“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Senin, 09 Desember 2013

Yesaya 35:1-10

Lihatlah Allahmu Akan Datang

Pendahuluan
Pasal 1-39 dari kitab Yesaya (Proto Yesaya) ini diyakini berasal dari zaman ketika Yehuda (kerajaan selatan), diancam oleh Asyur, negara tetangga yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Allah. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan. Diakui memang bahwa dalam banyak aspek bangsa Israel melakonkan peran nyata bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.

Nabi Yesaya mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Allah dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Allah akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan TUHAN.

Dalam nats ini, Yesaya ingin meyakinkan bangsa itu bahwa jika mereka mau mendengarkan Tuhan, maka bangsa-bangsa yang ingin menyerang mereka akan dihukum oleh Allah (pasal 34) dan dan keselamatan akan diperoleh oleh umat pilihan Allah tersebut.

Jadi, selain menyampaikan peringatan-peringatan Tuhan, Yesaya juga menyampaikan janji-janji Allah tentang keselamatan. Dan ketika janji itu digenapi maka Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga (Ay. 1).

Penjelasan
Ay. 1-3, Hukuman atas dosa berakibat fatal. Padang gurun dan padang tandus merupakan gambaran kengerian hidup. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru.

Ay. 4, dengan kalimat : “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati”, artinya pesan ini ditujukan kepada orang-orang yang sedang ketakutan, putus asa dan kecil hati karena menghadapi ancaman serangan musuh yang sangat kuat (Asyur). Kepada mereka dikatakan: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!". Kata “Ia sendiri datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Yesaya meyakinkan mereka bahwa Allah sendiri yang akan datang menyelamatkan bangsa itu dari ancaman bangsa-bangsa asing. Hal yang kurang lebih sama pernah disampaikan Allah kepada bangsa itu melalui Musa : “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Kel. 14:14).

Ay. 5, “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka”. Sesungguhnya apa yang dialami oleh bangsa Israel adalah akibat dari dosa mereka sendiri yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, namun oleh karena kasih setiaNya, Allah berkenan untuk menyelamatkan mereka. Itu sebabnya Yesaya mengatakan bahwa pada waktu Allah bertindak untuk menyelamatkan mereka, maka akan terjadi pemulihan dalam kehidupan bangsa itu. Mereka yang selama ini buta/tidak melihat perbuatan-perbuatan Allah dalam kehidupannya dan yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, akhirnya akan terbuka mata dan telinga mereka dan menyadari betapa kasih setia Allah senantiasa menyertai kehidupannya.

Ay. 6, “Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”; Pemulihan tersebut akan berlanjut, mereka akan bersukacita, bukan hanya dalam kehidupan pribadi-pribadi tetapi juga dalam kehidupan masyarakat secara umum. Sumber-sumber penghidupan akan kembali terbuka dan mujizat akan terjadi. Sehingga sukacita besar akan mewarnai kehidupan mereka. Sukacita besar terjadi karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia. Sukacita itu digambarkan secara jelas dalam Ay. 10 : ”dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh”.

Ay. 7, “tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air”. Keselamatan yang dari Allah itu juga akan membawa mereka kepada kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Allah akan memulihkan tanah mereka, sehingga bisa kembali subur dan menjadi sumber penghidupan yang layak. Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan.

Ay. 8-10, Umat yang ditebus akan hidup menurut jalan kudus, di mana kekotoran moral akan ditiadakan, demikian juga singa-singa rakus yang melambangkan kejahatan Iblis. Di jalan itu orang bodoh atau yang tidak berhati-hati pun, jika mereka telah ditebus dan lahir baru, bisa lewat dan tidak tersesat. Orang-orang yang pergi ke Kota Kudus melalui jalan raya ini dari Babel, yaitu Kota Kebinasaan, akan ditandai oleh sukacita khusus yang tidak dikenal oleh dunia, mereka akan menyanyikan pujian syukur yang tidak pernah bisa dinyanyikan oleh orang yang tidak diselamatkan.

Refleksi
Dalam menghadapi situasi kehidupan saat sulit, seringkali kita menjadi tawar hati dan takut bahkan cenderung menjadi putus asa dan apatis, mungkin karena tekanan kondisi ekonomi yang sulit, rumah tangga yang hancur, tekanan pekerjaan, tekanan sosial, dll. Kita hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya, hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini. Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita alami dalam hidup ini, bahkan dalam hidup berkelompok, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa. Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita dan pesimistis, seperti: dukacita dan kesedihan karena kehilangan orang-orang yang dikasihi, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Namun dalam kondisi demikian firman Tuhan mengingatkan kita: “Jangan Takut, kuatkan hatimu”, sebab ada Tuhan kita yang baik sanggup melepaskan kita dari segala macam tekanan apapun, asal kita mau membuka mata untuk melihat perbuatan-perbuatanNya yang ajaib dan mau mendengar firmanNya setiap waktu.

Keselamatan yang dari Allah akan membawa pemulihan bagi kita, bukan hanya secara pribadi, tetapi lebih luas lagi Allah sanggup memulihkan bangsa kita, mencelikkan mata rohani yang buta, membuka telinga yang tidak mau mendengar kebenaran firman Tuhan, setelah itu maka sumber-sumber kehidupan akan dipulihkan dan kita akan bersukacita menikmati kesejahteraan dan kehidupan sebagai masyarakat madani yang makmur dan sejahtera.


Untuk itu mari kita menaruh pengharapan kita senantaisa kepada Tuhan, dan jangan khawatir akan situasi hidup kita hari ini. Sebab Allah kita yang besar sanggup melakukan segala hal untuk membawa kita kepada keselamatan. Gereja juga tidak perlu secara membabi buta mempertahankan dirinya atas tekanan pihak lain, karena Allah akan berperang di pihak kita.    Amin.

Postingan Terkait



1 komentar:

Anonim mengatakan... Balas
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.