“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Senin, 08 April 2013

Yehezkiel 34:11-16

Tuhan Yesus Gembala Kita

Pendahuluan
Akibat dosa dan ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah, mereka dihukum melalui tangan bangsa lain. Bangsa-bangsa memerangi Israel, mereka ditangkap dan disiksa, terjadi multikrisis, sampai akhirnya, Israel tertawan dan dibawa ke negeri orang Babel. Bangsa itu telah kehilangan kebebasan dan kebahagiaannya menjalani hidup.

Nabi Yehezkiel turut terbuang bersama-sama bangsa Irael ke negeri Babel. Ia adalah seorang imam yang setia kepada Allah. Setelah kurang lebih 15 tahun berada di negeri pembuangan Babel, Allah memanggilnya menjadi seorang nabi di tengah-tengah bangsa Israel untuk menyampaikan firman dan rencana Allah bagi bangsa itu.

Yehezkiel yang berarti "Allah menguatkan", suatu nama yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan Israel di pembuangan. Lewat nubuat nabi Yehezkiel, Allah ingin agar Israel tetap berharap serta bersabar menantikan kasih dan pembebasan Allah.

Penjelasan
Allah adalah setia, Ia tidak pernah melupakan janji-Nya terlebih kasihNya kepada mereka yang setia. Melalui Yehezkiel, Allah menyampaikan rencana pembebasanNya bagi bangsa itu. Allah sendiri yang akan turun tangan untuk mengumpulkan bangsa itu dan membawa mereka pulang ke tanah milik mereka sendiri yang telah Allah berikan kepada mereka sebelumnya, Kanaan.

Mengapa Allah harus turun tangan? Dari ayat 1-10 kita tahu jawabannya, bahwa para pemimpin Israel tidak ada lagi yang benar-benar melaksanakan panggilannya dengan bertanggungjawab. Mereka yang seharusnya melayani bangsa itu, malah melayani diri mereka sendiri. Mereka yang seharusnya memperhatikan kepentingan bangsa itu, malah hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu, Allah akan mengambil hak pelayanan dari pemimpin-pemimpin Israel itu dan langsung turun tangan menggembalakan bangsaNya.

Dalam firmanNya ini, Allah juga secara gamblang menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya tugas ‘pengembalaan’ itu dilaksanakan. Melalui kiasan, Allah memberitahukan bahwa Dia adalah Gembala yang sejati, yang menjaga dan memperhatikan kebutuhan domba-dombaNya. firmanNya ini adalah Nubuat kedatangan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus, Gembala Yang Baik itu. Yang akan merealisasikan rencana Allah untuk menggembalakan Israel.

Pekerjaan menggembala domba di Israel (juga negeri sekitarnya) sangat berat. Acapkali domba-domba tidak mau makan rumput jika tidak melihat atau mendengar suara gembalanya. Padahal, gembala seringkali harus menempatkan domba-dombanya secara terpisah karena rumput yang terbatas. Belum lagi, padang rumput itu berada di tempat-tempat yang tinggi (gunung, bukit) dan sangat jauh dari perkampungan. Maka tidak heran, para gembala di Israel harus menginap berhari-hari lamanya untuk membawa dombanya mencari makan dan minum.

Gembala di Israel tidak boleh terlelap, mereka harus tetap berjaga secara bergantian karena setiap saat domba mereka bisa mendapat celaka; jatuh ke jurang, dimakan binatang buas atau diambil pencuri/perampok. Sehingga gembala-gembala di Israel selalu membawa kantong (tas) yang terbuat dari kulit binatang sebagai tempat untuk bekal makanan seperti; roti, buah-buahan kering, keju, minyak zaitun dan air minum. Setiap gembala harus pandai melontarkan batu dari Umban (lih.1 Sam. 17:40,49), untuk memperingatkan dombanya yang tidak mau dipanggil agar tidak berjalan lebih jauh. Batu itu akan diumban tepat di depan hidung domba itu sebagai peringatan untuk kembali ke kumpulannya (beda sekali dengan gembala-gembala di Eropah, mereka biasanya ditemani beberapa ekor anjing gembala untuk menjaga dombanya). Umban itu juga digunakan sebagai senjata pelontar untuk binatang buas dan para pencuri. Selain itu mereka juga harus membawa Gada. Gada adalah sebuah tongkat pendek, ujung yang satunya bulat besar dan diberi bahan-bahan logam yang tajam (semacam paku), ujung yang lain lebih kecil sebagai pegangan. Pada pegangannya diberi lubang dan diikatkan tali kulit. Tali kulit itu dililitkan di pinggang. Ini adalah senjata jarak dekat bagi gembala. Selain Umban dan Gada, mereka juga membawa tongkat panjang yang ujung bagian atasnya bengkok, berfungsi sebagai pengait, untuk mengait leher domba agar tidak menjauh dari kumpulannya.
           
