Allah Sendiri Yang
Menghibur dan Meneguhkan Umat-Nya
Ketika kitab ini ditulis, gereja perdana
berada dalam situasi yang sulit. Domitian, Kaisar Romawi waktu itu,
memerintahkan seluruh penduduk dalam wilayah pemerintahannya untuk menyembah
dan mengakui Kaisar sebagai Tuhan. Orang-orang Kristen tidak mau menaatinya,
karena hanya Kristuslah Tuhan dan hanya Dia yang layak disembah. Akibatnya,
mereka mengalami tekanan dan penganiayaan bahkan tidak sedikit yang mati martir
karena iman mereka. Melihat kenyataan yang demikian banyak yang mulai meragukan
pribadi dan kuasa Tuhan Yesus.
Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (ay. 1) yang sedang menjalani masa ujian dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang.
Penjelasan
Ayat 4a.
Kitab Wahyu dialamatkan kepada tujuh jemaat
di Asia Kecil. Asia Kecil pada zaman itu merupakan salah satu dari propinsi
Kerajaan Romawi (di sekitar daerah Turki barat yang sekarang). Setiap jemaat
tertentu terdiri atas berbagai kumpulan jemaat. Barangkali jemaat-jemaat ini
telah dipilih karena mereka mewakili keseluruhan jemaat pada masa itu, karena
kata "tujuh" bermakna suatu keseluruhan yang lengkap. Apa yang telah
difirmankan kepada mereka dimaksudkan untuk segenap jemaat. Dengan kata lain,
"tujuh jemaat" itu mewakili semua jemaat sepanjang zaman gereja ini.
‘Kasih
karunia’
adalah kebaikan Allah yang diberikan kepada mereka yang tidak layak
mendapatkannya. Sebagai orang berdosa kita layaknya langsung dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Kalau kita masih dibiarkan hidup, sebetulnya itu
merupakan kasih karunia semata.
‘Damai
sejahtera’
merupakan hasil atau akibat dari
pemberian kasih karunia, dan ‘damai’ ini menunjuk pada:
- Damai
antara manusia dengan Allah melalui Kristus.
- Keadaan hati orang yang telah
didamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Padahal penerima Kitab Wahyu ini adalah gereja yang menderita
penganiayaan. Jelas bahwa ‘damai dalam badai’ adalah sesuatu yang memungkinkan! (Band. Fil 4:6-7).
Ayat 4b-5.
Ayat ini mencakup ketiga pribadi dari Allah
Tritunggal. Jadi salam dalam ay 4b-5a itu diberikan oleh ke-3 pribadi dari
Allah Tritunggal. Berkat, kasih karunia dan damai sejahtera berasal dari Dia... dan dari ketujuh Roh... dan
dari Yesus Kristus.... Seperti juga dalam 2 Kor. 13:14, Allah
yang Tritunggal adalah sumber berkat yang diucapkan Rasul Yohanes.
Bilangan 7 tidak menunjukkan bahwa ada 7
Roh Kudus, tetapi melambangkan kesempurnaan. Tentu saja sebetulnya Roh Kudus
hanya satu (1 Kor. 12:4, 7-11). Bisa jadi "tujuh roh" itu mewakili
kesempurnaan dan pelayanan Roh Kudus kepada jemaat.
Ayat
5b-6.
Merupakan ajakan untuk memuji Tuhan
meskipun umat sedang mengalami penderitaan. Alasan memuji Tuhan adalah karena
di dalam Yesus Kristus, Ia telah mengasihi dan menebus kita. Dia telah melepaskan kita dari dosa.
Kata ‘mengasihi’ ada dalam present
tense, sedangkan ‘melepaskan’ ada dalam past tense. Artinya Kasih Kristus adalah suatu hubungan terus menerus.
Kristus melepaskan kita sekali untuk selamanya, tetapi selalu mengasihi kita
(Ibr. 9:28). Kata melepaskan dalam bahasa Yuanani disebut LUEIN yang artinya identik dengan mencuci atau membebaskan.
Artinya darah Kristus berfungsi untuk mencuci/menghapus/ mengampuni dosa
kita. Itulah fungsi yang benar dari darah Kristus. Oleh sebab itu dalam
penderitaan, keadaan ditindas, dihina oleh dunia, miskin, sakit, dsb, kita
harus senantiasa menyadari kedudukan kita yang tinggi di hadapan Allah ini.
Orang percaya di dalam Kristus disebut sebagai ”kerajaaan“ bukan “raja-raja“
artinya hidup dalam persekutuan yang fungsional bukan penekanan pada posisi
(struktur sosial), orang percaya adalah “imam“ yang senantiasa mempersembahkan
hidupnya bagi Tuhan.
Ayat
7-8.
Ayat 7 ini menunjuk pada kedatangan
Kristus yang keduakalinya. Ini merupakan thema besar dalam Kitab Wahyu dan
merupakan sumber penghiburan dan penguatan bagi orang kristen yang tertindas
dan dianiaya, tetapi sebaliknya merupakan ancaman bagi orang jahat/tak percaya.
Sebutan kata “awan“ dapat memiliki arti kehadiran dan kemuliaan
Tuhan [awan dalam pemikiran Ibrani pada umumnya dihubungkan dengan
kehadiran ilahi (Kel. 13:21; 16:10; Mat. 17:5; Kis. 1:9)]. Jadi,
‘Yesus akan datang keduakalinya dengan awan-awan’ maksudnya adalah bahwa ‘Ia
akan datang keduakalinya dengan kemuliaanNya’. Dulu, pada kedatanganNya yang
pertama Ia datang dengan kehinaan karena Ia merendahkan diri menjadi seorang
manusia/bayi yang lemah dan miskin, sehingga banyak orang yang tidak mengenaliNya
atau mempercayaiNya sebagai Allah/Tuhan. Tetapi pada kedatanganNya yang
keduakalinya Ia datang dengan seluruh kemuliaanNya, sehingga semua orang akan
mengenaliNya sebagai Allah/Tuhan (band. Fil 2:10-11). Pengaharapn orang percaya
kepada Tuhan yang disebut sebagai Alpa dan Omega, menegaskan bahwa Yesus adalah
Allah, Dia adalah yang Awal dan terakhir, hal itu kembali menegaskan
penghiburan bagi jemaat kristen yang menderita. Pengakuan Alpa dan Omega menegaskan
bahwa Dia adalah Tuhan dan Allah kita sebagai mana pengakuan Thomas (Yoh.
20:28).
Refleksi
Pernahkah Anda diperhadapkan dengan pilihan
sulit yang berkaitan dengan iman Anda kepada Tuhan Yesus? Apakah Anda bersedia
untuk membayar harga atau menanggung resiko seberat apa pun demi mempertahankan
iman kepada Tuhan? Bisa jadi bahwa karena iman kepada Tuhan Yesus, Anda harus kehilangan
pekerjaan, atau ditinggalkan teman-teman. Anda dibenci, diejek, dihina,
dianiaya, bahkan diancam untuk dibunuh.
Di tengah pergumulan dan penderitaan
seberat apa pun, Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Anda. Sebab, Kristus
yang diwahyukan disini adalah Kristus yang
ada, dan yang sudah ada dan yang akan datang (ay. 4). Pada masa
lalu Kristus adalah Saksi yang
setia dan yang pertama
bangkit dari antara orang mati; pada masa kini Dia adalah yang mengasihi kita dan yang telah
melepaskan kita dari dosa kita (ay. 5); dan pada masa yang akan
datang. Ia datang dengan awan-awan
dan setiap mata akan melihat Dia ... Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia.
Ungkapan ‘Kasih karunia’ dan ‘damai
sejahtera’, menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali
kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih
karunia tersebut. Damai sejahtera, yang berarti kedamaian dan kesentosaan jiwa
karena kepastian telah diperolehnya damai dengan Allah, juga dikatakan selalu beserta
umat-Nya. Itu berarti, bagi orang-orang yang berada dalam kasih karunia Allah,
damai sejahtera hadir, dan di saat-saat topan kesengsaraan mengamuk, kedua hal
itu menjadi bekal sekaligus titik berangkat pengharapan.
Pendeknya, dengan ‘kasih karunia dan damai
sejahtera’ bagi umat-Nya, Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi
masa uji yang paling berat sekalipun. Ya, Allah mengasihi umat-Nya dan tidak
membiarkan mereka berjuang sendirian. Allah sendiri tampil sebagai Penghibur
dan Peneguh umatNya. Amin
Dari berbagai
sumber
0 komentar:
Posting Komentar