Menjadi Saksi
Kristus
Setelah Yesus
dibangkitkan, Dia naik ke sorga dan mengutus Roh Kudus untuk menolong manusia
dalam hidupnya. Amanat agung Tuhan Yesus untuk menjadikan segala bangsa menjadi muridNya, ditambah lagi
peneguhanNya atas diri para rasul untuk menjadi saksiNya (1:8) menjadikan teks
ini mengacu pada tugas memanggil orang lain datang pada Yesus. Tugas pekabaran
injil oleh para rasul pada permulaannya dialamatkan kepada orang-orang Yahudi
di Yerusalem. Teks ini merupakan rangkaian dari peristiwa pekabaran injil yang
para rasul lakukan di Yerusalem.
Dalam ayat-ayat
sebelumnya dijelaskan bahwa para rasul mengadakan tanda dan mujizat di antara
orang banyak sehingga makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya
kepada Tuhan (5:14). Mengetahui hal ini, Imam Besar dan para pengikutnya yaitu
orang Saduki menangkap para rasul itu dan memasukkan mereka ke penjara. Namun, pada malam
harinya seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu
penjara itu dan membawa mereka ke luar. Atas perintah Tuhan, mereka
memberitakan Injil di Bait Allah.
Penjelasan
Ayat 27-28
Setelah mengetahui
bahwa kedua rasul (kemungkinan Petrus dan Yohanes) ada di Bait Allah, kepala
pengawal menangkap kedua rasul itu tanpa kekerasan. Mereka takut akan dilempari
orang banyak yang tertarik dengan pemberitaan para rasul itu (26). Mereka
dihadapkan di depan Mahkamah Agama. Mahkamah Agama (Sanhedrin) memiliki
kekuasaan administratif dan dapat memerintahkan penahanan oleh pejabat-pejabat
pengadilannya sendiri. Dalam kasus para rasul ini, pelanggaran yang mereka
lakukan sesuai hukum Yahudi adalah pengajaran sesat. Sebelumnya,
para rasul telah dilarang mengajarkan Yesus Kristus
kepada orang Yahudi(4:17-18). Kini imam besar yang merupakan pemimpin Mahkamah
Agama mengingatkan larangan tersebut kepada mereka. Mereka dianggap telah
memenuhi Yerusalem dengan ajaran tentang Yesus. Peristiwa penyaliban,
kebangkitan dan kenaikan Yesus serta ajaran-ajaranNya yang diberitakan para
rasul ini menjadi perbincangan di Bait Allah di antara orang-orang Yahudi.
Mahkamah Agama yang dulu menghukum Yesus melalui Pilatus, dalam teks ini cuci
tangan. Para rasul dianggap hendak menanggungkan darah Yesus kepada Mahkamah
Agama.
Ayat 29
Petrus dan para
rasul yang ditangkap itu menjawab bahwa mereka harus lebih taat kepada Allah
daripada kepada manusia. Maksudnya, para rasul menegaskan bahwa apa yang mereka
lakukan adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Allahlah yang menyuruh mereka
untuk memberitakan Injil. Walaupun ancaman datang dari Mahkamah Agama dan orang
Yahudi lain, ini tidak membuat para rasul takut. Mereka menunjukkan ketaatan
pada Tuhan yang mengutus mereka, bukan ketaatan karena ketakutan kepada para
penguasa. Walaupun diancam, mereka tidak mau berhenti memberitakan firman
Tuhan. Dalam hal ini, terdapat perubahan yang mencolok dari pribadi Petrus dan
para rasul. Saat Yesus diadili dan dihukum, para muridNya malah ada yang menyangkalNya
dan lari. Tapi dalam teks ini perubahan itu sangat signifikan. Setelah Roh
Kudus memenuhi hidup mereka, mereka berani menghadapi ancaman apapun yang
datang dari manusia demi melaksanakan kehendak Allah.
Ayat 30-31
Dalam ayat ini, para
rasul menjadikan pengadilan ini sebagai kesempatan untuk memberitakan Injil.
Mereka menerangkan bahwa Allah nenek moyang Israellah yang telah membangkitkan
Yesus. Kalimat ini mempunyai dua implikasi.