Di Israel, gembala berjalan di depan diikuti dombanya dari belakang. Gembala lebih dahulu mengawasi apakah tempat yang dituju itu aman atau tidak. Jika dombanya sedang makan atau minum, gembala juga harus memperhatikan apakah ada yang hilang, sakit atau terluka. Jika ada, gembala harus menacari sampai ketemu, mengobati dan memulihkannya.

Gambaran ini menunjukkan kepada kita bahwa tugas gembala itu bukanlah sebuah tugas yang bisa dikerjakan dengan santai, apalagi malas-malasan. Seorang gembala harus selalu berada di tengah-tengah dombanya. Gembala harus selalu menjaga dan memperhatikan domba-dombanya. Seorang gembala harus siap berkorban dan menghadapi resiko yang sangat berbahaya demi menjaga domba-dombanya; menghadapi binatang buas maupun pencuri yang bisa saja mencelakakannya.

Demikianlah Allah akan menggembalakan Israel dengan tanganNya sendiri. Membawa mereka pulang kepada keadaan sukacita dan bahagia, mengobati hati mereka yang telah terluka, memulihkan keadaan mereka yang sengsara. Dia adalah Allah yang begitu perduli meskipun umatNya tidak perduli kepadaNya.

Refleksi
Dalam hidup ini, kita sering menemui keadaan seperti yang dihadapi umat Israel itu. kita merasa terbuang, terasing, terkucilkan, bahkan merasa ditinggalkan dan dibiarkan oleh Allah. Dalam keadaan yang demikian kita berusaha untuk melepaskan diri dengan upaya kita sendiri. Dalam nas ini kita diingatkan bahwa nubuat ini telah digenapi, kita memiliki Tuhan Yesus sebagai Gembala kita, yang akan menuntun kita pada kehidupan. Allah tidak pernah membiarkan kita seorang diri, karena itu dengarlah “suara”-Nya dan ikutilah “jalan” yang ditunjukkanNya. Sebab suara dan jalan itu menuju kepada keselamatan, kenyamanan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Tuhan Yesus datang untuk mencari yang hilang, dan bukan membiarkan dombanya hilang sebab la mengasihi dombanya itu sebagai milik yang dikasihnya. Ini menjadi peringatan keras kepada kita semua, sebab kita masing-masing berperan sebagai gembala dalam setiap bidang pekerjaan kita; kita harus bisa membimbing, menjaga, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka yang kita gembalakan. Mengobati dan memulihkan jika mereka terluka.

Gereja adalah kawan sekerja Allah untuk melakukan kehendakNya, maka dari itu kita pun wajib menjadi gembala bagi sesama sebagaimana Tuhan Yesus memerintahkan kepada Petrus; “Gembalakanlah domba-dombaku!” (Yoh. 21:15). Terlebih kepada kita yang telah menerima tugas pelayanan sebagai gembala di gereja milikNya, agar selalu mengingat dan melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah Tuhan serahkan kepada kita. Rela berkorban dan menghadapi resiko; korban waktu, tenaga, dana, korban perasaan, bahkan korban fisik dan psikis. Percayalah! Tuhan Yesus tidak akan membiarkan kita sendirian dan pengorbanan kita pun tidak akan sia-sia. Syaratnya, kita harus “benar” dihadapanNya, bukan “membenar-benarkan” diri. Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



0 komentar: