ketiga, ia berpikir sebentar lalu menyingkirkan batu besar itu agar tidak menjadi penghalang. Hasilnya, bukan saja tidak ada lagi penghalang di jalan tersebut, tetapi ternyata Raja telah menyediakan hadiah besar bagi siapa saja yang menggulingkan batu tersebut. Inti cerita ini adalah setiap orang bisa memilih mundur, menghindari, ataupun menghadapi tantangan. Di setiap tantangan yang berhasil dihadapi, ada berkat-berkat tersembunyi yang menanti.

Dalam kisah ini, Elia mengeluh tentang permasalahan yang ia hadapi. Ia bahkan ingin mati saja daripada harus bertahan dalam cobaan itu. Allah sungguh mengerti keadaan Elia. Namun Dia bukanlah meluluskan keinginan Elia untuk mati, tapi malah mengirim malaikatnya untuk menyediakan makanan dan minuman; bukan hanya agar Elia kenyang, tetapi agar ia tetap hidup dan menjadi kuat untuk melanjutkan pergumulan dan karya Allah yang dinyatakan dalam hidupnya.

Cobaan yang mendera bertubi-tubi mungkin membuat Elia dan kita ingin mati rasanya. Namun, ingatlah bahwa Tuhan menyediakan pertolongan dan berkat-berkat tersembunyi di balik semua itu.

Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami krisis rohani karena berbagai pergumulan dan tantangan yang terjadi. Namun jangan lupa satu hal, dalam menjalani kehidupan ini, janganlah sekali-kali kita memutuskan tali persekutuan kita dengan Allah walau apa pun yang terjadi, agar mata dan pikiran kita selalu terfokus kepada-Nya dan bukan kepada tantangan dan pergumulan itu.

Yesus Kristus adalah Roti Hidup dan Air Hidup, barang siapa makan dan minum daripadaNya akan hidup selamanya. Untuk mendapat Firman Allah dan Kuasa Allah, ada tindakan yang harus kita lakukan yaitu berbakti, memuji Tuhan dan menerima Firman Allah. Setiap kita datang berbakti, kita menerima Firman dan Kuasa Allah yang menuntun dan memampukan kita menjalani hidup. Tanpa keduanya, kita tidak akan mampu, kita akan lelah dan putus asa seperti Elia. Amin.

(dari berbagai sumber)

Postingan Terkait



0 komentar: