“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 08 Maret 2013

Lukas 15:11-32 (Khotbah Minggu, 10 Maret 2013)

Sukacita Atas Pertobatan Orang Berdosa

Pedahuluan
Pandangan Tuhan Yesus terhadap orang-orang berdosa berbeda dari pandangan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Farisi dan ahli Taurat keberatan atas tindakan Tuhan Yesus terhadap para pemnungut cukai dan orang-orang berdosa (ay. 1). Bagi orang Farisi dan para ahli Taurat, mereka adalah orang-orang yang berstatus “tidak masuk hitungan” di tengah-tengah masyarakat, dan yang harus disingkirkan. Siapa saja yang berpihak pada orang-orang seperti itu pantas dicurigai. Itulah sebabnya orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut karena Yesus seakan-akan memanjakan orang-orang itu (ay. 2). Padahal bagi Yesus kehadiran orang-orang tersingkir itu, yang dianggap tidak layak bergaul dengan orang-orang benar termasuk dalam ‘program kerja’-Nya. Karena kedatangan Tuhan Yesus justru mau mencari orang-orang yang hilang, orang-orang tersingkir, atau dalam istilah teologinya disebut; orang-orang berdosa. Tuhan Yesus adalah Juruselamat, yang menghapus dosa, yang mencari orang yang hilang, orang yang kehilangan status anak agar menjadi anak kembali dalam Kerajaan Allah.

Perumpamaan ini memberikan jawaban atas sikap dan pandangan orang Farisi dan para ahli Taurat terhadap orang-orang berdosa. Perumpamaan ini jelas dapat dimengerti oleh siapa pun. Yang hilang pantas dicari sampai dapat. Jika yang hilang itu ditemukan menimbulkan sukacita. Di dunia ini berlaku hal seperti itu, demikian juga di surga.

Penjelasan
Pertobatan adalah istilah yang tepat bagi ditemukannya atau kembalinya orang-orang yang hilang. Tuhan Yesus, karena kasihNya telah mencari orang-orang berdosa dan berhasil menemukan dan mengembalikan mereka ke dalam Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus selalu mencari yang hilang dan tetap siap sedia menerima pertobatan kita, walaupun ada yang tidak tidak setuju atas hal itu seperti halnya orang Farisi dan ahli-hali Taurat dalam nas ini. Namun bagi Tuhan Yesus tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga tidak memberi kemungkinan untuk bertobat. Jika kita datang kepadaNya, mau mendengarkanNya, kita akan disambut olehNya. Sampai sekarang usaha Tuhan Yesus mencari orang-orang berdosa yang telah hilang masih berlangsung. Dengan perantaraan gereja dan pemberitaan firman Allah.

Ada yang mengatakan bahwa perumpamaan ini sebenarnya cukup sampai ayat 24 saja. tapi kalau hanya sampai ayat 24, maka tujuannya hanya mencakup pertobatan orang-orang yang telah jauh dari Allah. Namun dengan adanya lanjutan perumpamaan ini, maka tujuannya juga lebih luas. Bukan hanya menyangkut  kembalinya atau bertobatnya mereka yang telah hilang, tapi juga sampai pada sukacita surgawi akibat pertobatan orang yang hilang itu.

Dengan adanya pertobatan itu, maka warga Kerajaan Allah semakin bertambah dan sukacita pun tidak dapat dihambat. Orang yang tadinya hilang telah kembali, sama artinya dengan orang yang tadinya telah mati kini hidup kembali. Tentu wajar sekali jika terjadi sukacita dan kegembiraan yang luar biasa.

Sukacita itu bukan hanya ada di pihak Allah Bapa atau Tuhan Yesus yang telah berhasil menyelamatkan orang-orang percaya, tapi juga berlaku bagi seluruh “penghuni” Kerajaan Allah atau mereka yang telah berada di dalam Kerajaan Allah itu. tidak ada iri atau cemburu atas kehadiran ‘orang lain’, yang pernah dianggap golongan rendahan atau setingkat pemungut cukai atau orang-orang berdosa.

Tugas orang beriman yang telah lebih dulu masuk ke dalam Kerajaan Allah ialah menyambut orang-orang berdosa yang bertobat dengan penuh sukacita tanpa kritik! Kita tidak perlu menelusuri secara rinci riwayat hidup seorang petobat baru. Justru karena dosa-dosanya yang beraneka ragam itulah maka Tuhan Yesus datang. Tuhan Yesus mencari semua yang hilang, yang sesat, yang tidak tahu jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Refleksi
Banyak orang yang dianggap sebagai “sampah masyarakat”, tetapi karena kuat kuasa Roh Kudus dan pemberitaan Firman Tuhan, mereka bertobat dan memohon supaya dibaptis. Setelah melalui pelajaran pemahaman akan firman Tuhan dan memenuhi peraturan yang sesuai dengan itu, tentu tidak ada lagi halangan baginya untuk menjadi anggota gereja. Apakah masih pantas kita ungkit-ungkit masa lalunya?

Sesungguhnya jika ada seorang petobat baru, atau seorang yang menerima baptisan kudus, seluruh jemaat patut bersukacita. Bila perlu seluruh jemaat menyambut pendatang baru itu dengan pesta khusus untuk itu. Kalau ada keluarga mengadakan pesta perjamuan atas dibaptisnya salah satu anggota keluarganya, sukacita itu bukan hanya sukacita keluarga yang bersangkutan, melainkan sukacita seluruh jemaat. Bahkan juga sukacita para malaikat di surga (ay. 10). Karena satu orang berdosa yang bertobat sudah cukup menjadi alasan untuk bersukacita, apalagi kalau terjadi pertobatan massal, tentu tidak ada lagi lasan untuk tidak bersukacita.

Orang-orang yang tidak bersukacita atau bergembira karena “pertambahan anggota” Kerajaan Allah, pasti tidak merasa ‘at home’  di dalam Kerajaan Allah, karena setiap hari ada saja pertambahan petobat-petobat baru yang berasal dari sehgala jenis kesesatan. Kalau Raja dari Kerajaan Allah itu sendiri telah menyambutnya, mengapa kita tidak menyambutnya juga? Tugas orang-orang yang tellah berada di dalam Kerajaan Allah itu adalah menyiarkan berita pertobatan, memanggil orang-orang agar masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Kita ditugaskan memberitakan Injil Tuhan ke seluruh dunia. Masih banyak sekali orang yang belum mengenal berita tentang Kerajaan Allah. Masih banyak orang yang berada dalam kegelapan dan sesungguhnya mereka mendambakan terang Kerajaan Allah.

Kalau sekiranya kita tidak mampu membawa seseorang ke dalam Kerajaan Allah dengan perantaraan Injil, biarlah kita tidak menjadi ‘penghalang’ bagi mereka.

Kasih Allah yang mau menerima orang-orang bertobat adalah dasar sukacita kita. itulah sebabnya ada yang menyebut perumpamaan ini;  perumpamaan tentang kasih Bapa, bukan hanya perumpamaan tentang anak yang hilang. Penekanannya terletak pada ‘tindakan kasih’ Bapa, yang menyambut kembali anak-anakNya yang sempat hilang. Pantaslah sukacita Allah menjadi sukacita kita semua.     Amin.

Sumber: Pdt. A. Munthe (Kabar Baik Dalam Perumpamaan Yesus)

Postingan Terkait



0 komentar: