“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 20 Januari 2012

Mazmur 62:6-13 (Khotbah Minggu, 22 Januari 2012)


Rasa Tenang Berada Di Dekat Allah

Pendahuluan
Raja Daud menyadari bahwa di dalam perjalanan hidupnya dia tidak terlepas dari kecemasan, kesulitan, kesusahan, pergumulan dan penderitaan. Tetapi dia tetap merasa tenang dan nyaman karena dia tetap percaya, berharap, bergantung dan mengandalkan Allah. Dia yakin bahwa Allah tetap menyertai, melindungi, memelihara dan memberkatinya. Nas ini merupakan kesaksian iman Raja Daud tentang imannya kepada Allah, bahwa Allah adalah jaminan keamanan dan ketenangan dalam hidupnya.

Renungan
Suatu ketika saya membawa kedua putri saya, yang berumur 4 dan 2 tahun ke sebuah pusat perbelanjaan. Begitu senangnya mereka berada di dalam troly (keranjang roda) yang saya dorong sambil berkeliling mengitari pusat perbelanjaan itu, mencari-cari barang yang hendak dibeli. Acapkali mereka menunjuk kepada beberapa barang dagangan sambil berkata, “Papa… beli yang itu!” dan di saat yang lain, “Papa… beli yang ini!” Lalu mereka akan cemberut ketika saya mengabaikan permintaan mereka. Saat melewati blok yang menyediakan ‘mainan anak-anak’ mereka bersikeras meminta saya untuk membelikan sebuah mainan yang amat menarik menurut mereka. Namun saya harus menegaskan bahwa saat itu bukanlah waktunya untuk membelikan mainan untuk mereka. Merasa kecewa, mereka lagi-lagi cemberut. Lalu saya mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal lainnya, dan seperti biasa, mereka kembali bergembira dan melupakan kekecewaannya.

Setelah semua barang yang hendak dibeli ada dalam troly, lalu kami menuju kasir untuk membayar. Setelah itu kami menuju ke tempat permainan anak-anak yang memang disediakan oleh pihak pusat perbelanjaan itu untuk digunakan secara gratis. Mereka berdua asyik bermain dengan teman-teman yang baru mereka jumpai di tempat itu. Saat mereka bermain, saya meneliti belanjaan, ternyata ada satu barang yang lupa dibeli. Lalu saya panggil mereka dan bertanya, “Papa mau ke dalam lagi, karena ada yang lupa di beli. Ayo ikut Papa!” Mereka menjawab tidak mau. “Tidak tidak apa-apa Papa tinggal sebentar?” Mereka berdua mengangguk.

Setelah selesai membeli, saya kembali ke tempat itu dan betapa kagetnya saya, saat melihat bahwa mereka berdua tidak lagi ada di tempat mereka tadi bermain. Dengan cemas saya mencari mereka sambil menuju ke bagian informasi, dari kejauhan saya melihat mereka berdua ada disana ditemani oleh petugas-petugas keamanan. Saya peluk mereka berdua sambil mengucapkan terima kasih kepada petugas-petugas itu. Setelah saya tanya mereka, ternyata yang pertama menagis adalah putri saya yang berumur 2 tahun karena cemas tidak melihat papanya ada di dekat mereka. Karena menangis terus akhirnya kakaknya pun ikut menangis. Orang-orang yang ada disekitar itu sudah mencoba menenangkan, namun mereka tetap saja menangis karena rasa takut dan cemas. 


Setelah itu, mereka kembali bermain dengan senang dan melupakan kejadian barusan, karena yakin Papanya tidak akan lagi meninggalkan mereka, sebagaimana yang saya janjikan pada mereka setelah kejadian itu. Inilah salah satu bentuk rasa ketenangan hati seorang anak kecil saat berada di dekat orangtuanya, jauh dari rasa cemas dan ketakutan.

Mencari Rasa Aman
Kejadian itu mengarahkan saya pada sebuah perenungan bahwa betapa seringnya manusia cemas dan takut karena merasa hidupnya tidak aman. Selama manusia merasa tidak aman maka hidupnya tidak akan tenang. Untuk membuat dirinya merasa aman, manusia membuat berbagai sistim perlindungan, mulai dari sistim keamanan yang sederhana sampai pada sistim yang canggih. membuat rumah panggung untuk menghindari diri dari bnatang buas, membuat pagar keliling rumah, mendisain bermacam kunci dalam berbagai bentuk dan keperluan, sampai pada menyewa orang untuk mengamankan dirinya. Semua itu dilakukan hanya untuk memperoleh ketenangan dalam hidup.

Apakah semua sistim keamanan ciptaan manusia itu bisa menjamin dan memberi ketenangan? Ternyata tidak. Secanggih apapun sistim keamanan dan perlindungan buatan manusia tidak pernah menjamin ketenangan dalam hidup.

Ketenangan hidup ada dalam pikiran manusia. Kalau manusia berpikir bahwa hidupnya tidak aman, maka hidupnya pun penuh kecemasan. Sebaliknya jika pikirannya menyatakan bahwa hidupnya aman, maka manusia akan merasa tenang. Namun seberapa kuatnya pikiran itu tetap saja harus ada oknum yang dapat menjamin rasa aman bagi dirinya.  Dan justru disinilah banyak terjadi kesalahan. Manusia salah memilih oknum. Manusia mencari keamanan dan perlindungan kepada sesamanya yang sama-sama memiliki pergumulan, kesusahan, derita.

Allah Sebagai Jaminan Ketenangan Hidup
Ada satu oknum yang tidak pernah merasa cemas, tidak pernah merasa susah, apalagi menderita, yaitu Allah. Hanya kepada Allah sajalah seharusnya manusia mencari keamanan dan perlindungan untuk ketenangan hidupnya, sebab hanya yang Allah dapat merancang segala macam bentuk perlindungan bagi manusia. Hanya Allah yang dapat mengubah hati manusia dari rencana jahat. Lihat saja, ada banyak pimpinan Negara yang mati terbunuh meskipun telah dikelilingi sistim keamanan dan pengawal-pengawal pribadi. Sistim keamanan dan pengawal pribadi tidak mampu mencegah rencana pembunuhan itu. Tetapi Allah dengan segala cara-Nya dapat mengubah rencana dan niat jahat seseorang terhadap yang lain.

Memang Allah tidak kasat mata, tidak dapat dilihat, seperti kedua putri saya yang dapat melihat saya sebagai jaminan keamanan dan rasa tenang mereka. Namun kekuatan pikiran kita akan akan membuat kita ‘percaya’ bahwa Allah akan selalu melindungi kita. Dan itulah ‘iman’: percaya pada apa yang tidak dapat dilihat oleh mata (band. Ibrani 11:1). Raja Daud beriman kepada Allah, itulah yang menjadi jaminan ketenangan hidupnya. Ia sangat percaya bahwa Allah ada di dekatnya dan ia ada di dekat Allah. Keyakinan seperti ini hanya dapat diperoleh dari hasil hubungan yang akrab dengan Allah. Hubungan itu Daud peroleh dalam doa, ibadah dan persembahannya kepada Allah.

Sekalipun Daud memiliki hubungan yang akrab dengan Allah, bukan berarti bahwa ia terbebas dari kesusahan. Allah tidak akan pernah menghilangkan pergumulan, kesusahan dan derita dari perjalanan hidup kita tetapi Allah akan menyelamatkan kita dari segala macam pergumulan itu. Jadi jangan pernah memohon dalam doa agar Allah menghilangkan penderitaan tetapi mintalah agar Allah memberi kekuatan pada kita untuk keluar dari penderitaan itu. Dan yakinlah bahwa doamu dikabulkan, maka engkau akan merasa tenang dalam hidup ini. Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”  Filipi 4:6

Postingan Terkait



0 komentar: