“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Kamis, 10 November 2011

Yohanes 20:1-10 (Khotbah Paskah)

Aku Percaya Bahwa Tuhanku Hidup

Pendahuluan
Mengapa Maria Magdalena (dan perempuan-perempuan lainnya; band. Kata “kami” pada ayat 2, juga Luk. 24:10) harus menunggu sampai hari Minggu untuk mengunjungi kubur Yesus? Ini menunjukkan ketaatan mereka pada hukum Sabat! Pada hari Sabat memang orang Yahudi tidak boleh melakukan pekerjaan (Kel 20:9-10, band. Yer 17:21-27). Orang-orang Yahudi yang taat tidak akan melakukan pekerjaan apapun pada hari itu. Dan lagi, pelanggaran terhadap peraturan Sabat ini merupakan dosa yang berat, karena pada zaman Perjanjian Lama, orang yang melanggar peraturan Sabat akan dijatuhi hukuman mati (Bil 15:32-36).

Hari Sabat sebetulnya jatuh pada hari Sabtu, tetapi sejak kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi pada hari Minggu, orang-orang kristen mulai beribadah pada hari Minggu (Yoh 20:19, Kis 20:7, 1 Kor 16:2). Disamping itu, perlu kita ingat bahwa hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan “hari berdirinya gereja”, juga jatuh pada hari Minggu (Band. Im 23:15-16). Bagian ini penting untuk diingat jika saudara menghadapi saudara kita dari denominasi Advent, yang berkeras bahwa hari untuk beribadah haruslah hari Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.

Kubur Yang Kosong
Maria melihat batu penutup kubur itu tidak ada, dan mendapati kubur itu telah kosong. Ia menduga, ada orang yang telah mengambil mayat Yesus. Apapun kecurigaannya, kelihatannya ia sangat terkejut, jengkel, panik, hatinya gundah atas kenyataan bahwa tubuh Tuhan Yesus hilang. Sehingga ia segera berlari menjumpai Simon Petrus dan Yohanes untuk memberitahukan apa yang telah terjadi. Sampai disini Maria belum menyadari apa yang terjadi, seandainya ia mengerti dengan benar, tidak ada yang lebih membahagiakan jika kita tahu bahwa orang yang kita kasihi telah bangkit dari kematian.
               
Batu itu disingkirkan bukan supaya Kristus yang telah bangkit itu bisa keluar dari kubur. Dengan kuasaNya, Ia bisa menembus tembok/ruangan yang tertutup sekalipun. Sehingga jelas Ia tidak membutuhkan penyingkiran batu yang menutup pintu kuburNya itu. Kalau demikian, mengapa batu itu disingkirkan? Untuk menunjukkan bahwa kubur sudah ditaklukkan oleh kebangkitan Yesus. Dan supaya para perempuan dan murid, bisa memasuki kubur itu dan melihat kenyataan bahwa Ia telah bangkit dan mengalahkan maut. Kubur yang kosong menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus juga bersifat jasmani, bukan hanya rohani.

Pakaian Kematian Telah Ditanggalkan
Setelah Petrus dan Yohanes sampai di kubur itu mereka hanya menjumpai kain kapan dan kain peluh yang sudah tergulung.

Penulis kitab Yohanes menggambarkan keadaan yang teratur dalam kubur pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa mayat Yesus bukan dicuri orang, karena kalau demikian, mereka pasti akan mengambil mayat Yesus beserta kain kafannya, atau merobek-robek kain kafan itu dan meninggalkannya di dalam kubur. Kenyataannya kain kafan itu tergulung rapi.

Dalam hal ini William Barclay berpendapat; “Kain-kain kafan itu tidak terurai dan berserakan. Kain-kain itu masih tetap dalam liptannya - itulah arti dari kata Yunaninya - kain pembungkus tubuh tetap di tempat tubuh itu tadi berada; kain peluh untuk kepala tetap ada di tempat kepala tadinya berada. Inti dari lukisan tentang kain-kain ini ialah bahwa kain-kain itu tampaknya seperti tak pernah dilepaskan dari tempatnya; kain-kain itu tetap berada disitu dalam lipatan aslinya, seolah-olah tubuh Yesus hanya menguap dan menghilang lepas dari kain-kain itu”. (Pemahaman Alkitab setiap Hari: Injil Yohanes Pasal 8-21, hal. 414).

Apa yang terlihat itu tiba-tiba menembus/masuk ke pikiran Yohanes; ia menyadari apa yang telah terjadi - dan ia percaya. Bukan apa yang telah ia baca dalam Kitab Suci yang meyakinkan dia bahwa Yesus telah bangkit; tetapi apa yang ia lihat dengan matanya sendiri. Berdasarkan kisah ini banyak yang meyakini bahwa Yohaneslah murid yang pertama sekali percaya bahwa Yesus telah bangkit.

Percaya Bahwa Tuhan Hidup
Siapakah orang yang tidak bersukacita jika orang yang dicintainya telah bangkit dari kematian? Tentu pertama sekali kita akan merasa takut, namun segera ketakutan itu akan berganti dengan rasa sukacita. Demikian juga yang terjadi dengan para perempuan dan para murid. Sekalipun hati mereka masih diliputi berbagai pertanyaan, namun sebuah pengharapan telah mulai tumbuh di dalam hati mereka setelah melihat kubur yang kosong dan kain kafan serta kain peluh tergulung rapi.

Banyak orang yang tidak percaya bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Ada golongan yang percaya bahwa kebangkitan Yesus hanya bersifat rohani saja tidak secara jasmani, seperti golongan Gnostik dan Saksi Yehowah. Dalam perikop ini jelas sekali kita menyaksikan iman Yohanes yang percaya bahwa Tuhan Yesus telah bangkit sekalipun dia belum melihat wujudNya. Yohanes percaya Tuhan Yesus telah bangkit berdasarkan fakta bahwa kubur telah kosong dan kain kafan serta kain peluh yang ditinggalkan disana.

Refleksi
Orang Kristen bukan menyembah Tuhan yang mati. Kita menyembah Tuhan yang hidup, yang telah mengalahkan kematian. Kita harus percaya bahwa Dia tetap hidup dan tetap berkuasa sampai detik ini. Pakaian kematian itu telah ditanggalkanNya untuk memberi kehidupan baru bagi orang percaya yang mengasihiNya. Sehingga kehidupan setiap orang percaya semakin dibaharui hari demi hari sampai hari kedatanganNya.

Memaknai Paskah di Tahun ini, kita diajak untuk semakin memperbaharui diri, tingkah laku, perkataan, pikiran dan perbuatan ke arah yang lebih baik, ke arah yang berkenan pada kehendak Tuhan. Mari kita tanggalkan pakaian kematian yang selama ini menyelubungi kita, mari kita kenakan pakaian kehidupan yang telah diberikanNya.

Jika selama ini kita membenci dan dendam terhadap seseorang, sejak sekarang mari kita belajar untuk semakin mengasihinya. Jika selama ini kita diselimuti pikiran-pikiran kotor dan merusak, sejak sekarang kita isi dengan pikiran yang terarah pada Tuhan. Jika selama ini kita malas mengikuti persekutuan, sejak sekarang kita ringankan langkah untuk mengikutinya. Jika selama ini kita tidak mau perduli akan kehidupan orang lain, sejak sekarang kita mulai untuk menjadi pelayan mereka. Hal-hal demikianlah pakaian kehidupan itu, yang Tuhan Yesus sangat inginkan agar kita mengenakannya. Amin.

Selamat Paskah!
               
Pdt. Anthony L Tobing
(khotbah ini telah dimuat dalam buku “Khotbah Sekber UEM” Edisi Januari-Desember 2011, hal. 93)

Postingan Terkait



0 komentar: