Tuhan Yesus Gembala
Kita
Akibat dosa dan ketidaksetiaan bangsa Israel
kepada Allah, mereka dihukum melalui tangan bangsa lain. Bangsa-bangsa memerangi
Israel, mereka ditangkap dan disiksa, terjadi multikrisis, sampai akhirnya, Israel
tertawan dan dibawa ke negeri orang Babel. Bangsa itu telah kehilangan kebebasan
dan kebahagiaannya menjalani hidup.
Nabi Yehezkiel turut terbuang bersama-sama
bangsa Irael ke negeri Babel. Ia adalah seorang imam yang setia kepada Allah. Setelah
kurang lebih 15 tahun berada di negeri pembuangan Babel, Allah memanggilnya
menjadi seorang nabi di tengah-tengah bangsa Israel untuk menyampaikan firman
dan rencana Allah bagi bangsa itu.
Yehezkiel yang berarti "Allah
menguatkan", suatu nama yang dapat memberikan jawaban terhadap
permasalahan Israel di pembuangan. Lewat nubuat nabi Yehezkiel, Allah ingin agar Israel tetap berharap serta bersabar menantikan kasih dan pembebasan
Allah.
Penjelasan
Allah adalah setia, Ia tidak pernah
melupakan janji-Nya terlebih kasihNya kepada mereka yang setia. Melalui Yehezkiel,
Allah menyampaikan rencana pembebasanNya bagi bangsa itu. Allah sendiri yang
akan turun tangan untuk mengumpulkan bangsa itu dan membawa mereka pulang ke
tanah milik mereka sendiri yang telah Allah berikan kepada mereka sebelumnya,
Kanaan.
Mengapa Allah harus turun tangan? Dari ayat
1-10 kita tahu jawabannya, bahwa para pemimpin Israel tidak ada lagi yang
benar-benar melaksanakan panggilannya dengan bertanggungjawab. Mereka yang
seharusnya melayani bangsa itu, malah melayani diri mereka sendiri. Mereka yang
seharusnya memperhatikan kepentingan bangsa itu, malah hanya memperhatikan
kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu, Allah akan mengambil hak pelayanan
dari pemimpin-pemimpin Israel itu dan langsung turun tangan menggembalakan
bangsaNya.
Dalam firmanNya ini, Allah juga secara gamblang
menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya tugas ‘pengembalaan’ itu dilaksanakan.
Melalui kiasan, Allah memberitahukan bahwa Dia adalah Gembala yang sejati, yang
menjaga dan memperhatikan kebutuhan domba-dombaNya. firmanNya ini adalah Nubuat
kedatangan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus, Gembala Yang Baik itu. Yang
akan merealisasikan rencana Allah untuk menggembalakan Israel.
Pekerjaan menggembala domba di Israel (juga
negeri sekitarnya) sangat berat. Acapkali domba-domba tidak mau makan rumput jika
tidak melihat atau mendengar suara gembalanya. Padahal, gembala seringkali harus
menempatkan domba-dombanya secara terpisah karena rumput yang terbatas. Belum
lagi, padang rumput itu berada di tempat-tempat yang tinggi (gunung, bukit) dan
sangat jauh dari perkampungan. Maka tidak heran, para gembala di Israel harus
menginap berhari-hari lamanya untuk membawa dombanya mencari makan dan minum.
Gembala di Israel tidak boleh terlelap, mereka
harus tetap berjaga secara bergantian karena setiap saat domba mereka bisa mendapat
celaka; jatuh ke jurang, dimakan binatang buas atau diambil pencuri/perampok.
Sehingga gembala-gembala di Israel selalu membawa kantong (tas) yang terbuat
dari kulit binatang sebagai tempat untuk bekal makanan seperti; roti, buah-buahan
kering, keju, minyak zaitun dan air minum. Setiap gembala harus pandai melontarkan
batu dari Umban (lih.1 Sam. 17:40,49),
untuk memperingatkan dombanya yang tidak mau dipanggil agar tidak berjalan
lebih jauh. Batu itu akan diumban tepat di depan hidung domba itu sebagai
peringatan untuk kembali ke kumpulannya (beda sekali dengan gembala-gembala di Eropah,
mereka biasanya ditemani beberapa ekor anjing gembala untuk menjaga dombanya). Umban
itu juga digunakan sebagai senjata pelontar untuk binatang buas dan para
pencuri. Selain itu mereka juga harus membawa Gada. Gada adalah sebuah tongkat pendek,
ujung yang satunya bulat besar dan diberi bahan-bahan logam yang tajam (semacam
paku), ujung yang lain lebih kecil sebagai pegangan. Pada pegangannya diberi
lubang dan diikatkan tali kulit. Tali kulit itu dililitkan di pinggang. Ini adalah
senjata jarak dekat bagi gembala. Selain Umban dan Gada, mereka juga membawa
tongkat panjang yang ujung bagian atasnya bengkok, berfungsi sebagai pengait,
untuk mengait leher domba agar tidak menjauh dari kumpulannya.
Di Israel, gembala berjalan di depan diikuti
dombanya dari belakang. Gembala lebih dahulu mengawasi apakah tempat yang
dituju itu aman atau tidak. Jika dombanya sedang makan atau minum, gembala juga
harus memperhatikan apakah ada yang hilang, sakit atau terluka. Jika ada,
gembala harus menacari sampai ketemu, mengobati dan memulihkannya.
Gambaran ini menunjukkan kepada kita bahwa
tugas gembala itu bukanlah sebuah tugas yang bisa dikerjakan dengan santai,
apalagi malas-malasan. Seorang gembala harus selalu berada di tengah-tengah dombanya.
Gembala harus selalu menjaga dan memperhatikan domba-dombanya. Seorang gembala harus
siap berkorban dan menghadapi resiko yang sangat berbahaya demi menjaga
domba-dombanya; menghadapi binatang buas maupun pencuri yang bisa saja
mencelakakannya.
Demikianlah Allah akan menggembalakan Israel
dengan tanganNya sendiri. Membawa mereka pulang kepada keadaan sukacita dan
bahagia, mengobati hati mereka yang telah terluka, memulihkan keadaan mereka
yang sengsara. Dia adalah Allah yang begitu perduli meskipun umatNya tidak
perduli kepadaNya.
Refleksi
Dalam hidup ini, kita sering menemui
keadaan seperti yang dihadapi umat Israel itu. kita merasa terbuang, terasing, terkucilkan,
bahkan merasa ditinggalkan dan dibiarkan oleh Allah. Dalam keadaan yang
demikian kita berusaha untuk melepaskan diri dengan upaya kita sendiri. Dalam
nas ini kita diingatkan bahwa nubuat ini telah digenapi, kita memiliki Tuhan Yesus
sebagai Gembala kita, yang akan menuntun kita pada kehidupan. Allah tidak
pernah membiarkan kita seorang diri, karena itu dengarlah “suara”-Nya dan
ikutilah “jalan” yang ditunjukkanNya. Sebab suara dan jalan itu menuju kepada keselamatan,
kenyamanan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
Tuhan Yesus datang untuk mencari yang
hilang, dan bukan membiarkan dombanya hilang sebab la mengasihi dombanya itu
sebagai milik yang dikasihnya. Ini menjadi peringatan keras kepada kita semua,
sebab kita masing-masing berperan sebagai gembala dalam setiap bidang pekerjaan
kita; kita harus bisa membimbing, menjaga, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
mereka yang kita gembalakan. Mengobati dan memulihkan jika mereka terluka.
Gereja adalah kawan sekerja Allah untuk
melakukan kehendakNya, maka dari itu kita pun wajib menjadi gembala bagi sesama
sebagaimana Tuhan Yesus memerintahkan kepada Petrus; “Gembalakanlah
domba-dombaku!” (Yoh. 21:15). Terlebih kepada kita yang telah menerima tugas
pelayanan sebagai gembala di gereja milikNya, agar selalu mengingat dan melaksanakan
tugas dan tanggungjawab yang telah Tuhan serahkan kepada kita. Rela berkorban
dan menghadapi resiko; korban waktu, tenaga, dana, korban perasaan, bahkan
korban fisik dan psikis. Percayalah! Tuhan Yesus tidak akan membiarkan kita
sendirian dan pengorbanan kita pun tidak akan sia-sia. Syaratnya, kita harus “benar”
dihadapanNya, bukan “membenar-benarkan” diri. Amin.
Pdt.
Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar