Gereja Adalah
Persekutuan Pendamaian
Dalam benak orang-orang Yahudi zaman itu telah
tertanam sebuah konsep bahwa mereka adalah umat yang kudus, umat pilihan Allah.
Sehingga sulit bagi mereka untuk menerima orang luar (non Yahudi) untuk masuk
ke dalam komunitas mereka. Bahkan mereka menganggap najis untuk masuk ke dalam
rumah orang non Yahudi. Kalaupun orang Yahudi bersedia menerima orang non
Yahudi, tentu dengan syarat mereka harus mau mengikuti tata cara Yahudi seperti
sunat dan hukum-hukum lainnya.
Konsep pemahaman seperti itu telah
menimbulkan persoalan di dalam gereja, sebab anggota jemaat di Efesus terdiri
dari bukan saja orang-orang Yahudi melainkan juga orang-orang non Yahudi.
Selain menimbulkan kebingungan, hal ini juga telah memunculkan perselisihan di
antara mereka. Itulah sebabnya di dalam surat-suratnya, Rasul Paulus merasa
perlu membahas tentang persatuan orang Yahudi dan non Yahudi. Salah satu surat
Paulus yang menekankan hal ini adalah surat Efesus. Salah satu pesan sentral
surat ini adalah bahwa Kristus telah melakukan rekonsiliasi antara jemaat
Yahudi dan non Yahudi ke dalam satu tubuh melalui karyaNya di kayu salib.
Penjelasan
Keadaan dahulu (ayat
11-12)
Ada dinding pemisah antara orang Yahudi dan
orang kafir/non Yahudi. Orang kafir disebut sebagai ‘orang yang tidak
bersunat’. ‘Sunat’ adalah tanda lahiriah, namun artinya terlalu
dibesar-besarkan oleh orang Yahudi. Penjelasan Paulus dalam ayat 11 menunjukkan
bahwa ia tidak mementingkan sunat lahiriah. Yang ia pentingkan adalah ‘sunat
hati’ (Rom 2:28,29 Fil 3:2-3 Kol 2:11-13). Juga dikatakan
bahwa orang kafir itu, yang tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat
bagian dalam ketentuan yang dijanjikan (ay 12).
Ada dinding pemisah antara orang kafir
dengan Allah. Paulus menyebutkan bahwa orang kafir sebagai ‘tanpa Kristus’,
‘tanpa pengharapan’, ‘tanpa Allah’ (ay 12). Memang ‘tanpa Kristus’ =
‘tanpa Allah’ (1Yoh 2:23) dan karena itu jelas adalah ‘tanpa pengharapan’. Paulus
juga mengatakan bahwa orang kafir ‘jauh’ dari Allah (ay 13,17), sedangkan orang
Yahudi disebut ‘dekat’ (ay 17). Istilah ‘jauh’ dan ‘dekat’ sering
digunakan dalam PL (Ul 4:7 Maz 148:14 Yes 49:1 Yes
57:19).
Israel disebut ‘dekat’ karena Tuhan
memberikan hukum-hukumNya kepada mereka (Maz 147:19-20). ‘Dekat’ dalam
ay 17 berbeda dengan ‘dekat’ dalam ay 13. Sekalipun Israel disebut
‘dekat’, tetapi tetap ada dinding pemisah antara mereka dengan Allah. (ingat
tabir pemisah antara ruang suci dengan ruang maha suci dalam Bait Allah). Namun
orang kafir mempunyai dinding pemisah yang lebih tebal lagi, dan karena itu
mereka disebut ‘jauh’. Paulus menyuruh mereka mengingat keadaan mereka yang dahulu (ay 11-12). Ini penting
supaya mereka tetap rendah hati dan tetap ingat kasih Allah kepada mereka.
Apa yang dilakukan oleh Kristus (ayat 13-18)
Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah
mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan
Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh
kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan.
Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14).
Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok
pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis non Yahudi pun dihancurkan.
Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus
menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16):
1. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15).
Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti
hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat
sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah
tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru.
2.
Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi
atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun
ini tidak berarti bahwa Yahudi dan non Yahudi bersatu membentuk etnis ketiga
atau hilangnya etnis Yahudi dan non Yahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis
non Yahudi tetap non Yahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat
Allah.
3. Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi
dengan Allah (ayat 16).
Keadaan sekarang (ayat 19-22)
Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus
disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan menjadi anggota kerajaan
Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan
ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah
secara otomatis, relasi antar etnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’.
Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman
Allah (ayat 21-22).
Umat yang diperdamaikan itu dilihat sebagai
Bait Allah Perjanjian Baru. Penggenap perjanjian Allah itu bukan pada
bangunannya tetapi pada persekutuan yang hidup dari anggota keluarga Allah yang
didasari oleh pemberitaan janji Allah melalui para nabi PL dan kesaksian para
rasul tentang Kristus. Jadi setiap orang kristen adalah batu yang tersusun bagi
Bait Allah. Kalau dahulu orang-orang kafir (tidak bersunat) beribadah dalam
Bait Allah secara terpisah (dipisahkan oleh dinding pemisah), maka sekarang
bukan saja tidak ada dinding pemisah, bahkan mereka menjadi batu-batu penyusun
Bait Allah.
Kesimpulan
Dalam suratnya ini, nampak jelas Paulus menekankan pentingnya persatuan di dalam tubuh gereja karena bila gereja terpecah karena perbedaan yang ada, maka hal itu sama sekali tidak berguna. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang di dalamnya tidak ada lagi pembedaan meskipun adanya perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Gereja adalah tubuh Kristus. Semua anggota gereja, baik orang Yahudi maupun non Yahudi dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darahnya yang kudus. Gereja dipanggil menjadi alat Tuhan yang menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia
Dalam suratnya ini, nampak jelas Paulus menekankan pentingnya persatuan di dalam tubuh gereja karena bila gereja terpecah karena perbedaan yang ada, maka hal itu sama sekali tidak berguna. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang di dalamnya tidak ada lagi pembedaan meskipun adanya perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Gereja adalah tubuh Kristus. Semua anggota gereja, baik orang Yahudi maupun non Yahudi dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darahnya yang kudus. Gereja dipanggil menjadi alat Tuhan yang menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia
Gereja seharusnya menghargai perbedaan.
Paulus melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk satu
kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota jemaat
membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan
persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan yang dianalogikan
sebagai satu tubuh Kristus. Tugas Gereja, yakni bersekutu, bersaksi dan
melayani akan semakin bertumbuh dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak
mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada namun memaknai perbedaan itu sebagai
satu kekuatan yang sangat berguna bagi orang lain. Dan pada akhirnya, gereja
yang sejati adalah gereja yang meletakkan Kristus sebagai batu penjuru,
penopang yang membuat ”bangunan” tersebut dapat kokoh berdiri.
Jika Kristus mati di kayu salib juga untuk
memperdamaikan bukan hanya antara manusia dengan Allah, tapi antara
manusia dengan sesamanya, mengapakah kita mau memisah-misahkannya kembali? Jangan
karena kita berbeda suku, bahasa, ras, budaya, bahkan hanya karena berbeda
denominasi gereja, menganggap diri yang paling baik dan benar dihadapan Tuhan
sementara yang lain itu jauh. Jangan ciptakan tembok pemisah lagi karena itu
sudah dilenyapkan di kayu salib. Jika kita membangun kembali tembok pemisah
di dalam gereja, itu sama saja menghina pengorbanan Kristus.
Refleksi
Pada tahun 1945 usai Perang Dunia II, kota
Berlin dibagi empat ; dibawah kekuasaan Rusia, Amerika, Inggeris dan Perancis.
Pada Agustus 1961 dibangun satu tembok tebal yang panjangnya ± 46 km
memisahkan antara Berlin Barat yang dikuasai Amerika, Inggeris, Perancis dengan
Berlin Timur yang dikuasai Rusia (Uni Soviet).
Sehingga sejak tahun 1961 antara orang
Berlin Barat dengan Berlin Timur tidak bisa saling bertemu. Tembok Berlin
dikenal seluruh dunia dan tembok ini menjadi lambang pemisahan. Pemisahan
antara anak dan orangtua, pemisahan keluarga dengan keluarga, pemisahan Saudara
dengan saudara. Banyak orang berpikir apa mungkin tembok ini bisa runtuh.
Tetapi pada bulan November 1989 kekuasaan komunis di Berlin Timur beramai-ramai
merobohkan tembok itu sampai akhirnya rubuh total. Dan pada bulan Oktober 1990
Jerman Timur dan Jerman Barat menjadi satu negara. Ini sejarah yang luar biasa
karena tembok yang menjadi lambang pemisahan itu roboh.
Iblis juga membangun tembok tetapi bukan
tembok yang kelihatan melainkan tembok yang tidak kelihatan. Tembok itu adalah
perseteruan, pemisahan, permusuhan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi,
antara orang yang memegang hukum Taurat dengan orang yang disebut kafir.
Sehingga tidak ada DAMAI SEJAHTERA antara keduanya tetapi justru permusuhan.
Di dunia ini banyak permusuhan dan yang
membangunnya adalah Iblis. Iblis membangun tembok-tembok permusuhan antara
orang kulit putih dan kulit hitam, antara negara dan negara, antara bangsa dan
bangsa, antara anak dan orang tua, antara gereja dengan gereja, antara
organisasi dengan organisasi, dsb. Iblis tidak menghendaki adanya damai
sejahtera. Iblis adalah anti damai sejahtera.
Tetapi perlu kita ketahui bahwa tembok
permusuhan bisa roboh oleh Damai Sejahtera Kristus (ayat 14). Dalam perikop di
atas kata DAMAI SEJAHTERA diulang sebanyak 5 kali. Damai sejahtera tidak bisa
kita peroleh dari manusia atau suatu lembaga yang didirikan manusia. Sebab
satu-satunya Sumber damai sejahtera adalah Yesus Kristus.
Iblis selalu memasang strategi untuk membangun
tembok antara orang tua dan anak agar tidak cocok, antara suami dan istri agar tidak
rukun. Tetapi di dalam Yesus tembok itu bisa dirobohkan. Yang jauh menjadi
dekat, yang bermusuhan menjadi rukun. Tugas kita adalah meruntuhkan setiap
tembok pemisah yang dibangun oleh iblis itu dengan pendamaian dan perdamaian di
dalam kasih Kristus. Amin.
Pdt.
Anthony L Tobing
(dari berbagai
sumber)
3 komentar:
Terima kasih, Pak atas penjelasannya. GBU!
Terimakasih pak TUHAN memberkati
Terimakasih atas pemaparannya pak, Tuhan senantiasa memberkati🙏
Posting Komentar