“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Kamis, 17 November 2011

Matius 12:33-37 (Khotbah Minggu, 20 Nopember 2011)

Pohon Yang Baik Menghasilkan Buah Yang Baik

Pendahuluan
Tuhan Yesus baru saja menyembuhkan seorang yang kerasukan setan yang membuat orang itu sampai menderita bisu dan tuli. Orang-orang yang menyaksikannya menjadi takjub (ayat 23) tetapi orang-orang Farisi berkata, “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” (ayat 24). Kemudian Tuhan Yesus menghempang tuduhan itu dengan argumen-argumen yang tak terbantahkan (ayat 25-32). Setelah itu Ia membuat pernyataan bahwa apa yang diucapkan mulut meluap dari hati. Dibalik setiap ucapan ada motivasi, entah motivasi positif ataupun motivasi negatif. Tapi yang pasti, apapun motivasinya, Allah mengetahui dan menilai lalu pada akhirnya akan membuat suatu perhitungan atas motivasi dari ucapan atau perkataan itu.

Hati Yang Baik Menghasilkan Perkataan Yang Baik
Umumnya, orang modern beranggapan bahwa kepala, yang di dalamnya terdapat otak dan syaraf-syaraf penting lainnya, menjadi pusat dan pengatur kegiatan manusia; sehingga pada masa kini, otak telah menjadi obyek eksploitasi pengembangan diri manusia. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa otak bukanlah pusat kehidupan manusia, melainkan hatinya. Hati berisi seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak manusia. Hati mempengaruhi seluruh perilaku dan perasaan seseorang.

Hati yang baik akan menghasilkan perkataan yang baik, demikian sebaliknya hati yang tidak baik akan menghasilkan perkataan yang tidak baik. Itulah yang Tuhan Yesus maksudkan dalam ayat 33, “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal”.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang-orang Farisi sebagai keturunan ular beludak (ayat 34), yang tidak mungkin dapat berkata baik karena hati mereka dipenuhi kejahatan. Ular beludak adalah ular dengan diameter yang tidak besar, tidak panjang, kulitnya indah dan licin tetapi lidahnya penuh bisa yang mematikan. Dari luar tampak indah namun di dalam penuh kebusukan. Jika di dalam hati sudah dipenuhi hal-hal kebusukan maka ucapan yang ke luar juga adalah kebusukan.

Tampilnya orang Farisi juga menjadi gambaran bahwa iblis akan memakai siapa saja; kaum intelektual, pejabat, penguasa, kaum cerdik-pandai, orang-orang yang punya pengaruh, untuk mendakwa Kristus dan pengikut-pengikutNya. Motivasi mereka adalah menyingkirkan Tuhan Yesus, menangkapNya, membunuhNya sebab mereka sudah mulai kehilangan kepercayaan dari umat.

Setiap Perkataan Harus Dipertanggungjawabkan
Orang mungkin menganggap kata-kata itu tidak ada artinya. Seperti sebuah lagu yang mengatakan “Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata”, sehingga orang senaknya saja melontarkan kata-kata, apalagi mulut ini tidak akan berdarah kalau pun kata-kata yang diucapkan itu salah atau dosa. Namun tidak demikian halnya di hadapan Tuhan. Alkitab menegaskan setiap kata-kata yang sia-sia harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Karena itu perhatikanlah dengan baik-baik setiap perkataan yang hendak kita ucapkan. Jangan ucapkan perkataan yang sia-sia tetapi hendaklah perkataan yang keluar itu berasal dari hati yang tulus dan murni. Orang Kristen haruslah mengucapkan kata-kata yang menjadi berkat bagi orang lain.

Hendaknya setiap orang Kristen tidak mengucapkan kata-kata yang sia-sia dan tak berguna. Rasul Paulus sangat mengimani hal ini sehingga ia berkata, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Ef. 4:29). Berkata-katalah yang positif, yang membangun, yang membawa kebenaran dan yang mampu membawa orang kepada Kristus dan menikmati kasih karuniaNya. Jelas perkataan orang-orang Farisi adalah sia-sia dengan menuduh tanpa kebenaran, kuasa Roh Allah dinyatakan sebagai Beelzebul dan ini adalah dosa, dosa yang tak terampuni (ayat 31-32).

Namun hal ini bukan berarti bahwa Tuhan Yesus mengajarkan keselamatan atau pembenaran melalui perbuatan baik. Kata-kata yang baik hanya bisa terjadi jika orangnya/hatinya baik. Jelas semua ini hanya bisa terjadi pada orang yang sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus dan sudah beriman! Jadi, kata-kata yang baik adalah buah dari iman, sedangkan pembenaran terjadi hanya karena iman.

Refleksi
Hati adalah seperti pohon, perkataan adalah buahnya. Jika hakekat dari pohon itu baik, akan menghasilkan buah yang baik pula. Bila Roh Allah berkuasa di dalam hati seseorang, maka bahasa yang dipakainya adalah bahasa yang membangun. Sebaliknya, bila roh jahat memerintah di dalam hati, maka hal jahat juga yang akan terlontar keluar. Sebab, paru-paru yang memiliki penyakit akan mengeluarkan nafas yang bau.

Merubah buah yang rusak menjadi baik harus dimulai dari pohonnya. Mustahil dengan merubah buahnya maka pohonnya akan berubah. Perubahan itu haruslah dimulai dari dalam barulah menuju ke luar. Kita bisa membuat pohon yang kurang baik menjadi baik, dengan melakukan okulasi dari pohon yang baik kepadanya, dan buahnya akan menjadi buah yang baik. Tetapi kalau pohonnya tetap sama, walau ditanam dimana saja, dan disiram sesering yang kita mau, maka buahnya tetap saja rusak. Kalau hati seseorang tidak dibaharui, maka kehidupannya juga tidak akan pernah dibaharui.

Perkataan kita tanpa disadari akan menggambarkan siapa kita sebenarnya dan dari mana asal kita atau lingkungan kita berada. Siapakah kita ini? Bukankah kita adalah pengikut Kristus, anak-anak Allah, oleh sebab itu perkataan kita harus mencerminkan Kristus. Kita masing-masing tentu sudah diperlengkapi dengan firman Tuhan untuk menjadikan pohon kehidupan kita baik. Kalau kita menempatkan pohon kita di tempat yang tepat yaitu di dalam pelataran Tuhan maka apapun yang kita perbuat akan menghasilkan kebaikan.

Pada minggu Akhir Tahun Gereja ini, kita memperingati saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia. Kita diingatkan oleh firman Tuhan, bahwa kelak kita juga akan menghadapi kematian dan hari penghakiman. Sebelum semua itu terjadi, kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaharui diri, memancarkan cahaya iman kita dalam kehidupan yang singkat ini. Mengisi hari-hari kita dengan hal-hal positif yang berkenan bagi Tuhan. Dan hal itu dimulai dari hati.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus menolong kita dalam memperbaiki pohon hati kita yang sempat rusak yang menghasilkan buah-buah yang rusak, sampai pohon hati kita ini menjadi baik dan menghasilkan buah-buah yang baik. Amin

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



4 komentar:

Unknown mengatakan... Balas

Amin amang...

Unknown mengatakan... Balas

Terpujilah Allah yg mengaruniakan hikmat tuk melayani.TY b'kti

Unknown mengatakan... Balas

Gak tau kresten kalo isi perikop ayat itu ditujukan utk krrsten sendiri

Elia sepriyani mengatakan... Balas

Trimkasih motivasinya pak yang sangat membangun serta bisa menjadi bahan perenungan saya agar bisa hidup yang menjadi berkat bagi sesama lewat sikap perbuatan terutama perkataan.