Pertama, untuk menjelaskan bahwa para rasul
tetap mengakui Allah nenek moyang Israel, yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakus
sebagai Allah. Percaya kepada Yesus tidak membuat mereka mengingkari iman
kepada Allah nenek moyang Israel. Malah, Allahlah yang telah membangkitkan
Yesus. Allah yang disembah turun-temurun oleh bangsa Yahudi adalah Allah yang
terlibat dalam pekerjaan Yesus.
Kedua, untuk menepis skenario bohong yang
diciptakan Mahkamah Agama yang mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit, melainkan
mayatNya telah dicuri oleh para muridNya (lih. Mat. 28:11-15). Selanjutnya para
rasul menjelaskan bahwa Yesus adalah yang ditinggikan/dipilih Allah menjadi
Pemimpin dan Juruselamat. Ini menegaskan pengurapan Yesus sebagai Pemimpin/Raja
Israel dan Juruselamat. Tapi, bukan dalam pengertian politis/kekuasaan.
Ke-Pemimpin-an dan ke-Juruselamat-an Yesus sebenarnya adalah untuk tujuan
rohani, yaitu supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Selama
ini Mesias dipandang akan membawa pembebasan politik dari Romawi, tetapi Mesias
sebenarnya adalah untuk membawa kelepasan dari perbudakan dosa.
Ayat 32
Para rasul mengakui
bahwa mereka adalah saksi dari semua yang mereka beritakan itu. Arti saksi bisa
mencakup dua hal. Pertama, menunjuk pada saksi mata yang melihat, mendengar,
bahkan mengalami setiap kejadian yang terjadi pada Yesus. Kedua, menunjuk pada
pekerjaan pemberitaan yang mereka lakukan. Tetapi bukan hanya para rasul yang
menjadi saksi dari semua itu, tetapi juga Roh Kudus yang dikaruniakan kepada
orang yang taat kepada Allah. Artinya, para murid percaya bahwa Roh Kudus
bersaksi tentang Yesus (bnd. Yoh. 15:26) dan akan mengajar para murid tentang
segala ajaran Yesus (Yoh. 14:26).
Refleksi
1. Minggu ini
adalah minggu Quasimodogeniti yang artinya “seperti bayi yang baru lahir, yang
selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”
(1 Petrus 2:2). Di dalam minggu ini, firman Tuhan mengajar kita untuk menjaga
kekudusan hidup setelah penebusan yang dikerjakan oleh Yesus melalui
kematianNya dan kemenangan atas maut melalui kebangkitanNya. Melalui teks
firman Tuhan ini kita diteguhkan untuk tetap bertahan di dalam iman walaupun
banyak tantangan yang kita hadapi. Tugas yang harus kita lakukan sebagai orang
yang telah dikuduskan adalah memberitakan atau menjadi saksi atas kematian dan
kebangkitan Yesus.
2. Tantangan
dalam Pekabaran Injil memang sering terjadi, tidak hanya pada para rasul,
tetapi juga pada masa kini. Tantangan-tangangan lain dalam memberitakan Injil
bisa datang dari otoritas setempat. Kita harus berhikmat dalam memberitakan
Injil. Tapi kita tidak boleh takut karena harus tetap lebih taat kepada Allah
yang menyuruh kita daripada kepada manusia. Kita harus lebih takut kepada Dia
yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh daripada kepada manusia yang
hanya berkuasa membinasakan tubuh (Mat. 10:28).
3. Kita adalah
saksi Kristus. Kita memang tidak menyaksikan/melihat kematian dan kebangkitan
Yesus. Tetapi kita berbahagia seperti kata Yesus “berbahagialah orang yang
tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Kepercayaan ini membuat kita teguh
untuk menjadi pemberita Yesus. Epistel Wahyu 1:4-8 menjelaskan bahwa kelak kita
akan melihat Yesus, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan berkuasa
atas raja-raja, datang dalam kemuliaan. Kita harus siap untuk menepis segala
bentuk skenario yang tidak mengakui dan menolak kebangkitan Yesus, misalnya
dengan mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit secara faktual, tetapi hanya secara
memori/kenangan.
Pdt. Walsen Napitu, MA
0 komentar:
Posting Komentar