Ketaatan Mendatangkan
Kemuliaan
Kala itu, ada gejolak dalam kehidupan
Gereja Filipi. Dari luar, jemaat menghadapi penganiayaan dari orang-orang yang
tidak menyukai keberadaan mereka. Dari dalam, ada beberapa orang anggota jemaat
yang saling berseteru satu sama lain (Flp. 4:2). Belum lagi guru-guru palsu
yang membingungkan Gereja dengan ajaran-ajarannya yang menyesatkan (Flp. 3:2). Gejolak
kehidupan gereja seperti itu bisa saja menggoda jemaat untuk tidak lagi taat iman.
Oleh sebab itu menjadi perlu, jemaat ini mengingat kembali “ketaatan yang
berkorban”, yang telah ditunjukkan oleh Kristus, agar mereka dapat berdamai
dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan orang lain.
Nasihat yang Paulus berikan untuk Gereja
Filipi ini bukanlah nasihat yang gampangan, karena suratnya ini ia tulis dari
dalam rumah tahanan di Roma pada masa tahanannya karena memberitakan Injil
Kristus. Paulus menyemangati jemaat dengan teladannya juga. Paulus telah
menghidupi juga “ketaatan yang berkorban” itu.
Penjelasan
Rasul Paulus menganjurkan kepada jemaat
Filipi supaya mereka mempunyai perasaan dan pikiran Kristus. Apa perasaan dan
pikiran yang terdapat dalam Kristus?
Jawabannya ada di ayat 8; ”Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Paulus menggambarkan perasaan dan pikiran
yang terdapat dalam Kristus itu pertama; “Ia
telah merendahkan diri-Nya”. Paulus mengatakan sorga dan tahta yang penuh
sukacita, tidaklah menjadi pilihan bagi Yesus. Walaupun Dia sebenarnya tidak
harus meninggalkan tahtanya, namun karena kasihNya maka Dia memilih
meninggalkan sorga dan mengambil rupa seorang manusia hina agar dia bisa
memasuki ruang kemanusiaan yang kotor dan penuh dosa. Kita ingat peristiwa
Betlehem, bahwa Dia lahir di kandang domba. jadi dia mengambil rupa seorang
hamba yang hina, bahkan lebih hina dari kita-kita ini. Seorang hamba tak lebih
dari pesuruh atau pelayan bahkan lebih tepat dikatakan sebagai seorang
budak. Budak yang harganya persis 30 keping uang perak. Harga yang diterima
Yudas saat dia mencium Yesus untuk menyerahkannya ke tangan musuh-musuhnya.
Gambaran yang kedua; “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. Ketaaatan Yesus bukan hanya ketika Ia mati, tetapi berlangsung dari awal sampai akhir (terus menerus). Mulai dari inkarnasi (Allah Sang Pencipta TURUN DERAJAT menjadi ciptaan (manusia). Sebagai manusia, Ia TURUN LAGI menjadi hamba (budak). Seorang budak tidak punya hak untuk hidupnya. Budak bisa diperlakukan seenaknya oleh tuan yang sudah membelinya, bahkan kalau tuannya ingin membunuhnya pun bisa. Sebuah profil yang sungguh HINA. Dari budak, Yesus TURUN LAGI dengan mati. Matinya pun TURUN LAGI: Ia mati di kayu salib, sebuah tempat penghukuman yang terkutuk dan keji memalukan, karena ditujukan untuk penjahat besar. Mengapa Yesus Mau melakukan itu semua? karena Yesus mentaati perintah Allah. Mengapa Yesus mau taat? Karena Dia mengasihi Bapa.
Ketaatan Yesus bukanlah ketaatan yang mudah
dan otomatis dilakukan-Nya, tetapi melalui perjuangan yang berat. Artinya
ketaatan Yesus merupakan sebuah ketaatan dimana pada setiap langkahnya, Ia bisa
saja berhenti mentaati Bapa-Nya (menyerah). Ketika Ia ternyata hanya dilahirkan
di kandang binatang, dalam kekecewaanya Ia bisa saja membatalkan misi-Nya dan
menolak untuk meneruskan ketaatannya. Ketika pada masa kanak-kanak Ia dikejar
Herodes hendak dibunuh, Ia bisa saja mengurungkan niat-Nya memenuhi misi
Bapa-Nya. Ketika Ia memulai pelayanan-Nya di nazaret dan orang-orang
menolak-Nya bahkan ingin melemparkan-Nya ke jurang, Ia bisa saja membatalkan
ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya saat itu. Demikian juga saat Ia bergumul di
getsemani. Karena beratnya pergumulan Yesus antara ketaatan dan pilihan-Nya,
maka keringat Yesus menjadi titik-titik darah. Artinya saat itu, Yesus
benar-benar gentar menghadapi kematian dan cara kematian-Nya. Yesus mengetahui
dengan sangat detail proses penangkapan, penderitaan, penghinaan, dan kesakitan
yang akan segera dihadapi-Nya… Ia TAHU bahwa Ia akan mati tergantung di atas
kayu salib.
Padahal tahukah Anda bahwa sebetulnya salib
adalah alat penghukuman yang sangat mengerikan? Salib pada masa purba,
berbicara mengenai sebuah alat eksekusi yang hina dan keji, karena sebelumnya
terhukum yang memikul salib harus diarak keliling kota untuk dipermalukan,
kemudian setelah itu di atas salib, sang terhukum digantung untuk merasakan
siksaan selama berhari-hari sampai mengalami kematian.Tidak ada kematian yang
lebih mengerikan daripada kematian melalui penyaliban. “Terkutuklah orang yang
digantung di atas kayu salib”.
Lalu mengapa salib dipilih sebagai simbol
kekristenan? Mengapa bukan palungan, lidah api, mahkota duri, atau burung merpati?
Jawabannya karena salib adalah inti dari
kehidupan Tuhan Yesus.
Sebetulnya, dengan kuasa yang ada padaNya, Yesus
bisa saja membatalkan ketaatan-Nya. Tetapi, ternyata Kristus lebih memilih untuk
TETAP TAAT sampai rencana Allah sepenuhnya terjadi atas-Nya. Matius 26:51-54
jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak mau membatalkan ketaatanNya kepada Allah:
51. Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus
mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam
Besar sehingga putus telinganya.
52. Maka kata
Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab
barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.
53. Atau
kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera
mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
54. Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang
tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Dan yang menarik! Kita baca sesuatu yang sangat LUAR BIASA di Fil. 2:9-11. Dikatakan “Itulah Sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia….” Ayat-ayat ini menceritakan bagaimana Yesus ditinggikan oleh Bapa. Tapi tahukah Anda bahwa Yesus ditinggikan oleh Bapa di sorga, bukan tanpa syarat. Yesus diberikan nama di atas segala nama, bukan tanpa syarat… Ayat 9-11 ini merupakan sebuah akibat dari ayat-ayat sebelumnya. Apa yang bisa kita pelajari dari ayat-ayat ini? Ketika Yesus memilih jalan KETAATAN kepada kehendak Bapa, ketika Dia mau merendahkan diri Turun ke bawah, maka pada saat yang sama sebetulnya Dia sedang DIANGKAT NAIK oleh Bapa sampai ke atas. Prinsipnya: Ketaatan mendatangkan kemuliaan. Salib mendatangkan mahkota.
Refleksi
Yesus Kristus melewati jalan pahit, mengganti
rupa dan kemewahannya, meninggalkan jubah dan mahkota kekuasaannya, hanya demi
kasihNya kepada kita. Di jaman ini banyak orang berambisi bahkan mau menjual
segalanya demi tahta atau kekuasaan, demi mempertahankan kekuasaan pun orang
rela berkonspirasi dengan pasukan pembunuh, bahkan tidak perduli berapa ratus
orang meregang nyawa. Kekuasaan sekarang ini banyak diraih dengan tidak
memiliki etika, apalagi berbicara masalah kasih.
Kasih memerlukan pengorbanan dan kerendahan
hati, Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah contoh yang terutama. Berkorban
berarti tidak mementingkan diri sendiri tapi mampu juga melihat kebutuhan orang
lain. Sebab orang yang tidak mau berkorban, melihat keperluan orang lain pasti
akan mendapati dirinya sendirian, yang dia jumpai dan pikirkan hanya dirinya
sendiri, oleh karena itu biasanya orang yang hanya memikirkan diri sendiri
selalu merasa kesepian. Tetapi bagi orang yang banyak berkorban akan mendapati
dirinya dengan kehidupan yang berkualitas dengan hubungan yang baik dengan
orang lain maupun lingkungannya. Oleh karena itu dalam kita merenungkan kasih
dan pengorbanan Yesus dalam minggu passion ini kita juga bisa berbuat didalam
kasih tidak hanya untuk keluarga, jemaat kita tetapi pada seluruh ciptaaanNya.
Yesus mengorbankan totalitas hidupnya di dalam
ketaatan dan kesetiaan kepada Bapa. Walaupun itu harus melalui jalan duri,
walaupun itu penuh penderitaan namun Dia tetap setia hingga tersalib dan
mati. Tetapi apakah kita juga setia terhadap Dia yang telah menebus kita?
sering sekali justru pemberontakanlah yang kita lakukan, yang mendukakan bapa
di sorga.
Banyak orang Kristen memakai sistem meniru hewan mimikri, menjadi ‘manusia bunglon’. asal selamat biarlah iman tergadai. Maka tidak ada bedanya lagi antara kita dengan orang yang tidak Kristen. ini perlu menjadi koreksi kepada kita semua. Atau seperti dikatakan Yusuf Roni, kita sering meniru Kapal Selam bukan meniru Kristus. Kapal selam, hanya sesekali muncul di permukaan, 90% hidupnya berada di lautan yang dalam. Banyak orang Kristen hanya sesekali muncul di kehidupan ini namun 90% hidupnya melanglang buana di dunia gelap, entah apa yang dilakukan kita tidak tahu.
Setelah ribuan tahun gereja berdiri apakah
semakin perduli atau tidak, semakin banyak berbuah atau tidak. Marilah kita
berupaya agar kehadiran gereja bisa menjadi garam dan terang, bukan pula
menjadi penghianat-penghianat Firman, tetapi semakin setia menuruti kehendak
Bapa di Sorga.
Apakah ada upah ketaatan dan kesetiaan kita? Yesus Kristus mendapatkan penghormatan besar duduk disebelah kanan Allah Bapa dan semua lidah mengaku Ia adalah Tuhan. Tentu upah kita juga akan besar di sorga. Walaupun kita belum bisa seperti Kristus tetapi kita perlu berdoa agar kelak wajah kesegambaran kita semakin sempurna. Amin.
(dari
berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar