Firman Allah Sumber
Kekuatan
Dalam kisah sebelumnya (18:20-40), Elia secara
luar biasa dan mengagumkan telah menantang, mengalahkan dan membunuh nabi-nabi
Baal yang berjumlah 450 orang. Namun, saat ratu Izebel memerintahkan untuk
membunuhnya, ia lari ketakutan.
Pantaskah seorang nabi yang baru memenangi
pertarungan hebat, ketakutan oleh ancaman seorang perempuan? Itu mungkin pertanyaan
yang timbul dalam pikiran kita ketika membaca kisah ini Betapa tidak, ketakutan
Elia sangat tidak masuk akal. Bukankah Baal sudah tidak berkutik lagi? Lalu apa
makna ancaman Izebel? Bukankah sebetulnya ancaman Izebel itu adalah kosong belaka.
Keadaan ini memperlihatkan bahwa Elia tidak
hanya ketakutan, tetapi juga kehilangan kemampuan berpikir secara nalar untuk
menganalisa pernyataan Izebel. Walaupun ia sudah sampai ke Bersyeba (wilayah
Yehuda yang jauh dari Yizreel), ia masih merasa perlu masuk ke padang gurun yang sehari perjalanan jauhnya.
Ketakutannya terus mempengaruhi dan menguasainya hingga ia putus asa dan ingin
mati.
Penjelasan
Dalam Firman ini dikatakan bahwa Nabi Elia
mengalami sesuatu yang berat. Sebelumnya Elia mengalahkan nabi-nabi baal
seorang diri, tapi oleh kata-kata seorang perempuan bernama Izebel, ia
mengalami ketakutan, lalu pergi ke padang gurun. Ia berjalan sehari
perjalanan jauhnya lalu duduk di bawah pohon arar. Ia putus asa dan ingin mati.
Kalau kita perhatikan secara seksama,
sesungguhnya nabi Elia saat itu telah kehilangan sikap iman. Dia mulai
meragukan pertolongan Allah. Bagaimana mungkin seorang nabi yang begitu
diberkati dan dilindungi oleh Allah dengan cara yang luar-biasa dapat
kehilangan keyakinan iman saat dia diancam oleh seorang perempuan? Mengapa nabi
Elia begitu lemah dan tidak percaya kepada penyertaan Allah? Selain itu mengapa
nabi Elia harus meninggalkan tugas pelayanannya dengan memilih untuk melarikan
diri ke padang gurun? Sehingga Allah bertanya kepada nabi Elia saat dia
bersembunyi di padang gurun, yaitu: "Apakah kerjamu di sini, hai
Elia?" (1 Raj. 19:9). Dalam konteks ini tidaklah keliru jikalau kita
mengatakan bahwa nabi Elia saat itu tidak menjadi penurut-penurut Allah. Dia
melarikan diri dan meninggalkan tugas utama yang dipercayakan Allah kepadanya.
Sebab nabi Elia waktu itu mengambil keputusan untuk bertindak mengikuti
dorongan “psikologis” manusiawinya karena secara sosiologis dia merasa terancam
dan takut dibunuh. Tetapi sama sekali tidak terlihat sikap teologis atau iman
yang ditampilkan oleh nabi Elia saat dia menghadapi ancaman dari ratu Izebel,
misalnya nabi Elia tidak berdoa dahulu dan bertanya kepada Allah apa yang harus
dia lakukan.
Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan
bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga
pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu,
sirna begitu saja. Krisis rohani membuat dia terputus dengan Sumber segala
kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja. Mengapa
Elia sampai kepada krisis yang demikian parah? Mulai dari ancaman Izebel hingga
Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti
pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan
pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman
itu bukanlah “Allah” namun “ancaman”
itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar dan tak terpecahkan.
Namun Allah yang disembah Elia adalah Allah
yang luar biasa. Elia mendapatkan 'sedikit' kekuatan ketika Allah menghampiri
dan 'melayani'nya. Allah yang penuh kasih, mengerti dan penuh perhatian. Lalu
Allah mengutus malaikatNya untuk menyentuh nabi Elia dengan penuh kasih dan
menyuruhnya untuk makan dan minum. Elia bangun dan melihat ada roti bakar dan
sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan, minum dan tertidur lagi.
Allah kembali mengutus malaikatNya untuk
menyentuh Elia, menyuruhnya makan dan minum. Inilah bukti bahwa Allah tidak
pernah berubah. Allah tetap menyatakan kebaikan, kuasa, pertolongan, mujizat
dan kasihNya kepada Elia. Allah kita memang tidak pernah berubah, kasihNya
selalu dinyatakan dalam kehidupan kita (Ibr. 13:8). Setelah makan dan minum
itu, Elia sanggup melanjutkan perjalanannya 40 hari 40 malam hingga sampai ke
gunung Allah/gunung Horeb.
Refleksi
Ada sebuah dongeng tentang seorang raja
yang ingin menguji rakyatnya. Ia meletakkan sebuah batu besar di tengah jalan.
Orang pertama yang lewat, menggerutu lalu berbalik dari jalan itu. Orang kedua,
mengeluh dan memilih mengitari batu. Sedang orang ketiga, ia berpikir sebentar
lalu menyingkirkan batu besar itu agar tidak menjadi penghalang. Hasilnya,
bukan saja tidak ada lagi penghalang di jalan tersebut, tetapi ternyata Raja
telah menyediakan hadiah besar bagi siapa saja yang menggulingkan batu
tersebut. Inti cerita ini adalah setiap orang bisa memilih mundur, menghindari,
ataupun menghadapi tantangan. Di setiap tantangan yang berhasil dihadapi, ada
berkat-berkat tersembunyi yang menanti.
Dalam kisah ini, Elia mengeluh tentang
permasalahan yang ia hadapi. Ia bahkan ingin mati saja daripada harus bertahan
dalam cobaan itu. Allah sungguh mengerti keadaan Elia. Namun Dia bukanlah meluluskan
keinginan Elia untuk mati, tapi malah mengirim malaikatnya untuk menyediakan
makanan dan minuman; bukan hanya agar Elia kenyang, tetapi agar ia tetap hidup
dan menjadi kuat untuk melanjutkan pergumulan dan karya Allah yang dinyatakan
dalam hidupnya.
Cobaan yang mendera bertubi-tubi mungkin
membuat Elia dan kita ingin mati rasanya. Namun, ingatlah bahwa Tuhan
menyediakan pertolongan dan berkat-berkat tersembunyi di balik semua itu.
Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami
krisis rohani karena berbagai pergumulan dan tantangan yang terjadi. Namun
jangan lupa satu hal, dalam menjalani kehidupan ini, janganlah sekali-kali kita
memutuskan tali persekutuan kita dengan Allah walau apa pun yang terjadi, agar
mata dan pikiran kita selalu terfokus
kepada-Nya dan bukan kepada tantangan dan pergumulan itu.
Yesus Kristus adalah Roti Hidup dan Air
Hidup, barang siapa makan dan minum daripadaNya akan hidup selamanya. Untuk
mendapat Firman Allah dan Kuasa Allah, ada tindakan yang harus kita lakukan
yaitu berbakti, memuji Tuhan dan menerima Firman Allah. Setiap kita datang
berbakti, kita menerima Firman dan Kuasa Allah yang menuntun dan memampukan
kita menjalani hidup. Tanpa keduanya, kita tidak akan mampu, kita akan lelah
dan putus asa seperti Elia. Amin.
(dari
berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar