“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Senin, 09 Desember 2013

Matius 1:18-25 (Khotbah Natal, 25 Desember 2013)

KELAHIRAN YESUS KRISTUS

Natal adalah sesuatu yang khusus bagi setiap orang percaya, dan identitas yang tidak dapat dipisahkan dari kekristenan. Ada  banyak orang atau tetangga yang tidak pernah kita lihat pergi ke gereja, tiba-tiba di bulan Desember, ada pohon Natal di rumahnya, bahkan dia sendiri pergi ke gereja. Memang, Natal adalah identitas kekristenan, tetapi seringkali kita hanya disibukkan dengan hal-hal lahiriah, sehingga tidak dapat memahami makna Natal yang sebenarnya. Melalui Matius 1:18-25, ada tiga perkara penting yang harus selalu kita ingat saat merayakan Natal:

Natal berbicara tentang Allah yang peduli dengan manusia
Dunia ini telah menjadi dunia yang egois, sehingga sulit menemukan orang yang peduli dengan orang lain. Akibatnya, dunia ini terasa kacau, hidup lebih menyakitkan, karena masing-masing orang hanya peduli pada kepentingan dan kesenangannya  sendiri. Oleh sebab itu, ada jurang yang semakin tajam dalam hidup ini: yang kaya semakin bertambah kaya, dan yang miskin semakin ditekan sehingga semakin miskin.
Kekristenan yang sejati tidak mementingkan diri sendiri. Alkitab berkata “pergi dan jadikan sekalian bangsa muridKu”, secara kekristenan itu memang berbicara tentang penginjilan, tetapi secara sosial, itu berbicara bagaimana Allah mengajarkan kita untuk peduli dengan orang lain.

Ø  Allah unik dalam jalanNya
Allah kita unik dalam jalanNya, dengan kata lain jalanNya sulit untuk kita pahami. Kita memang tidak percaya bahwa Allah beranak dan punya anak, tetapi yang kita percayai yakni bahwa Allah telah turun menjadi manusia, dan di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang olehNya manusia dapat beroleh keselamatan selain di dalam nama Yesus.
Allah unik dalam jalanNya, sehingga kita tidak tahu sampai kapan, tidak tahu mengapa, dan tidak tahu bagaimana. Tetapi kita tahu, bahwa rencanaNya pasti akan digenapi dalam hidup kita. Itulah mengapa kita tidak berkecil hati. Di balik keunikan jalanNya, Allah membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang tidak pernah gagal, dan tidak pernah mempermalukan orang yang berharap kepadaNya.

Ø  Kasih Allah belum lengkap tanpa respon manusia
Memang, Allah memberitahukan semuanya kepada Yusuf. Tetapi Yusuf tidak akan menerima dan mengalami segala sesuatu jika dia tidak meresponinya. Artinya, tidak hanya Allah yang berbuat, tetapi Yusuf juga perlu melakukan sesuatu. Allah tidak membutuhkan siapapun yang tidak mau meresponiNya. Alah tidak membutuhkan seseorang karena kebesaran atau kehebatannya, melainkan seseorang yang mau meresponiNya.

Kasih Allah belum lengkap tanpa respon manusia. Kasih Allah yang sepihak itu harus menjadi kasih yang lengkap ketika kita meresponiNya. Allah telah melakukan segalanya untuk kita, dan waktu kita meresponi kasihNya, di sana kita bisa melihat indahnya kuasa Natal. Mungkin, ada banyak hal baik yang belum terjadi dalam hidup kita, karena kita tidak meresponiNya. Karena Yusuf mau meresponi, maka Yusuf melihat pertolongan Tuhan, Ketaatan akan selalu mendatangkan hasil bagi orang percaya.

Dalam kisah yang dicatat Matius di perikop ini lebih menceritakan mengenai pergumulan seorang manusia bernama Yusuf dalam menanggapi rencana besar Allah bagi manusia. Beberapa kali Matius menekankan bahwa peristiwa kelahiran Yesus ini adalah karya Allah Roh Kudus dan pesan ini pun disampaikan malaikat Tuhan kepada Yusuf. Dengan kata lain penulis kitab berusaha mengajak kita melihat bahwa semua proses kelahiran Yesus tidak lepas dari campur tangan Allah, bukan hanya kepada Maria, tetapi juga kepada Yusuf yang mendapat pesan khusus melalui sebuah mimpi. Allah menggunakan malaikat sebagai pengantara untuk menyampaikan pesan kepada Yusuf agar jangan menceraikan Maria. Bahkan kelahiran Yesus ini pun sudah direncanakan Allah jauh pada zaman sebelum mereka, dan sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Dengan demikian jelaslah bahwa Allah sudah mempersiapkan rencana keselamatan bagi manusia sejak lama, bahkan sejak manusia jatuh dalam dosa (Kej.3:15). Dalam menggenapkan rencanaNya, Allah memakai orang-orang tertentu, baik itu para nabi di zaman PL, Yohanes Pembaptis yang hidup di antara zaman PL dan PB, hingga yang terdekat melalui Yusuf dan Maria. Masing-masing pribadi ada peranan secara khusus, bahkan termasuk para malaikat sebagai pembawa berita. Yusuf dan Maria memainkan peran yang Allah percayakan kepada mereka dengan ketundukan pada rencana Allah. Yusuf dan Maria mau dipakai Allah dan itu ditunjukkan melalui ketaatan mereka dan kesediaan mereka untuk menjalani hidup seperti yang Allah tentukan bagi mereka, walau ada risiko atau kesulitan yang harus dihadapi karena ketaatan tersebut. Namun Yusuf tidak melarikan diri, melainkan percaya bahwa Anak itu adalah Imanuel. Hingga hari ini Allah masih bekerja menggenapkan pekerjaanNya melalui manusia-manusia, diantaranya adalah kita. Sediakah kita menjadi orang kepercayaan Allah? Orang kepercayaan yang tetap setia mengerjakan kehendak Allah dengan taat, bahkan ketika ada risiko/kesulitan yang kita hadapi? Menjelang  peringatan Natal, mari merenungkan dan mengambil tindakan atas pertanyaan: Apa yang akan kita lakukan bagi Allah untuk menunjukkan kepadaNya bahwa kita adalah orang yang dapat dipercayaiNya?

Tuhan ingin kita juga memiliki hidup yang taat kepada Firman Tuhan. Tuhan ingin kita seperti Yusuf mencintai Firman Tuhan, menggumuli dan melakukannya dalam hidup. Ketaatan kita kepada Firman Tuhan akan membentuk karakter hidup kita semakin lama semakin baik, menjadikan kita bijaksana dalam hidup dan bahkan membuat kita menjadi berkat bagi orang lain. Ketaatan kita kepada Firman Tuhan akan memproses hidup kita semakin berkualitas dan memuliakan Dia. Persoalannya, sudahkah Firman Tuhan mengubahkan hidup kita? Atau Firman Tuhan hanya penghias bibir kita; hanya menambah pengetahuan kita. Apakah Firman Tuhan sudah kita praktekkan dalam hidup kita. Seberapa banyak Firman Tuhan mengubahkan hidup kita. Atau kita di gereja mengangguk-angguk tetapi setelah keluar dari gereja kita lupa dengan apa yang kita iyakan di dalam gereja?

Pada waktu Yusuf hendak melaksanakan rencanaNya itu, ternyata Malaikat Tuhan datang berbicara kepada Yusuf lewat mimpi. Tuhan mencegah niat Yusuf untuk menceraikan tunangannya itu. Sebelumnya, Yusuf sama sekali tidak tahu rencana keselamatan dari Tuhan. Itu sebabnya, melalui mimpi Tuhan berfirman kepada Yusuf bahwa anak dalam kandungan Maria itu berasal dari Roh Kudus. Anak dalam kandungan yang kelak disebut Yesus itu sedang menjalankan misi penebusan bagi dosa manusia. Maria dan Yusuf dilibatkan dalam misi itu. Oleh sebab itu Yusuf diperintahkan untuk mengambil Maria sebagai istrinya.

Sebenarnya perintah dari Tuhan bukanlah hal yang gampang bagi Yusuf. Ia bisa saja tidak MENTAATI PERINTAH TUHAN ITU. Pertama, peristiwa itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa maria mengandung dari roh kudus. Kedua, Jika Yusuf mengambil Maria sebagai Istrinya, maka ia tentu akan memiliki TUGAS yang sangat tidak gampang dalam rencana Allah. Saudara lihat dalam perjalanan berikutnya, bagaimana Yusuf membawa keluarganya mengungsi ke Mesir karena ancaman Herodes. Yusuf kemudian membawa keluarganya ke Nazaret dan bersama dengan Tuhan Yesus hidup disana. Saudara juga ingat bagaimana Yusuf dengan Maria berusaha mencari Yesus di bait Allah ketika ia berumur 12 tahun. Tugas dan tanggung jawab Yusuf besar. Apakah Yusuf menolak? Ternyata tidak.

Dalam ayat 24 dikatakan “sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan Malaikat itu kepadanya.” Yusuf tidak bersoal jawab dengan Tuhan; Yusuf tidak mengajukan sejumlah argumentasi atau alasan untuk menolak perintah Tuhan. Yusuf TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN MENTAATI perintah Tuhan.

Kehebatan atau kemampuan luar biasa yang kita miliki ketika mendengar perintah Tuhan adalah mengajukan banyak sekali alasan-alasan untuk menolak perintah Tuhan. Tuhan memberikan banyak perintah kepada kita, namun banyak sekali alasan yang kita kemukakan untuk menolak perintah Tuhan.
-          Perintah untuk beribadah kepada Tuhan dengan setia. Alasan: ada tamu, ada undangan, sakit perut, pekerjaan banyak, capek, waktu untuk keluarga.
-          Perintah untuk melayani Tuhan: Alasan: tidak ada waktu, saya tidak suka orang itu.
-          Masih banyak perintah lain yang kita tidak patuhi dengan alasan-alasan yang begitu banyak.

Pdt. W.S. Napitu, MA


Postingan Terkait



4 komentar:

Unknown mengatakan... Balas

Salam kenal yg dr Tuhan Yesus Kristus utk Pendeta WS Napitu,MA...

Gloria mengatakan... Balas

Sangat memberkati

Unknown mengatakan... Balas

Salam kenal syalom dan slamat natal dan tahun baru,tym👏👏👏

I kadek daniel adi mengatakan... Balas

Salam kenal, syalom selamat Natal dan Tahun Baru