“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 24 Agustus 2012

Efesus 6:10-20 (Khotbah Epistel)


Strategi Bertahan & Melawan Serangan Iblis

Pendahuluan
Sejak dulu rencana iblis tidak pernah berubah, yaitu menghancurkan Kerajaan Allah.  Orang-orang yang memihak kepada Allah, tentu secara otomatis mereka ini menjadi orang-orang yang dibenci iblis. Secara otomatis pula menjadi mereka musuh iblis.

Iblis sangat tidak suka kepada orang-orang yang hidup sungguh-sungguh bagi Allah.  Apalagi kalau mereka adalah orang-orang yang hidupnya begitu efektif dan produktif melayani Allah.  Orang-orang seperti ini adalah target utama yang harus iblis taklukan.  Bagi Iblis mereka harus dibungkam dan ditaklukan.  Yah, setidaknya dibungkam agar mereka berhenti merebut jiwa-jiwa yang terhilang.  Ditaklukkan agar mereka suatu saat tersandung dan kemudian meninggalkan Tuhan. 

Penjelasan
Dari masa ke masa Iblis menyusun strategi yang taktik yang jitu untuk menyerang dan menaklukkan musuh-musuhnya.  Salah satu strategi yang dikenalkan Paulus pada perikop ini dapat disebut dengan istilah “strategi mata koin”.  Disebut “mata koin” karena dalam strategi ini iblis menerapkan sekaligus dua taktik ampuh yang mematikan:

1.     Tipu Muslihat
Di ayat 11b Paulus mengungkapkan bahwa Iblis menggunakan tipu muslihat untuk menjebak dan menjerumuskan orang percaya.  Ia sangat ahli dalam hal memanipulasi.  Iblis memang tidak mahatahu, tetapi ia tahu lebih banyak daripada manusia.  Ia tahu benar apa yang menjadi isi hati dan pikiran manusia.  Ia tahu benar apa yang menjadi kelemahan-kelemahan manusia, apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan manusia.  Ia sangat getol memperkenalkan kata “kompromi” kepada  dosa yang abu-abu.  Ia tahu benar bagaimana mengalihkan fokus seseorang kepada dunia dan kepuasan diri.  Ia tahu benar bagaimana caranya mengadu domba anggota gereja.  Ia amat pandai mengelola kemarahan menjadi kebencian yang mematikan.  Ia juga menciptakan doktrin-doktrin dan ideologi sesat.   Ia tahu benar bagaimana mengintimidasi orang-orang percaya, membuat orang-orang percaya merasa tidak pantas, tidak berharga, tidak mampu melayani Allah.  Berulang kali ia menyamarkan istilah kenyamanan dengan istilah “berkat”, sehingga membuat orang-orang percaya secara perlahan mulai lupa bahwa ia dipanggil untuk mencari jiwa yang hilang.  Bahkan Iblis tahu benar bagaimana menyulap pergumulan, sakit penyakit atau kekurangan – menjadi benih-benih keraguan akan Allah.  Itulah Iblis.  Ia punya gelar Ph.D dalam hal manipulasi.

Paulus sendiri sudah memiliki segudang pengalaman mengenai tawaran-tawaran semu si penipu ulung: kenikmatan dosa, pengajaran-pengajaran palsu, kenyamanan dunia, kekayaan, jabatan, popularitas, intimidasi dan trik-trik jitu lainnya yang amat kreatif. Inilah taktik iblis yang pertama, “tipu muslihat”.  Perlahan tetapi mematikan.  Memanipulasi keadaan sehingga kalau seseorang tidak berhati-hati, ia akan terjebak dan terjerat.

2.     Tekanan
Sebagai makhluk supranatural, Iblis miliki kuasa yang jauh melebihi kuasa manusia biasa.  Di ayat 12 Paulus menggambarkan bagaimana makhluk ini mampu menunggangi pemerintah, penguasa, penghulu dunia untuk menyerang orang-orang percaya.  Dengan kapasitasnya, ia mampu menunggangi siapapun untuk dijadikan “bom atom” menyerang orang percaya.  Iblis menunggangi pihak-pihak tertentu untuk menentang, menyerang dan menganiaya orang-orang percaya.  Di dalam sejarah dunia tentu kita dapat melihat bagaimana pemerintahan dan pemimpin-pemimpin tertentu ditunggangi sedemikian rupa sehingga orang-orang percaya dianiaya.  Kita juga dapat melihat bagaimana Iblis menggunakan ideologi tertentu agar orang-orang percaya harus menderita, masuk penjara, dan mati karena imannya.  Iblis mampu memperdaya siapa pun bahkan termasuk orang-orang terdekat (anggota keluarga) untuk menekan pengikut Tuhan.  Iblis memang tidak mahakuasa, tetapi ia cukup mampu untuk menciptakan situasi tertentu untuk menyudutkan orang-orang percaya.

Paulus juga sudah mengalami sendiri apa itu tekanan.  Ia pernah disesah, dipenjara, kelaparan, kedinginan dan semua itu ia alami hanya karena mempertahankan imannya. 

Inilah “strategi mata koin” yang begitu ampuh dan mematikan.  Sisi yang satu adalah tipuan, yang lain adalah tekanan.  Menghancurkan orang percaya melalui dusta dan tekanan penderitaan

Strategi Orang Percaya
Dalam perikop ini Paulus meneriakkan sebuah kata: “bertahanlah”.  Dalam perikop ini, kata yunani “stenai” yang artinya berdiri/bertahan diucapkan Paulus sebanyak empat kali.  Ini sudah cukup menjadi bukti bahwa pesan utama dari perikop ini adalah agar orang-orang percaya terus bertahan menghadapi serangan iblis.

Tentu setiap orang ingin bertahan, siapa yang mau kalah.  Tetapi permasalahannya semua orang juga tahu, iblis bukanlah tandingan yang seimbang orang percaya.  Karena itu, setiap kita yang ingin bertahan sampai akhir di dalam peperangan harus menggunakan dua prinsip yang  Paulus bentangkan dalam bagian ini. 

1.     Bersandar kepada Tuhan
Di ayat 10 Paulus mengatakan, “hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya”.  Dalam frasa ini kita menemukan pernyataan eksplisit bahwa Allah sendirilah yang akan memberikan kekuatan bagi orang-orang percaya untuk bertahan.  Dan bagaimana orang percaya bisa memperoleh kekuatan itu?  Ketika mereka hidup di dalam kesatuan dengan Allah.  Ketika Roh Kudus menguasai hidup mereka.  Orang-orang percaya sangat terbatas dan memiliki banyak kelemahan yang rentan untuk diserang oleh Iblis, tetapi ketika orang percaya menempatkan dirinya di dalam tangan Allah yang Maha tidak terbatas, orang-orang percaya dimampukan untuk bertahan.  Kunci pertama agar orang percaya dapat bertahan adalah dengan bersandar penuh kepada Tuhan.

2.     Mengenakan Perlengkapan Senjata Allah
Seorang prajurit memahami pentingnya menggunakan perlengkapan perang sebelum melangkah maju ke medan perang. Ini bukan hanya demi keselamatan diri sendiri, tetapi untuk kemenangan peperangan.

Paulus yang hidup pada zaman kekuasaan Romawi, mengenal perlengkapan seorang prajurit Romawi. Seperti seorang prajurit Romawi dengan senjatanya yang lengkap, demikian pula Allah menyediakan kelengkapan persenjataan-Nya untuk jemaat, baik senjata untuk bertahan maupun untuk menyerang. Dengan kiasan, Paulus menasihati jemaat agar mempergunakan seluruh perlengkapan senjata rohani dalam menghadapi musuh yang tidak kelihatan.

Pentingkah perlengkapan senjata rohani? Apa perbedaan antara kita menggunakannya dan tidak? Apakah itu cukup kuat menolong kita berjuang melawan dosa? Apakah harus menggunakan semuanya? Apa tidak cukup kalau kita menggunakan sebagian dan tidak menggunakan yang lain? Apa untungnya kita menggunakan perlengkapan ini?

Perhatikan 2 ayat ini :
Ayat 11: “Kenakanlah seluruh senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu daya Iblis”.
Ayat 13: “Sebab itu ambilah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada…..”

Ayat 11 menggambarkan tindakan pasif (bertahan) dan ayat 13 menggambarkan tindakan yang aktif (Mengadakan perlawanan). Yang menarik dari kedua ayat itu, baik bertahan maupun mengadakan perlawanan, ternyata Paulus tetap memberi pesan untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Apa artinya? Artinya dalam perjuangan kita melawan kuasa Iblis, aspek bertahan dan menyerang merupakan satu kesatuan. Kita tidak akan bisa menang hanya dengan bertahan. Tapi kita tidak mungkin menang juga hanya dengan menyerang tanpa berpikir untuk bertahan. Dalam peperangan-peperangan, maupun dalam pertandingan olahraga seperti sepakbola, aspek menyerang dan bertahan harus dijalankan bersama jika kita ingin menang.

Berikatpinggangkan kebenaran (ayat 14)
Apa maksudnya? Kenapa kebenaran dipakai sebagai ikat pinggang? Apa manfaat ikat pinggang?
Ikat Pinggang menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Bayangkan kalau celana longgar dan tiba2 jatuh? Bukankah itu mempermalukan? Bukan hanya mempermalukan, tapi itu akan sangat mengganggu kita dalam pertempuran. Dari sini bisa diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap pada posisi yang seharusnya. Justru ketika kita tidak mengenakan kebenaran, akibatnya bisa saja mempermalukan diri kita sendiri. Ikat pinggang yang tidak terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu saja akan menghambat kita dalam peperangan rohani.

Ikat Pinggang berpengaruh pada kerapian/penampilan. Ketika kita mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata orang. Pasti orang akan melihat perbedaannya. Dan itu mempengaruhi cara orang memandang diri kita dan memandang Kristus.

Ikat Pinggang memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman. Karena kita melakukan kehendak yang seharusnya. Dunia saat ini seolah-olah telah terbalik. Ketika kita melakukan yang benar, justru kita dianggap aneh. Bukankah kita sering mendengar istilah “semua orang juga melakukannya?” Saat ini banyak sekali daerah abu-abu. Akhirnya ketidakbenaran menjadi sesuatu yang lumrah. Misalkan seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah. Akibatnya, orang-orang yang berusaha menjaga kekudusan seksualnya seringkali justru merasa “tidak nyaman”, karena kata-kata “semua orang juga melakukannya”. Aneh bukan?

Berbajuzirahkan keadilan (ayat 14)
Apa manfaat Baju Zirah?
Yang terutama adalah melindungi diri kita dari senjata lawan. Apa kaitannya dengan keadilan? Apa makna adil? Adil tidak selalu berarti sama untuk semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Apa bahayanya jika kita tidak melakukan keadilan? Apa dengan tidak melakukan keadilan kita jadi lebih mudah diserang oleh iblis? Mungkin secara tidak langsung. Kita sebagai orang Kristen ngomong mengenai keadilan tapi tidak berlaku demikian, bukankah tidak menjadi kesaksian? Tapi itu dampak tidak langsung. Mungkin juga dalam arti lain. Ketika kita tidak berlaku adil, memancing permusuhan diantara orang-orang yang seharusnya kita perlakukan adil. Akhirnya iblis bisa merusak banyak hal. Contohnya perlakuan yang berbeda Abraham terhadap Ismail dan Ishak, perlakuan berbeda Ishak terhadap Esau dan Yakub, perlakuan berbeda Yakub terhadap Yusuf dan saudara-saudaranya, ternyata berpengaruh, bahkan sampai zaman sekarang. Dimulai dari ketidakadilan, mengakibatkan permusuhan, bahkan peperangan turun temurun. Jadi hati-hati terhadap tindakan kita. Karena kita tidak tahu betapa besar dampak yang bisa dihasilkan dari ketidakadilan.

Ketidakadilan sangat berpotensi merusak persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi serangan iblis untuk mengacaukan semuanya.

Kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera (ayat 15)
mungkin ini yang paling jelas. Kenapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai kasut? Dengan kata lain alas kaki? Bayangkan kalau dalam tiap langkah hidup kita selalu ada jejak-jejak pemberitaan injil itu? Kaki untuk berjalan. Memberitakan injil membutuhkan keberanian untuk berjalan. pergi. Tapi kenapa bukan diibaratkan dengan mulut tapi dengan kaki? Padahal memberitakan injil bisa lewat mulut? Tidak juga. Artinya jauh lebih dalam ketika diletakan pada kaki. Kemanapun orang Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Kalau mulut, ada pilihan untuk digunakan atau tidak. Sedangkan kaki? Pilihannya 1. meninggalkan jejak. Meninggalkan jejak tidak selalu berarti kita harus berkata-kata tentang Kristus kepada siapapun yang kita temui. Tapi apakah lewat kehadiran kita orang lain bisa melihat “jejak Kristus” itu? Apakah ada perbedaan yang akhirnya membuat orang-orang bertanya-tanya, apa yang menyebabkan kita “berbeda”? Dan tentu saja akan jadi kesaksian kalau mereka tahu bahwa kita adalah Kristen. Pengikut Kristus.

Perisai Iman (ayat 16)
Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang mampu melindungi dari serangan iblis. Bagaimana caranya iman bisa melindungi? Misalnya ketika kita jatuh dalam dosa, seringkali kita merasa tidak layak untuk datang kepada TUHAN. Pada kondisi seperti itu iblis bisa saja mengintimidasi kita untuk tidak datang, dan akhirnya makin jauh dari TUHAN. Tapi ternyata lebih baik kalau kita tetap datang dan mengakui di hadapan TUHAN, serta memiliki iman bahwa Dia akan mengampuni kita, disertai komitmen untuk kembali berjalan pada kehendak-Nya. Tapi apa hanya itu? Itu kondisi ketika kita sudah jatuh. Coba lihat teladan Kristus. Kenapa Yesus mampu mengalahkan serangan Iblis? Apa sekedar karena pengetahuan akan firman TUHAN? Tidak. Pengetahuan akan firman TUHAN memang membantu. Tapi itu bukan satu-satunya kunci kemenangan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada pada iman-Nya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas serangan iblis. Yesus bertahan dalam iman.

Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh (Ayat 17)
“Dan terimalah ketopong keselamatan dan Pedang Roh, yaitu Firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus”

Apa fungsi ketopong? Melindungi bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh. Kepala. Apa artinya? Ketika kamu belum mengenakan ketopong itu, jangan berharap kamu bisa mengontrol dengan baik perilaku tubuhmu dan keingingan-keinginanmu, karena dosa masih menguasai kita. Artinya dengan menerima keselamatan dalam Kristus, merupakan modal awal yang berharga untuk menang terhadap kuasa iblis. Mana mungkin orang yang belum selamat bisa menang terhadap iblis?

Bagaimana dengan pedang Roh? Di sini yang menjadi pedang Roh adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan menyerang seperti pedang. Ingat, Tuhan Yesus dalam pencobaan di padang gurun selalu menjawab tipu daya iblis dengan firman Tuhan.

Doa Yang Tak Putus-putus (Ayat 18-20)
Bukan hanya firman saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”. Setiap waktu? Apa artinya selalu? ya. Tentu saja. Iblis selalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti mudah untuk diserang. Berdoa di dalam Roh, ini bukan doa di dalam bahasa roh/lidah! Ini adalah doa yang dipimpin oleh Roh (bdk. Roma 8:26).

“berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.” ini pentingnya mendoakan orang-orang dalam komunitas rohani. Perlu disadari senantiasa bahwa perang ini tak bersifat in­divide. Kita tak bisa tidak mempedulikan orang Kristen yang lain. Jadi, kita harus saling mendoakan!

Rasul Paulus juga minta didoakan. Jelas bahwa hamba Tuhan adalah manusia biasa yang lemah, yang bahkan mendapatkan banyak serangan setan, sehingga harus selalu didoakan! Apakah saudara berdoa untuk hamba Tuhan?

Rasul Paulus minta didoakan supaya: Berani dan Diberi kata-kata yang benar dari Tuhan.
Dua-duanya penting untuk hamba Tuhan. Ada hamba Tuhan yang berani, tetapi memberitakan yang salah atau tak jelas. Ada hamba Tuhan yang bisa memberitakan yang benar dengan jelas, tetapi tak punya keberanian untuk memberitakan. Ini sia-sia! Doakan supaya setiap hamba Tuhan di gereja mempunyai dua hal itu!

Refleksi
Semua perlengkapan senjata rohani sudah Allah sediakan.  Tugas kita hanyalah  mengenakannya.  Seorang Prajurit yang belum terlatih dan belum pernah berperang, tentulah merasa takut saat disuruh maju untuk perang walaupun ia telah dibekali berbagai senjata, kenapa? Sebelum ia maju berperang ia perlu berlatih dahulu, ia perlu mengenal senjata yang akan dipakainya dengan baik, dan ia perlu tahu juga apa kelebihan dan kekuatan musuhnya. Semakin banyak jam terbang atau pengalaman berperang maka prajurit tersebut akan semakin mahir berperang.

Untuk mengenakan kebenaran tentu kita perlu mengerti kebenaran Allah dan menghidupi kebenaran itu.  Untuk mengenakan keadilan tentu kita perlu terus menerus mengoreksi hati, pikiran dan tindakan kita.  Untuk mengenakan berita injil tentu kita perlu memberitakan keselamatan kepada setiap orang.   Untuk mengenakan iman tentu kita perlu berserah di dalam doa. Untuk mengenakan keselamatan tentu kita perlu mengingat karya Kristus di kayu salib.  Dan untuk mengenakan Firman tentu kita harus mengerti dan menguasai Alkitab dengan benar.  Secara sederhana mengenakan perlengkapan senjata Allah artinya memiliki kerohanian yang sehat, dan itu diperoleh dari disiplin rohani yang baik.  (doa, saat-teduh, ibadah pribadi, ibadah persekutuan, PA, Seminar dan Kursus Alkitab, dll)

Peperangan rohani yang kita alami ini seringkali terjadi di dalam hati, kehendak, dan pikiran kita. Namun ada kalanya pula kita mengalami peperangan secara fisik, dalam arti berhadapan dengan kuasa gelap yang menganggu kesehatan kita. Kuasa gelap dari Iblis itu mencoba untuk berperang melawan kesehatan yang Allah berikan secara utuh kepada kita. Kita diganggu dengan sakit penyakit atau kelemahan-kelamahan tubuh lainnya. Ini semua adalah usaha iblis untuk melawan dan mengalahkan kita secara fisik. Barangkali juga peperangan secara fisik dapat berupa pergumulan yang kita hadapi dalam kehidupan mata pencaharian atau ekonomi kita. Kita menghadapi suatu perlawanan dimana semestinya kita mendapatkan kehidupan mata pencaharian dan rezeki yang wajar, namun tiba-tiba saja kita harus bersaing dengan cukup keras.Hal ini kadangkala menyebabkan kebanyakan pedagang atau pengusaha kemudian berpikir begini, “ Lebih baik jadi pendeta saja, pasti tidak banyak musuhnya !” Tetapi sekali lagi harus diingat, bahwa peperangan rohani yang sebenarnya kita hadapi bukanlah melawan darah dan daging atau manusia, melainkan penguasa-penguasa kegelapan yang seringkali menunggangi dan menggunakan manusia sebagai alatnya.

Peperangan rohani itu harus dihadapi oleh jemaat karena orang percaya ada diantara dua kekuatan yang saling bertentangan, kuasa Allah dan kuasa iblis, dan orang percaya tidak bisa netral, harus memilih dipihak mana. Iblis dengan hirarkinya harus dihadapi dengan cara Allah, sebagaimana Allah telah menghadapinya. Peperangan rohani pasti dialami oleh setiap orang percaya yang sungguh-sungguh. Bila orang percaya tidak pernah mengalami peperangan rohani, bisa jadi tanpa disadarinya ia telah salah memihak. Tapi bila mengalami peperangan rohani yang harus kita hadapi, tidak perlu takut karena Allah telah memberikan lengkap senjata-Nya, tinggal kita mau atau tidak mengambil dan mengenakannya. Percayalah, kelengkapan senjata Allah itu disertai kuasa yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng dan merubuhkan setiap kubu, maka kenakanlah itu (2 Korintus 10:4-5).

Sebagai prajurit Kristus mari kita lebih waspada terhadap musuh kita si iblis, terutama terhadap tipu muslihatnya. Hawa jatuh ke dalam dosa karena tipu muslihat iblis.

Ilustrasi
Sekitar awal 19 seorang pemuda bernama William Borden mendapatkan sebuah hadiah kelulusan berupa tiket keliling dunia dan sebuah Alkitab dari sang ayah.  Keliling dunia pada waktu itu tentu merupakan kesempatan yang langka, apalagi bagi seorang anak muda.  Dalam perjalanan panjang dengan kapal laut, Borden membaca Alkitabnya dan waktu itu ia mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah.  Di saat yang bersamaan ia menemukan panggilan hidupnya untuk menjadi seorang misionaris.  Sejak saat itu ia memberikan hidupnya dan berkomitmen menjadi seorang laskar Kristus.  Di kapal itu ia membuka Alkitabnya di halaman paling belakang dan menulis sebuah kalimat pertama: “Tidak Ada Pilihan”.

Tahun 1905 ia masuk kuliah. Di kampus ia begitu bersemangat mengajak teman-temannya untuk bertobat dan melayani Tuhan.  Sehingga ia mengalami banyak cibiran dari teman-teman kuliahnya.  Tetapi ia tidak mundur.  Bahkan disitulah ia mendapat panggilan yang semakin jelas untuk melayani orang yang tidak percaya di Kansu, China.

Setelah lulus wisuda, selain ditawari untuk mewarisi perusahaan sang ayah, Borden menerima banyak tawaran pekerjaan dengan gaji selangit.   Masa depannya begitu cerah.  Tetapi ia menetapkan hati mentaati Allah menjadi misionaris, sekalipun ia tahu kehidupannya akan sangat sulit.  Waktu itu ia membuka alkitabnya di halaman akhir dan kemudian menulis kalimat yang kedua “Tidak Ada Kata Mundur.”

Setelah lulus kuliah dengan nilai yang gemilang, Borden melanjutkan studinya di sekolah teologi Princeton Seminary. Ia menyelesaikan study teologinya dengan sangat baik.  Dan setelah diwisuda ia segera melakukan perlayarannya ke China. Borden tahu ia akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak seiman.  Maka di tengah pelayarannya ia berhenti terlebih dahulu di Mesir bermaksud untuk belajar bahasa Arab.  Tetapi hal yang tidak terduga terjadi.  Di Arab ia terkena radang otak.  Penyakitnya sangat mematikan.  Dalam sebulan, Borden muda meninggal di usia 25 tahun karena radang otak.  Borden meninggal bahkan sebelum ia sempat melayani di China.

Apakah Borden pernah menyesali pilihannya untuk bertahan menjadi prajurit Kristus?  Tidak sama sekali!  Sebelum kematiannya, dalam penyakit yang mengerikan Borden membuka Alkitabnya di halaman terakhir dan menulis kalimatnya yang ketiga.  Di bawah kalimat-kalimat yang ia pernah tulis: “tidak ada pilihan”, “tidak ada kata mundur”,  Borden menulis kalimat terakhirnya “Tidak Ada Penyesalan”.

Border memberikan teladan hidup mengenai seni bertahan.  Sekalipun ia mengalami serangan yang bertubi-tubi dalam hidupnya, tawaran dunia akan masa depan yang sangat nyaman, cibiran teman-teman kuliahnya, ladang pelayanan yang sulit, dan bahkan penyakit mematikan, Border bisa bertahan sampai akhir.  Kenapa? Karena saya percaya, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sekaligus ia selalu berusaha untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat.

Penutup
Agenda Iblis sampai hari ini adalah menjatuhkan kita, karena kita adalah hamba Tuhan, anak-anak Tuhan yang giat memenangkan jiwa.  Iblis akan menipu kita.  Iblis akan menekan kita agar kita berhenti untuk melayani Tuhan, keluar dari jalan panggilan, dan bahkan berharap kita meninggalkan Tuhan.  Tetapi nasihat Firman Tuhan berkata: “Bertahanlah”!  Jangan menyerah!  Bersandar terus kepada Tuhan. Usahakan terus kehidupan rohani yang sehat, berdoa, bersaat-teduh, PI, bible reading, PA pribadi!  Dengan demikian, kita pasti akan menjadi hamba-hamba Tuhan yang efektif bagi Kerajaan Allah, menjadi hamba-hamba Tuhan yang menyenangkan hati Allah, hamba Tuhan yang berkenan, dan memuliakan Allah.      

Persenjataan kita sudah sangat lengkap. Dan doa adalah sarana dalam memintanya. Syaratnya: dilatih dengan terus menerus (setiap saat) dan dalam Roh yang bersungguh-sungguh. Jangan takut pada ujian yang membuat hidup tertekan dan sangat tidak nyaman, sebaliknya kita harus mengimani bahwa kita pasti lulus atas ujian karena pertolongan Tuhan sehingga keimanan kita akan semakin bertambah dan meningkat. Amin!

Postingan Terkait



1 komentar:

Rolan mengatakan... Balas

Trima kasih telah menuliskan tentang Epesus 6 ini. Sangat membantu. Puji Tuhan