“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 26 April 2013

Mazmur 148:1-14

Langit, Bumi Bernyanyi Bersama Memuji Allah

Mazmur ini adalah sebuah pujian dan pengagungan terhadap Allah, Sang Pencipta. Bukan berupa pujian pribadi namun justru sebuah ajakan kepada seluruh ciptaan baik yang bernafas maupun tidak, baik yang ada di surga, langit, bumi maupun yang di bawah bumi untuk memadukan puji-pujian bagi Allah.


Penjelasan
Dari kitab Yesaya (6:1-3) dan Wahyu (14:1-3) kita tahu, Nabi Yesaya dan Yohanes melihat Allah duduk di singgasana-Nya, serta mahluk-mahluk sorga (malaikat) memuji-muji Dia. Namun dalam nas ini pemazmur mengajak para malaikat untuk memuji Allah. Itu berarti surga dan dunia bersatu untuk memuji Allah. Sungguh spiritualitas pemazmur amat dalam. Surga dan dunia menyatu di dalam hatinya.

Pada hakekatnya kita pun dapat berada dalam spiritualitas seperti itu, sebab melalui Doa Bapa Kami, kita diajar agar kehendak Allah terlaksana di dunia sama seperti di surga. Dengan ungkapan tersebut, dunia menyatu dengan surga dalam kehidupan kita. Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa kita bersyukur dan memuji Allah juga bersama dengan para malaikat di surga.

Dari surga, pemazmur turun ke bawah untuk mengajak matahari, bulan dan bintang. Langit juga diundangnya, termasuk  langit di atas langit. Dalam hal ini pemazmur seperti seorang maestro dirigen dari sebuah orchestra, memimpin alam semesta untuk memuji dan menyanyikan pujian pengagungan bagi Allah.

Alasan pemazmur untuk memuji Allah diungkapkannya: “Sebab Dia memberi perintah maka semuanya tercipta”. Allah tidak hanya menciptakan segala yang ada, tetapi Ia juga menghendaki agar semua yang diciptakan-Nya itu terus ada dan dalam rangka melakukan kehendak-Nya. Ditambahkan pemazmur lagi, ketetapan Allah itu tidak dapat dilanggar oleh alam semesta.

Setelah memanggil surga dan langit serta benda benda yang ada di langit itu, pemazmur turun lagi ke bawah. Sekarang bumi yang diajaknya untuk memuji Allah. Berbicara tentang bumi, pemazmur memahami adanya mahluk-mahluk raksasa yang mendiami samudera raya. Mahluk ini pun diajak untuk memuji Allah. Tidak ada satu mahluk pun yang tidak turut ambil bagian dalam memuji Allah, semua elemen-elemen yang ada di dalam bumi harus turut memuji Allah, sebab Allah itu layak dipuji. Semua makhluk harus tunduk dan turut memuji Allah.

Terakhir pemazmur mengajak manusia untuk memuji Allah. Pemazmur mengajak orang yang paling tinggi, yakni raja, pembesar dan kaum tua juga yang muda. Jika alasan yang pertama mengapa Allah harus di puji ialah: karena Dialah pencipta kita, di sini pemazmur mengungkapkan alasan mengapa kita harus memuji Dia, “karena Allah telah meninggikan tanduk  umat-Nya”. Tanduk berbicara tentang kekuatan. Umat adalah persekutuan yang kuat, tidak akan ada yang dapat mengalahkannya. Dosa dan maut pun tidak akan dapat mengalahkan kita. Oleh karena itu layaklah orang pilihan Allah mengagungkan Dia yang adalah Raja.

Renungan
1.     Kekuatan dan keganasan alam dapat membunuh manusia,  karenanya manusia memiliki ‘ketakutan’ terhadap alam sehingga dalam ketakutannya itu manusia menyembah alam (gunung, laut,  batu, pohon, sungai, dll) agar alam tidak mencelakakan dan membunuh mereka. Pemazmur mengingatkan kita bahwa seluruh alam raya adalah ciptaan Allah. Sebagai sesama ‘ciptaan’, manusia tidak patut menyembah alam ini. Yang patut disembah hanyalah ‘Sang Pencipta’ itu, yaitu Allah Bapa.
2.     Manusia juga tidak boleh disembah sekalipun dia sangat berkuasa. Mungkin seorang raja, sakti, penakluk, dll. Betapa pun berkuasa dan kuatnya manusia itu, dia tetap saja sebauh ciptaan, sama seperti kita. Sekali lagi, hanya Allah yang patut disembah.
3.     Hendaklah kita senantiasa mengandalkan Allah, bukan kekuatan alam atau manusia sekalipun dalam bentuk supranatunral.
4.     Pemazmur mengajak seluruh alam untuk memuji Allah.  Namun apa yang kita lakukan justru bertentangan dengan Pemazmur. Kita malah merusak alam (eksploitasi berlebihan) yang sedang memuji Allah melalui segala keelokan dan keindahannya. Seharusnya kita bersama-sama Pemazmur mengajak alam untuk memuji Allah dengan tetap memelihara alam itu, bukan malah merusaknya.

Postingan Terkait



0 komentar: