“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Selasa, 15 November 2011

Naskah Drama Natal Anak: "Pengharapan Di Tengah Kesesakan"

Oleh: Purnawan Kristanto

Sinopsis:
Di padang Efrata, Zakaria bertengkar dengan Zebulon. Mereka berebut padang penggembalaan. Simeon menengahi pertengkaran itu. Mereka sepakat untuk menyampaikan persoalan ini kepada majikan masing-masing.
Di tempat lain, Naftali dan Dina (adik-adik Simeon) dikejar-kejar tentara Romawi karena mengamen di pasar. Dia bersembunyi di dalam rumah. Tentara Romawi menyusul sampai di rumah. Sarah (ibu Naftali) memintakan maaf untuk anak-anaknya. Tentara Romawi bersedia melepaskan setelah meminta uang suap.
Di rumah Pak Yoas, Simeon menyampaikan persoalan di padang Efrata kepada majikannya itu. Pak Yoas malah mengeluhkan keadaan yang semakin sulit. Padang rumput semakin susah didapat karena dipakai oleh tentara Romawi untuk membangun benteng pertahanan dan pasar. Padang-padang rumput yang tersisa juga dikuasai oleh tentara Romawi. Setiap peternak harus membayar sewa untuk menggembalakan di situ. Yoas tidak merasa tidak mampu membayar sewa. Yoas punya rencana untuk berhenti berternak domba saja.
Simeon pulang ke padang Efrata dengan hati gundah. Kalau Yoas benar-benar menutup usahanya, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Padahal dia harus menghidupi ibunya, yang sudah menjanda dan Naftali, adiknya. Saat Simeon sampai di padang Efrata, ibu dan adiknya sudah menyusul di sana. Mereka memberitahukan bahwa kehabisan uang untuk makan besok. Simeon hampir putus asa. Sebelum pulang, ibunya mengingatkan Simeon tentang janji Tuhan yang akan mengirimkan seorang Mesias, yang akan memerintah dengan adil. Simeon menanggapinya dengan dingin.
Tak lama kemudian, terjadi peristiwa luarbiasa. Malaikat mendatangi Simeon dan kawan-kawannya, untuk memberitahukan kedatangan Juruselamat. Para gembala segera pergi ke Betlehem, seperti yang diperintahkan malaikat. Sesudah itu Simeon pulang untuk memberitakan dua kabar baik. Pertama, kabar baik tentang kedatangan juruselamat. Kedua, tentang perkenalannya dengan para Majus di Betlehem. Para Majus itu memberitahukan ada padang rumput yang sangat subur dan luas di sebelah Timur. Simeon lalu berpamitan untuk  untuk menggembala di sana.

Tokoh-tokoh:
1.Simeon   
Penggembala. Umurnya 10-12 tahun. Jujur, rendah hati, tulus, sederhana, suka menolong.
2.Sarah
Ibu Simeon. Janda dari seorang nelayan yang mati tenggelam. Penyabar, lembut, penyayang, penuh pengertian.
3.Dina
Adik perempuan Simeon.  Berumur 8-9 tahun. Ulet dan rajin. Menyayangi keluarga.
4.Naftali
Adik Simeon dan Dina. Berumur 5-7 tahun.
5.Yoas
Majikan Simeon. Pemilik Domba. Pintar, bijaksana dan jujur.
6.Yunius
Tentara Romawi. Tegas, tegap tapi mata duitan.
7.Zakaria
Teman Simeon sebagai sesama penggembala domba milik Pak Yoas.
8.Zebulon
Penggembala.
9.Gabriel
Malaikat

Alat:
Sandiwara ini membutuhkan sebuah layar putih besar di pojok panggung. Lampu besar disorotkan dari arah belakang layar. Dibutuhkan juga beberapa boneka dari karton yang akan ditampilkan di balik layar.
Boneka-boneka tersebut adalah:


  • Kawanan domba
  • Tentara Romawi
  • Anak Laki-laki dan Perempuan
  • Keledai
  • Kambing
  • Rumah Timur Tengah
  • Onta
  • Rumah besar
  • Kandang Betlehem
  • Maria
  • Yesus
  • Yusuf
  • Gembala (3 buah)
  • Orang Majus (3 buah

Babak I
Pertengkaran Gembala
Di padang Efrata yang berumput hijau, terlihat ada banyak domba yang digembalakan.
Layar: Menampilkan kawanan domba yang sedang merumput. Terdengar suara domba-domba yang mengembik.

Narator:
Tersebutlah sebuah kisah di sebuah negeri Israel. Bangsa yang tinggal dan berdiam di negeri ini adalah umat pilihan Tuhan. Mereka telah menyaksikan mukjizat dan pertolongan Tuhan, ketika Tuhan membebaskan mereka dari perbudakan di tanah Mesir.
Selama empat puluh tahun bangsa Israel mengembara di padang pasir menuju tanah perjanjian. Selama itu pula Tuhan mencukupi segala kebutuhan mereka. Meski Allah sudah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan memberikan tanah yang berlimpah susu dan madu, tapi mereka sering memberontak kepada Tuhan. Hukuman demi hukuman, peringatan demi peringatan, teguran demi teguran, tak juga membuat mereka jera.
Kira-kira duaribu tahun yang lalu, Allah membiarkan Israel dijajah dan dikuasai kerajaan Romawi. Di bawah pemerintahan Romawi, kebebasan mereka dibatasi. Mereka harus membayar pajak yang tinggi. Kegiatan mereka dimata-matai.  Mereka tak boleh menentukan nasib mereka sendiri.
Di tengah kesesakan, Israel kembali berpaling dan berseru kepada Tuhan. Mereka menantikan pembebasan yang dijanjikan.  Datangnya Penyelamat yang datang dengan penuh keperkasaan. Yang memimpin mereka berperang melawan penindasan.  
Tapi, mengapa sang Pembebas tak kunjung menjelang? Kapankah Penyelamat akan datang? Kapankah kesesakan itu 'kan terhilang?

 FADE IN
Zebulon masuk dari arah kiri panggung sambil menghardik domba-domba milik orang lain supaya menjauh. Tak lama kemudian Zakaria masuk dari arah kanan panggung dengan wajah marah.

1.     Zakaria
:
Hei, Zebulon . . . .!!! Apa yang kamu lakukan?!! Mengapa kamu menghalau domba-dombaku??!!
2.     Zebulon
:
Zakaria, kamu bisa menggembala, tidak sih?!! Lihat, tuh! Domba-dombamu masuk ke dalam wilayah penggembalaanku. Makanya kuhalau saja domba-dombamu.
3.     Zakaria
:
Lho, emangnya padang rumput ini milikmu saja??!! Setiap orang bebas menggembala di sini. Siapa yang lebih dulu menggembala ada di sini, dia berhak melepas domba-dombanya di situ. Kami sudah ada di sini lebih dulu daripada kalian. Jadi kamu dan teman-temanmu itu uang sebenarnya mengganggu tempat kami.
4.     Zebulon
:
Salah, Bung! Justru kami yang berhak atas padang rumput ini. Tahu, nggak . . . Majikan kami sudah mendapat ijin untuk menggembala di sini.
5.     Zakaria
:
Ijin? Ijin apaaan? Dari jaman nenek moyang kita sampai sekarang tidak ada ijin-ijinan untuk menggembala domba.
6.     Zebulon
:
Jaman sudah berubah Bung! Sekarang ada aturan-aturan yang harus ditaati. Sekarang ini ada aturan baru. Untuk menggembala di sini harus mendapat ijin.
7.     Zakaria
:
Siapa yang membuat peraturan itu?
8.     Zebulon
:
Ya, pemerintah Romawi. Kamu punya ijin, nggak? Kalau nggak punya, giringlah domba-domba kalian dari tempat ini!
9.     Zakaria
:
Sudah kubilang, kami tidak butuh ijin-ijinan
10. Zebulon
:
Kalau tidak punya ijin, berarti kamu adalah gembala liar
11. Zakaria
:
Apa katamu?!!! Jangan sembarangan menuduh kami gembala liar, ya! Tarik kembali ucapanmu itu, kalau tidak . . .
12. Zebulon
:
Kalau tidak . . .mau apa??
13. Zakaria
:
Kamu menantang, ya??!!!



Keduanya menyanyi bersahut-sahutan saling menantang. Lagu: "Ada Gerakan Roh Allah di Sini"
Zakaria:
Hai kau pengganggu di sini
Pergilah dari sini
Ke Barat ke Timur, Utara atau Selatan
Terserah kemana kau pergi

Zebulon:
Hai kau gembala liar
Kau yang harusnya pergi
Kamilah yang punya
Ijin di tempat ini
Pergilah dari sini

Mereka bersiap berkelahi. Simeon masuk untuk melerai.

14.  Simeon
:
Berhenti  . . . berhenti . . . jangan bertengkar! Itu tidak baik! Kenapa sih bertengkar? Apa tidak dapat dibicarakan baik-baik?
15.  Zebulon
:
Hei, Simeon. . . nasihati tuh temanmu supaya tidak menyerobot tempat penggembalaan kami.
16.  Zakaria
:
Enak saja. Justru Zebulon ini yang menyerobot wilayah kita. Aku sudah ngomong baik-baik dengannya, tapi dia malah mengatakan aku gembala liar. Apa tidak keterlaluan tuh!
17.  Zebulon
:
Kalau orang yang tidak punya ijin itu disebut apa? Liar, 'kan? Lha kalau memang liar, harus dibilang apa lagi? Kalau liar, ya liar. . . liar . . . liar!!!
18.  Zakaria
:
Jaga mulutmu ya!! [mulai marah]
19.  Simeon
:
[meredakan suasana] Sudah . . . .sudah. Mari kita bicarakan baik-baik. Penggunaan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Kekerasan hanya akan menimbulkan dendam berkepanjangan.
20.  Zakaria
:
Kalau dia tidak bisa diomongi baik-baik, ya mau pakai cara apa lagi?!!
21.  Simoen
:
Hati boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin. Mari kita bicarakan jalan keluarnya. . . .
22.  Zebulon
:
Lihatlah . . . padang rumput ini sangat terbatas. Tempat ini tidak cukup untuk memberi makan dua kawanan domba kita. Maka satu-satunya cara maka salah satu di antara kita harus meninggalkan tempat ini.
23.  Zakaria
:
[menyahut] Betul . . . Kamu yang harus pergi dari sini
24.  Zebulon
:
Enak saja. . .  kamu yang pergi!
25.  Zakaria
:
Kamu!
26.  Zebulon
:
Kamu!
27.  Zakaria
:
Kamu!



Simeon menyanyi:
Lihat betapa baik dan indahnya     |
Saudara yang rukun bersama.                    |2x
Disatukan dalam persatuan, la la la la la la la  2X

Simeon, Zakaria dan Zebulon menyanyi bersama:
Oh, betapa indahnya, dan betapa eloknya
Bila saudara seiman, hidup dalam kesatuan        2X
Bak urapan di kepala Harun
Yang ke janggut dan jubahnya turun
Seperti embun yang dari Hermon
Mengalir ke bukit Sion
Ke sana tlah diperintahkan Tuhan
Agar berkat-berkat dicurahkan
Kehidupan untuk selamanya
Oh betapa indahnya

28.  Simeon
:
Dengarkanlah baik-baik. Kita ini 'kan hanya menggembalakan domba-domba milik majikan kita. Iya, to? Jadi biarlah majikan-majikan kita yang menyelesaikan masalah ini. Iya to? Sekarang begini saja. Mari kita melaporkan persoalan ini kepada majikan kita masing-masing. Biarlah mereka yang memutuskan apa yang harus dilakukan. Iya to? Untuk sementara, biarlah domba-domba kita merumput bersama di sini. Setuju, nggak?
29.  Zebulon
:
[berpikir sejenak] Hmmmm. . . . baiklah, aku setuju.
30.  Zakaria
:
Aku juga setuju
31.  Simeon
:
Kalau begitu, Zebulon, melaporlah kepada majikanmu. Dan kamu, Zakaria, jagalah kawanan domba kita dan kawanan domba Zebulon. Aku juga mau melapor kepada pak Yoas, majikan kita.

Zebulon keluar melalui pintu kiri, Simeon keluar lewat pintu kanan

FADE OUT

Babak II
Pemerasan Tentara Romawi

Layar: Suasana perkotaan. Terlihat bangunan-bangunan khas Timur Tengah. Ada orang yang berlalu lalang ambil menuntun onta dan keledai. Tiba ada tentara Romawi yang mengejar dua anak kecil. Back Sound: Suasana perkotaan. Lampu layar mati

FADE IN
Sarah masuk sambil membawa baju baru yang belum selesai dijahit. Dia mencari-cari sesuatu

1.      Sarah
:
[Bicara sendirian] Aduh.... aku lupa di mana menyimpan jarum! Aku letakkan di mana, ya? Kemarin sih rasanya aku selipkan di baju ini, tapi sekarang kok tidak ada? Meski kecil, tapi benda ini sangat berjasa membantuku mencari nafkah untuk keluargaku. Aku mendapat upah dengan menjahit baju-baju tetangga.
Kalau benda itu sampai hilang, wah bisa gawat, nih. Aku terpaksa membeli jarum lagi. Padahal semua harga sekarang mulai naik. Bahkan harga jarum pun ikut naik.  Padahal aku tidak dapat menaikkan upah jahitku. Sekarang orang-orang yang menjahitkan baju semakin berkurang. Jangankan bikin baju baru, untuk makan saja sudah susah. Jaman memang serba susah.  Meski jaman sedang susah, aku tidak boleh ikut-ikutan susah karena Allah selalu menyertaiku. Tuhan selalu menghiburku.

[Sarah menyanyi]
Tak usah ku takut Allah besertaku
Tak usah ku bimbang Tuhan pliharaku
Tak usah ku susah Dia s'lalu hiburku
Tak usah ku cemas Dia memberkatiku

El Shaddai 2X Allah Maha Kuasa
Dia besar 2Xx El Shaddai Mulia
El Shaddai 2X Allah Maha Kuasa
BerkatNya melimpah El Shaddai


Tiba-tiba Naftali dan Dina menerobos masuk. Mereka kelihatan ketakutan sambil mencari-cari tempat bersembunyi. Sarah menjadi heran. Dia ingin bertanya kepada kedua anaknya, tetapi tidak sempat karena ada tentara Romawi yang menerobos masuk. Sikapnya terlihat sok kuasa.

2.      Yunius
:
[Suara tegas] Mana? Dimana kedua anak itu?!!
3.      Sarah
:
[Terkejut, tapi menjawab dengan sabar dan lembut] Mari, Pak. Silakan duduk, Pak.
4.      Yunius
:
[Tidak menghiraukan Sarah] Hei Bocah! Ayo keluar!!! Aku tahu kalian bersembunyi di rumah ini!!
5.      Sarah
:
Bapak . . . Ada perlu apa Bapak bertamu ke rumah kami? Bapak ini siapa?

Yunius menyanyi [Lagu: "Aku seorang Kapiten"]
Aku tentara Romawi
Mempunyai tombak panjang
Kalau berjalan prok . . . prok . . .prok
Aku tentara Romawi

6.      Yunius
:
Namaku Yunius. Aku seorang tentara Romawi. Tugasku adalah menjaga ketertiban kota. Namamu siapa?
7.      Sarah
:
Nama saya Sarah, Pak. Saya pemilik rumah ini.
8.      Yunius
:
Aku ke sini untuk mencari dua anak yang masuk ke dalam rumah ini.
9.      Sarah
:
Oh, mereka anak-anak saya, Pak. Namanya Dina dan Naftali. Apa Bapak ada perlu dengan mereka?
10.  Yunius
:
Panggil mereka ke sini!!
11.  Sarah
:
Dina! Naftali! Ke marilah, Nak! Bapak Yunius ini mencari kalian.


Dina dan Naftali keluar dari persembunyiannya dengan wajah takut-takut. Dina masih memegang alat musik dan Naftali memegang batok kelapa.

12.  Yunius
:
Aku akan menangkap kedua anak ini.
13.  Sarah
:
Apa salah mereka, Pak?
14.  Yunius
:
Mereka telah mengganggu ketertiban kota.
15.  Sarah
:
[Berpaling kepada Dina dan Naftali] Apa yang telah kalian lakukan?
16.  Dina
:
Aku dan adikku hanya menyanyi-nyanyi di pasar. Orang-orang yang senang dengan nyanyian kami lalu memberi uang kepada kami . . .
17.  Naftali
:
Tiba-tiba Bapak yang galak ini akan menangkap kami.
18.  Yunius
:
Yang kalian lakukan itu namanya mengamen. Pemerintah Romawi melarang pengamenan selain karena nyanyian kalian yang asal-asalan, juga mengganggu kenyamanan pembeli di pasar.
19.  Dina
:
Tapi kami tidak pernah memaksa mereka memberi uang, kok . . .
20.  Naftali
:
Kalau mereka tidak mau memberi uang juga tidak apa-apa
21.  Yunius
:
Pokoknya kamu telah melanggar peraturan! Titik! [membentak] Kamu mau melawan pemerintah, ya?!!
22.  Dina
:
[Tertunduk takut] Tidak, pak.
23.  Sarah
:
Maafkan kedua anak kami, Pak.
24.  Yunius
:
Kamu sebagai orangtua, kok ya membiarkan mereka mencari duit. Dimana suamimu?
25.  Sarah
:
Saya janda, Pak. Suami saya sudah meninggal.
26.  Yunius
:
Meninggal karena apa?
27.  Sarah
:
Suami saya seorang nelayan. Saat mencari ikan di danau Galilea, kapalnya hancur diterjang badai. Beliau meninggal tenggelam bersama kapalnya. Sekarang kami harus bekerja keras untuk mencari makan. Saya mendapat upah dengan menerima jahitan baju dari tetangga. Simeon, anak sulung saya, mendapat upah dengan menggembala domba milik pak Yoas. Tapi saya tidak tahu kalau Dina dan Naftali juga ikut-ikutan mencari uang.
28.  Dina
:
Saya kasihan pada Ibu karena akhir-akhir ini tidak banyak mendapat pesanan jahitan baju. Makanya saya mengajak Naftali untuk mencari uang.
29.  Yunius
:
Tapi caramu itu melanggar hukum.
30.  Sarah
:
Mereka 'kan masih kecil, Pak. Mereka belum paham soal hukum.
31.  Yunius
:
Alasan itu tidak diterima. Kalau melanggar hukum yang harus ditangkap dan dihukum. Sekarang akan membawa kedua anakmu ke markas kami.
32.  Sarah
:
Tunggu dulu. . . Apa tidak ada cara lain, Pak?
33.  Yunius
:
Hmmm . . . . Bagaimana ya? Aku sebenarnya hanya menjalankan tugas dari komandan. Kalau nanti aku kembali ke markas tanpa membawa kedua anak ini . . . wah, Komandanku bisa marah besar. Kecuali . . . . [berhenti bicara]
34.  Sarah
:
[Menyahut] Kecuali apa, Pak?
35.  Yunius
:
Kecuali kalau ada sesuatu yang meredakan kemarahannya . . .
36.  Sarah & Dina
:
Apa itu?
37.  Yunius
:
Komandanku suka sekali pada daging Kebab Domba. Kalau diberi bingkisan Kebab Domba, pastilah amarahnya akan reda kembali.
38.  Sarah
:
Tapi itu 'kan barang mahal. Kami tidak punya di sini . . .
39.  Yunius
:
Gampang . . . beli saja di pasar. Supaya tidak merepotkan Ibu, biar aku yang membelika di pasar, sekalian kembali ke markas nanti. Ibu cukup menitipkan uang sebanyak 500 shekel kepadaku.
40.  Sarah
:
[terkejut]Haaaa . . .  500 shekel?!! Itu uang yang banyak sekali!
41.  Yunius
:
Ya terserah kalianlah. Kalau begitu, aku terpaksa menangkap kedua anak ini.
42.  Sarah
:
Jangan . . . jangan . . . pak. Anak saya jangan ditangkap ya, pak. Kami punya tabungan, tapi hanya 300 shekel.
43.  Yunius
:
Itu masih jauh dari cukup . . .
44.  Sarah
:
Oh ini, ada tambahan 50 shekel. Ini sebenarnya untuk membeli gandum untuk sebulan. [menyerahkan uang]
45.  Yunius
:
Wah, bagaimana ya . . . . Sebenarnya masih kurang, sih. Tapi ngomong-ngomong, di samping rumah aku melihat ada seekor kambing terikat di pohon. Saya akan membawa kambing untuk menggenapi kekurangannya.
46.  Dina
:
Tapi . . . [keberatan]
47.  Sarah
:
Nggak apa-apa Dina. Biarlah Bapak membawa kambing itu.

Yunius keluar. Dina duduk bersimpuh di kaki ibunya, diikuti oleh Naftali. Lampu meredup sejenak.


Layar: Yunius menuntun kambing. Kambingnya berontak. Yunius berusaha keras menarik, tapi malah diseruduk. Laampu layar dimatikan, lampu panggung hidup.

48.  Dina
:
Maafkan Dina, ya Bu. . . karena telah menyusahkan Ibu.
49.  Sarah
:
Tidak apa-apa Dina. Ibu senang dan terharu karena kamu dan adikmu juga ikut terbeban pada persoalan keluarga.
50.  Dina
:
Tuhan itu nggak adil, ya Bu!
51.  Sarah
:
[Heran] Lho kamu kok bisa berkata begitu?
52.  Dina
:
Bagaimana tidak, kita yang taat pada Tuhan, hidupnya susah melulu. Tapi lihat tuh pejabat-pejabat Romawi yang tidak mengenal Tuhan. Hidup mereka sungguh enak. Hampir setiap hari mereka mengadakan pesta. Sedangkan kita, untuk cari makan sehari saja, sulitnya bukan main. Apakah itu adil namanya.
53.  Sarah
:
Sabar, Nduk! Gusti Allah ora sare. Tuhan itu tidak tidur. Raja Daud pernah berkata: "Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara."
54.  Dina
:
Oh. . . begitu. Jadi kita tidak boleh kehilangan pengharapan, ya bu?
55.  Sarah
:
Benar, Nduk. Ibu jadi ingat sebuah lagu
56.  Dina
:
Oh, ya . . . lagu apa itu?
57.  Sarah
:
Begini lagunya:

Sarah menyanyi:
Jangan kamu kuatir burung di udara Dia plihara
Jangan kamu kuatir bunga di padang Dia hiasi
Jangan kamu kuatir apa yang kau makan, minum pakai
Jangan kamu kuatir Allah di Surga memelihara

Dina dan Naftali menyanyi:
Aku tidak kuatir burung di udara Dia pelihara
Aku tidak kuatir bunga di padang Dia hiasi
Aku tidak kuatir apa yang kumakan, minum pakai
Aku tidak kuatir Allah di Surga memelihara

58.  Dina
:
Dina sekarang mengerti, Bu.  Allah selalu memelihara dan memenuhi kebutuhan kita.
59.  Sarah
:
Benar, Nduk. Tapi ngomong-ngomong, untuk makan besok Ibu tidak memiliki uang lagi. Seluruh uang kita sudah dibawa oleh pak tentara tadi.
60.  Naftali
:
Terus bagaimana dong, Bu? Apa besok kita harus puasa.
61.  Sarah
:
Coba deh kita tanya abangmu, Simeon. Mungkin dia masih punya sedikit uang untuk membeli makanan. Sekalian kita beritahukan tentang kambing itu, kepadanya. Ayo kita susul Abangmu ke padang Efrata.


Sarah, Dina dan Naftali menyusul Simeon ke padang

FADE OUT


 Babak III
Keluhan Majikan

FADE IN

[Di rumah yang besar, Yoas duduk di belakang meja. Dia terlihat serius menghitung uang dan mencatat di buku. Simeon masuk]

1.            Simeon
:
Permisi, Pak Yoas.
2.            Yoas
:
Eh, Simeon. . . mari masuk!
3.            Simeon
:
Apakah saya mengganggu?
4.            Yoas
:
Nggak apa-apa. Saya cuma menghitung-hitung saja. Ada perlu apa kamu datang kemari? Siapa yang menjaga domba-dombaku?
5.            Simeon
:
Zakaria yang menjaga domba-domba. Hmmm . . . begini pak. Ada persoalan di padang Efrata.
6.            Yoas
:
Persoalan? Persoalan apa? Apakah ada binatang buas yang menerkam dombaku?
7.            Simeon
:
Bukan, itu pak.
8.            Yoas
:
Apa ada orang yang mencuri domba-dombaku?
9.            Simeon
:
Bukan itu juga.
10.        Yoas
:
Apa ada domba yang sakit?
11.        Simeon
:
Juga bukan itu.
12.        Yoas
:
[bingung] Lalu apa, dong?
13.        Simeon
:
Begini, pak. Kami, para gembala yang menggembalakan domba-domba Bapak berebut padang rumput dengan para gembala yang menggembalakan domba-domba milik tuan Hizkia. Tadi sore, kami malah diusir oleh gembala tuan Hizkia. Katanya kami tidak punya ijin. Padahal kami 'kan sudah lebih dulu menggembala di sana. Berarti kami yang lebih berhak menggembala di sana. Iya 'kan pak?
14.        Yoas
:
[Menghela napas panjang]
15.        Simeon
:
Benar, 'kan pak? Kami punya hak menggembala di sana?
16.        Yoas
:
[Berdiam sejenak] Gembala tuan Hizkia itu benar . . .
17.        Simeon
:
[Bingung] Maksud Bapak?
18.        Yoas
:
Mereka lebih berhak menggembala di padang Efrata . . .
19.        Simeon
:
[Semakin bingung] Lho, kok bisa begitu sih Pak?
20.        Yoas
:
Begini lho Simeon. Pemerintah sekarang menetapkan peraturan baru. Mereka mengambil alih semua padang rumput yang ada di Israel ini.  Kalau ada orang yang mau menggembala di sana, maka dia harus punya ijin dari pemerintah.
21.        Simeon
:
Oooo jadi yang dikatakan oleh Zebulon itu benar. Jadi kita harus punya ijin penggembalaan.
22.        Yoas
:
Tepat sekali.
23.        Simeon
:
Lalu, kenapa Bapak tidak memintakan ijin untuk kami?
24.        Yoas
:
Karena untuk mendapatkan ijin, maka kita harus membayar pajak.
25.        Simeon
:
Kenapa Bapak tidak membayar pajak? Peternak yang lain membayar juga 'kan?
26.        Yoas
:
Itulah yang sedang bikin aku pusing saat ini. Uang yang harus dibayarkan itu sangat tinggi. Setelah aku hitung-hitung, ternyata tidak seimbang dengan pendapatan yang aku dapat dari hasil ternak domba ini. Yang membuat aku semakin pusing, harga domba juga sedang jatuh . . .
27.        Simeon
:
Lho, kok bisa jatuh, pak?
28.        Yoas
:
Soalnya pemerintah Romawi membuat kebijakan baru, yaitu  mendatangkan domba-domba dari negeri seberang. Padahal persediaan domba di Israel saja melimpah. Apalagi ditambah masuknya domba dari negeri seberang. Akibatnya harga domba-domba semakin anjlok.   Nah, kalau pendapatanku menurun, aku tidak bisa membayar pajak untuk mendapatkan ijin itu.
29.        Simeon
:
Kalau begitu, apakah kami berpindah ke padang rumput yang lain saja, Pak?
30.        Yoas
:
Percuma saja. Kamu mau pindah kemana lagi? Sekarang ini padang rumput semakin menyempit karena dipakai untuk mendirikan benteng-benteng pertahanan tentara Romawi dan untuk membangun pasar-pasar. Sedangkan semua padang rumput yang tersisa sudah diambil alih pemerintah Romawi. Semua penggunaannya harus memakai ijin.
31.        Simeon
:
Bagaimana kalau domba-domba itu dikandangkan saja. Kita tinggal memberi makan?
32.        Yoas
:
Itu juga sudah aku pikirkan. Tapi tahu, nggak. . . sejak ongkos angkutan naik, maka harga pakan ternak juga ikut naik. Setekah dihitung-hitung, cara seperti ini malah rugi.
33.        Simeon
:
Lalu, bagaimana, dong pak?
34.        Yoas
:
Aku juga tidak tahu harus bagaimana lagi.  Sekarang ini aku sedang menimbang-nimbang sebuah keputusan yang pahit . . .
35.        Simeon
:
[Cemas] Apa itu pak?
36.        Yoas
:
Aku akan menutup usaha ini. Aku akan menjual semua domba-dombaku . . .
37.        Simeon
:
Terus, bagaimana dengan nasib kami, pak? Ketrampilan kami hanyalah menggembala domba.  Kalau semua domba dijual, kami harus kerja apa lagi? Bagaimana dengan nanti dengan nasib Ibu dan adik-adik saya?
38.        Yoas
:
Itulah yang membuatku merasa sedih. Sebenarnya aku juga tidak tega melakukan ini. Tapi bagaimana lagi? Sekarang cobalah kamu ikut memikirkan jalan keluarnya. Begini saja, kalau kamu punya usulan yang bagus, aku berjanji akan memberikan sepersepuluh dari domba-dombaku. Tapi kalau dalam tujuh hari ini tidak ada usulan yang bagus, aku terpaksa menutup usaha ini.
39.        Simeon
:
Baiklah, pak. Saya akan berusaha ikut memikirkannya. Saya minta permisi dulu. Saya akan kembali ke padang Efrata untuk memberitahukan hal ini pada teman-teman.
40.        Yoas
:
Oh, ya. Ini ada sedikit rejeki buatmu. Terimalah [memberi uang kepada Simeon]

[Simeon pergi dari rumah pak Yoas]

FADE OUT

Babak IV
Kedatangan Malaikat

FADE IN

[Zakaria dan Zebulon duduk mengelilingi api unggun. Sayup-sayup terdengar suara lolongan serigala]

1.            Zebulon
:
[Gemetar] Zakaria, apakah kau mendengar suara itu?
2.            Zakaria
:
Suara apa?
3.            Zebulon
:
Itu tuh. . .  suara anjing hutan.
4.            Zakaria
:
Oh, itu . . . saya mendengar sih. Tapi mereka 'kan ada di kejauhan.
5.            Zebulon
:
Iya sih, tapi bagaimana kalau mereka datang mendekat pada saat kita sedang tertidur. Lalu mereka menerkam kita . . . hiiii . . . ngeri!!!
6.            Zakaria
:
Makanya, kita membuat api unggun. Selama api ini masih menyala, anjing-anjing hutan ini takut mendekat.
7.            Zebulon
:
Tapi bagaimana dengan singa? Bagaimana kalau dia mengendap-endap di sekeliling kita, lalu tiba-tiba menerkam kita?
8.            Zakaria
:
Zebulon, Zebulon . . . Hidup dan mati kita itu ada di tangan Tuhan. Percayalah, Tuhan akan menjaga kita. Tuhan itu menjadi Gembala kita. Sama seperti kita menjaga domba-domba kita, Allah juga menjaga domba-domba kita.
9.            Zebulon
:
Ah, kamu ini ada-ada saja. Tuhan kok menjadi gembala. Masa' Tuhan disamakan dengan kita.
10.        Zakaria
:
Eeeeee . . . kamu belum pernah mendengar nyanyian raja Daud, ya? Raja Daud pernah menyanyi seperti ini, nih:


[Zakaria menyanyi:]
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku
Ia membaringkan aku, di padang yang berumput hijau
Ia membimbingku, ke air yang tenang
Ia menyegarkan jiwaku
Ia menuntunku ke jalan yang benar
Oleh karna namaNya
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman
[Sarah, Dina dan Naftali masuk ke dalam panggung]

11.        Zakaria
:
Eh . . . bu Sarah. Apa kabar? Tumben menyusul kemari . . .
12.        Sarah
:
Kabar baik, nak Zakaria. Lho, ini malah ada nak Zebulon di sini, juga.
13.        Zebulon
:
Iya, bu. Ini kami sedang menggembala bersama-sama.
14.        Sarah
:
Oh, begitu. Eh, dimana Simeon? Aku ingin bertemu dengannya!
15.        Zakaria
:
Dia sedang pergi ke rumah pak Yoas, bu. Tapi sebentar lagi juga datang. Tunggu saja.
16.        Zebulon
:
Ini kok datang ramai-ramai. Dina dan Naftali juga ikut . . .
17.        Sarah
:
Itulah, nak Zebulon. Saya tidak tega meninggalkan mereka berdua di rumah. Jadi saya ajak saja mereka di sini.


[Simeon masuk dengan wajah murung]

18.        Zakaria
:
Nah itu, Simeon sudah datang!
19.        Simeon
:
Ada apa, Bu? Mengapa menyusul kemari?
20.        Sarah
:
Simeon, tadi siang Dian dan Naftali ini akan ditangkap tentara Romawi karena mengamen di pasar. Supaya tidak ditangkap, Ibu terpaksa memberi uang dan kambing peliharaan kita kepada tentara itu. Sekarang Ibu tak punya uang untuk membeli makan hari esok. Apakah kamu masih menyimpan uang?
21.        Simeon
:
Ada, bu. Kebetulan aku tadi diberi uang oleh pak Yoas. Tapi setelah ini, saya tidak tahu apa saya masih bisa punya uang lagi [sedih].
22.        Sarah
:
[Heran] Memangnya kenapa?
23.        Simeon
:
Pak Yoas akan menjual seluruh domba-dombanya.
24.        Sarah
:
Lho memangnya kenapa?
25.        Simeon
:
Di bawah pemerintah Romawi, keadaan kita semakin sulit saja. Pemerintah Romawi membuat kebijakan-kebijakan yang membuat sengsara rakyat Israel. Tentara-tentara Romawi juga bertindak kejam pada kita.
26.        Sarah
:
Yah kita harus bersabar saja, Nak.
27.        Simeon
:
Bersabar? Kita sudah cukup lama bersabar. . . sampai kapan lagi kita harus bersabar?
28.        Sarah
:
Hingga Allah memenuhi janji-Nya.
29.        Simeon
:
Janji? Janji apa? Kita sudah kenyang dengan janji-janji manis, tapi tidak semanis kenyataannya.
30.        Sarah
:
Allah selalu menepati janji-Nya. Kamu masih ingat 'kan pengajaran yang Ibu berikan? Pada jaman dulu, Allah telah membebaskan bangsa kita dari perbudakan di tanah Mesir?
31.        Naftali
:
[bersemangat] Aku ingat, Bu. Waktu itu Tuhan menuntun bangsa Israel melewati padang gurun yang gersang.
32.        Dina
:
[bersemangat]Pada siang hari, Allah mengirimkan tiang awan supaya kita tidak kepanasan. Pada malam hari Allah mengirimkan tiang berapi untuk menerangi jalan dan supaya kita tidak kedinginan.
33.        Naftali
:
[bersemangat] Supaya kita tidak kelaparan, Allah mengirimkan roti dan manna setiap hari.
34.        Dina
:
[bersemangat] Pada saat kehausan, Allah pernah mengalirkan air dari dalam batu yang keras.
35.        Sarah
:
Nah, tuh . . . anak kecil saja tahu!
36.        Simeon
:
Ya, itu 'kan cerita jaman dulu. Cerita itu sudah kunoooo . . . Tidak ada artinya pada jaman sekarang. Nyatanya, lihat saja! Dimanakah pertolongan Allah dalam keadaan yang serba susah saat ini?!!!
37.        Sarah
:
Dengar, nak . . . Tuhan berjanji akan memberikan seorang penyelamat bagi kita. Nabi Yeremia telah bernubuat begini. Dengarkan baik-baik : "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN-keadilan kita."

Sarah, Dina dan Naftali menyanyi "O Datanglah Imanuel" KJ 81

38.        Simeon
:
Alaaaaa . . . Itu 'kan cerita lama Bu. Nyatanya apa? Sudah ratusan tahun sejak nubuatan itu diucapkan, tapi sampai sekarang belum juga digenapi. Mungkin Tuhan sudah lupa pada janjinya!!!
39.        Sarah
:
Tuhan pasti menepati janji-Nya tepat pada waktunya. Waktu Tuhan, bukan waktu kita.
40.        Simeon
:
Sudahlah . . . Ibu dan adik-adik pulang saja. Kepala saya sedang pusing, nih. Saya mau istirahat sebentar.
41.        Sarah
:
Ya, sudah . . . Jaga dirimu baik-baik ya. Ibu dan adik-adikmu akan pulang.

Sarah, Dina dan Naftali pulang ke rumah. Simeon membaringkan diri untuk istirahat. Zebulon dan Zakaria masih berjaga-jaga.

Layar: Tiba-tiba datanglah malaikat yang disertai dengan sinar yang terang. Para gembala itu menjadi takut. Malaikat menyanyi : "Hai Gembala Efrata" dari Kidung Pelengkap Jemaat no. 65

42.        Malaikat
:
Jangan takut!
43.        Simeon
:
Siapakah Tuan?
44.        Malaikat
:
Aku adalah malaikat.
45.        Zakaria
:
Mengapa Tuan datang kepada kami yang hina ini?
46.        Malaikat
:
Aku akan memberitakan kabar gembira untuk seluruh bangsa
47.        Zebulon
:
Kabar apa itu?
48.        Malaikat
:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
49.        Simeon
:
Bagaimana kami dapat mengetahui Juruselamat itu?
50.        Malaikat
:
Carilah seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Sekarang pergilah!

Malaikat pergi. Terdengar suara malaikat yang bernyanyi: "Gita Sorga Bergema" KJ no. 99

51.        Simeon
:
Ayo kita segera pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana!
52.        Zakaria
:
Ayo . . . .
53.        Zebulon
:
Bagaimana dengan domba-domba kita? Siapa yang akan menjaga?
54.        Simeon
:
Kita tinggal saja. Kabar ini lebih penting daripada domba-domba kita. Ayo segera berangkat!

Simeon, Zebulon dan Zakaria pergi ke Betlehem sambil bernyanyi: "Hai Mari Berhimpun" KJ 109

Layar: di kandang Betlehem ada Yusuf,Maria dan bayi Yesus. Orang Majus menyembah bayi Yesus dan menyerahkan hadiah. Disusul para gembala menyembah bayi Yesus.Background: Lagu: "Malam Kudus"  KJ no. 92. Lampu layar padam.

FADE OUT

Babak V
Pengharapan Baru

FADE IN

Di rumah, Sarah sedang menjahit baju. Dina dan Naftali sudah tertidur. Simeon menghambur masuk. Kedua adiknya terbangun.

1.            Simeon
:
Ibu. . Ibu . .  aku punya kabar gembira!!!
2.            Sarah
:
Wah . . . heboh banget. Lihat, tuh . . .  kamu membangunkan adik-adikmu.
3.            Simeon
:
[terengah-engah] Yang dikatakan Ibu tadi sore memang benar.
4.            Sarah
:
[Tak mengerti] Benar apanya?
5.            Simeon
:
Itu lho, tentang janji Tuhan bahwa akan memberikan soerang Penyelamat. Janji itu sudah ditepati.
6.            Sarah
:
Maksdmu itu apa, to?
7.            Simeon
:
Bu, tadi aku baru saja didatangi malaikat Tuhan. Aku diperintahkan pergi ke Betlehem. Aku pergi ke sana dan bertemu dengan Penyelamat itu, Bu. Namanya Yesus [girang]
8.            Dina
:
Benarkah itu?
9.            Simeon
:
Benar, dik. Juruselamat itu telah datang.
10.        Sarah
:
Terpujilah Allah, pembebas Israel. Sebentar lagi kita akan dibebaskan dari penjajahan tentara Romawi.
11.        Simeon
:
Masih ada satu lagi kabar gembira . . .
12.        Naftali
:
Apa itu?
13.        Simeon
:
Waktu di Betlehem tadi, aku berkenalan dengan orang Majus yang datang dari negeri Timur. Mereka memberitahu kalau ada padang rumput di sebelah Timur negeri kita. Katanya, di sana kita bebas menggembalakan domba.
14.        Naftali
:
Apakah Abang akan menggembala domba di sana?
15.        Simeon
:
Besok aku akan melihat tempat itu. Kalau informasi itu memang benar, maka kita dapat hidup lebih baik.
16.        Dina
:
Mengapa bisa begitu, Bang?
17.        Simeon
:
Kalau aku dapat menemukan padang rumput yang baru, maka pak Yoas akan memberikan sepersepuluh domba-domba kepada kita.
18.        Naftali
:
Berarti kita dapat memiliki domba-domba sendiri?
19.        Simeon
:
Ya, betul. Nanti aku menggembala domba-domba pak Yoas dan kamu, Naftali, boleh menggembala domba-domba milik kita.
20.        Naftali
:
Asyiiiik!!!
21.        Sarah
:
[bersyukur] Tuhan memang baik. Ayo, jangan lupa kita harus mengucap syukur kepada Tuhan!!
Sarah, Simeon, Dina dan Naftali bergandengan tangan dan bersama-sama menyanyi lagu: 
"Hai Dunia Gembiralah" KJ no. 119
LAYAR DITUTUP

TAMAT

Postingan Terkait



0 komentar: