“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Selasa, 02 April 2013

Kisah Para Rasul 5:27-32 (Khotbah Minggu, 7 April 2013)

Menjadi Saksi Kristus

Pendahuluan
Setelah Yesus dibangkitkan, Dia naik ke sorga dan mengutus Roh Kudus untuk menolong manusia dalam hidupnya. Amanat agung Tuhan Yesus untuk menjadikan segala bangsa menjadi muridNya, ditambah lagi peneguhanNya atas diri para rasul untuk menjadi saksiNya (1:8) menjadikan teks ini mengacu pada tugas memanggil orang lain datang pada Yesus. Tugas pekabaran injil oleh para rasul pada permulaannya dialamatkan kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Teks ini merupakan rangkaian dari peristiwa pekabaran injil yang para rasul lakukan di Yerusalem.

Dalam ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa para rasul mengadakan tanda dan mujizat di antara orang banyak sehingga makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan (5:14). Mengetahui hal ini, Imam Besar dan para pengikutnya yaitu orang Saduki menangkap para rasul itu dan memasukkan mereka ke penjara. Namun, pada malam harinya seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar. Atas perintah Tuhan, mereka memberitakan Injil di Bait Allah.

Penjelasan
Ayat 27-28
Setelah mengetahui bahwa kedua rasul (kemungkinan Petrus dan Yohanes) ada di Bait Allah, kepala pengawal menangkap kedua rasul itu tanpa kekerasan. Mereka takut akan dilempari orang banyak yang tertarik dengan pemberitaan para rasul itu (26). Mereka dihadapkan di depan Mahkamah Agama. Mahkamah Agama (Sanhedrin) memiliki kekuasaan administratif dan dapat memerintahkan penahanan oleh pejabat-pejabat pengadilannya sendiri. Dalam kasus para rasul ini, pelanggaran yang mereka lakukan sesuai hukum Yahudi adalah pengajaran sesat. Sebelumnya, para rasul  telah dilarang mengajarkan Yesus Kristus kepada orang Yahudi(4:17-18). Kini imam besar yang merupakan pemimpin Mahkamah Agama mengingatkan larangan tersebut kepada mereka. Mereka dianggap telah memenuhi Yerusalem dengan ajaran tentang Yesus. Peristiwa penyaliban, kebangkitan dan kenaikan Yesus serta ajaran-ajaranNya yang diberitakan para rasul ini menjadi perbincangan di Bait Allah di antara orang-orang Yahudi. Mahkamah Agama yang dulu menghukum Yesus melalui Pilatus, dalam teks ini cuci tangan. Para rasul dianggap hendak menanggungkan darah Yesus kepada Mahkamah Agama.

Ayat 29
Petrus dan para rasul yang ditangkap itu menjawab bahwa mereka harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Maksudnya, para rasul menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Allahlah yang menyuruh mereka untuk memberitakan Injil. Walaupun ancaman datang dari Mahkamah Agama dan orang Yahudi lain, ini tidak membuat para rasul takut. Mereka menunjukkan ketaatan pada Tuhan yang mengutus mereka, bukan ketaatan karena ketakutan kepada para penguasa. Walaupun diancam, mereka tidak mau berhenti memberitakan firman Tuhan. Dalam hal ini, terdapat perubahan yang mencolok dari pribadi Petrus dan para rasul. Saat Yesus diadili dan dihukum, para muridNya malah ada yang menyangkalNya dan lari. Tapi dalam teks ini perubahan itu sangat signifikan. Setelah Roh Kudus memenuhi hidup mereka, mereka berani menghadapi ancaman apapun yang datang dari manusia demi melaksanakan kehendak Allah.

Ayat 30-31
Dalam ayat ini, para rasul menjadikan pengadilan ini sebagai kesempatan untuk memberitakan Injil. Mereka menerangkan bahwa Allah nenek moyang Israellah yang telah membangkitkan Yesus. Kalimat ini mempunyai dua implikasi.
Pertama, untuk menjelaskan bahwa para rasul tetap mengakui Allah nenek moyang Israel, yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakus sebagai Allah. Percaya kepada Yesus tidak membuat mereka mengingkari iman kepada Allah nenek moyang Israel. Malah, Allahlah yang telah membangkitkan Yesus. Allah yang disembah turun-temurun oleh bangsa Yahudi adalah Allah yang terlibat dalam pekerjaan Yesus.
Kedua, untuk menepis skenario bohong yang diciptakan Mahkamah Agama yang mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit, melainkan mayatNya telah dicuri oleh para muridNya (lih. Mat. 28:11-15). Selanjutnya para rasul menjelaskan bahwa Yesus adalah yang ditinggikan/dipilih Allah menjadi Pemimpin dan Juruselamat. Ini menegaskan pengurapan Yesus sebagai Pemimpin/Raja Israel dan Juruselamat. Tapi, bukan dalam pengertian politis/kekuasaan. Ke-Pemimpin-an dan ke-Juruselamat-an Yesus sebenarnya adalah untuk tujuan rohani, yaitu supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Selama ini Mesias dipandang akan membawa pembebasan politik dari Romawi, tetapi Mesias sebenarnya adalah untuk membawa kelepasan dari perbudakan dosa.

Ayat 32
Para rasul mengakui bahwa mereka adalah saksi dari semua yang mereka beritakan itu. Arti saksi bisa mencakup dua hal. Pertama, menunjuk pada saksi mata yang melihat, mendengar, bahkan mengalami setiap kejadian yang terjadi pada Yesus. Kedua, menunjuk pada pekerjaan pemberitaan yang mereka lakukan. Tetapi bukan hanya para rasul yang menjadi saksi dari semua itu, tetapi juga Roh Kudus yang dikaruniakan kepada orang yang taat kepada Allah. Artinya, para murid percaya bahwa Roh Kudus bersaksi tentang Yesus (bnd. Yoh. 15:26) dan akan mengajar para murid tentang segala ajaran Yesus (Yoh. 14:26).

Refleksi
1.     Minggu ini adalah minggu Quasimodogeniti yang artinya “seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya  olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:2). Di dalam minggu ini, firman Tuhan mengajar kita untuk menjaga kekudusan hidup setelah penebusan yang dikerjakan oleh Yesus melalui kematianNya dan kemenangan atas maut melalui kebangkitanNya. Melalui teks firman Tuhan ini kita diteguhkan untuk tetap bertahan di dalam iman walaupun banyak tantangan yang kita hadapi. Tugas yang harus kita lakukan sebagai orang yang telah dikuduskan adalah memberitakan atau menjadi saksi atas kematian dan kebangkitan Yesus.
2.     Tantangan dalam Pekabaran Injil memang sering terjadi, tidak hanya pada para rasul, tetapi juga pada masa kini. Tantangan-tangangan lain dalam memberitakan Injil bisa datang dari otoritas setempat. Kita harus berhikmat dalam memberitakan Injil. Tapi kita tidak boleh takut karena harus tetap lebih taat kepada Allah yang menyuruh kita daripada kepada manusia. Kita harus lebih takut kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh daripada kepada manusia yang hanya berkuasa membinasakan tubuh (Mat. 10:28).
3.     Kita adalah saksi Kristus. Kita memang tidak menyaksikan/melihat kematian dan kebangkitan Yesus. Tetapi kita berbahagia seperti kata Yesus “berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Kepercayaan ini membuat kita teguh untuk menjadi pemberita Yesus. Epistel Wahyu 1:4-8 menjelaskan bahwa kelak kita akan melihat Yesus, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan berkuasa atas raja-raja, datang dalam kemuliaan. Kita harus siap untuk menepis segala bentuk skenario yang tidak mengakui dan menolak kebangkitan Yesus, misalnya dengan mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit secara faktual, tetapi hanya secara memori/kenangan.

Pdt. Walsen Napitu, MA

Postingan Terkait



0 komentar: