“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 11 November 2011

Matius 10:34-37 (Khotbah Minggu, 13 Nopember 2011)

Mengasihi Tuhan Yesus Lebih Dari Segalanya

Pendahuluan
Banyak orang yang membaca nas ini menjadi bingung? Dalam bagian lain dalam Alkitab, dikatakan bahwa Yesus datang untuk membawa damai ke bumi (Ef. 2:14-18). Nubuatan para Nabi di PL juga menyebut Dia sebagai Raja Damai (Yes. 9:5). Lalu mengapa disini Dia mengatakan, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang….”

Karena ucapanNya itu, nas ini acapkali digunakan sebagai dasar kritik dari orang-orang yang membenci Yesus dan ajarannya. Mereka mengatakan Yesus sebagai pengajar sesat, agama Kristen itu agama sesat karena identik dengan kekerasan, menanamkan kebencian dan perpecahan dalam keluarga. Benarkah demikian? Apa maksud Tuhan Yesus dengan ucapanNya ini?

Penjelasan
Sering sekali pengajaran dan khotbah Tuhan Yesus menimbulkan polemik dan kontroversi di dalam kehidupan masyarakat pada zaman itu. Ini disebabkan oleh ketidak-pahaman para pendengar akan makna dan tujuan dari pengajaran yang Yesus katakan.  

Memahami ucapan Tuhan Yesus di ayat 34-37 ini, tidak boleh dilepaskan dari konteks pembicaraan Yesus sebelum dan sesudahnya. Dalam perikop ini Yesus menggunakan gaya bahasa hiperbola untuk menonjolkan pesan secara menyolok. ‘Pedang’ menjadi simbol penghakiman Allah atas dunia yang akan memisahkan dengan tajam antara orang yang percaya kepadaNya dan yang menolakNya. Tuhan Yesus memang memberikan damai di hati orang yang percaya (Yoh. 14:27, Gal. 5:22). Tuhan Yesus juga mendamaikan orang yang percaya dengan Allah (Rom. 5:1, 2 Kor. 5:19-21). Tuhan Yesus juga mendamaikan orang percaya dengan orang percaya (Ef. 2:14-18). Tetapi antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan damai yang terjadi tetapi justru perpecahan dan pertentangan karena Yesus (band. Yoh. 7:40-43). Di dalam dunia ini jauh lebih banyak orang yang tidak percaya. Selalu ada pertentangan antara mereka dan kita. Keharmonisan antara mereka dan kita baru bisa ada, jika kita mau berkompromi dengan dosa!

Tidak akan ada damai antara orang yang  sungguh-sungguh hidup sesuai dengan Firman Tuhan, dengan mereka yang melakukan dosa, malahan orang percaya itu akan menderita karena pertentangan atau permusuhan ini. Bahkan pertentangan akan terjadi di antara anggota keluarga, yaitu perpecahan yang terjadi karena ada anggota keluarga yang percaya dan ada yang tidak percaya kepada Dia. Pedang juga merupakan fakta bahwa kita yang hidup dalam Kristus akan membuat orang-orang yang membenci Yesus mengacungkan pedang (penderitaan) pada kita. Dengan demikian Yesus menghendaki para murid pada waktu itu dan juga kita untuk siap dan berani menghadapi pedang, baik yang timbul sebagai konsekuensi iman percaya kita kepada Allah, maupun penghakiman Allah sendiri atas hidup yang kita jalani (Mat. 10:38-39).

Ayat 37 tidak dapat diartikan bahwa Tuhan Yesus menghendaki keluarga kita tercerai berai, melainkan ini adalah pernyataan kehendak Tuhan Yesus bahwa sebagai muridNya, kita harus lebih mengutamakan Dia, bahkan lebih dari ikatan yang paling kuat sekalipun seperti budaya Yahudi waktu itu, yaitu keluarga (band. Luk. 14:26). Tuhan Yesus sama sekali tidak bermaksud agar orang-orang membenci orangtua dan keluarganya. Mengikut Yesus membutuhkan komitmen dan kesungguhan yang melebihi komitmen dan kesungguhan dari hubungan-hubungan apapun yang kita miliki dengan sesama manusia.

Ucapan Tuhan Yesus ini mengingatkan kita bahwa salah satu penghalang kesetiaan kita kepada Yesus adalah karena kita lebih setia kepada sesuatu atau seseorang yang lain di dunia ini dibandingkan dengan Tuhan. Hubungan kekerabatan dan persaudaraan sering sekali menjadi batu sandungan di dalam pertumbuhan iman.

Refleksi
Memilih setia kepada Tuhan Yesus membawa konsekwensi ‘penderitaan’. Penderitaan itu akan datang dari pihak gereja (ayat 17), orang beragama lain yang anti kristen (ayat 17), pemerintah yang anti kristen (ayat 18), keluarga (ayat 21, 34-36) dan semua orang (ayat 22). Namun derita yang terperih yang bisa dialami seseorang di dalam kehidupannya adalah terpisah dari keluarga demi untuk setia pada Yesus. Ketika orang tua, Isteri, Anak-anak dan sanak keluarga anda mencegah anda mengikut Yesus, anda harus memilih lebih taat kepada Allah ataukah manusia.  Kadangkala orangtua juga menderita, saat menyaksikan anak-anak yang mereka kasihi meninggalkan Yesus Kristus.

Khotbah ini kiranya meneguhkan dan menguatkan kita, bahwa keanggotaan kita di dalam keluarga Allah lebih jauh lebih penting dari kelangsungan keluarga duniawi. Kasih Allah selalu akan menang atas perasaan pribadi kita. Mereka yang sedang mengalami cobaan yang demikian layak untuk menerima doa, dukungan dan persekutuan kita, karena kita menjadi keluarganya yang baru setelah mereka meninggalkan sanak dan kerabatnya demi Tuhan Yesus.

Khotbah ini juga sekaligus mengingatkan kita bahwa kesetiaan kita pada Tuhan Yesus akan menghasilkan ‘berkat’ bagi pribadi kita. Saat iman Abraham diuji, dia lebih memilih mengasihi Tuhan, dibanding  Ishak anaknya. Kesetiaannya itu membuat dia memperoleh ‘berkat’ yaitu memiliki dunia (Rom. 4:13). Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



4 komentar:

Unknown mengatakan... Balas

Terimakasih.Gbu

Unknown mengatakan... Balas

Trims, memberi pencerahan utk sy, bahwa di dalam Tuhan Yesus selalu ada berkat belimpah GBU

Amos Fattu mengatakan... Balas

terima kasih ats penjlsannya

Unknown mengatakan... Balas

Terimakasih atas khotbah( penjelasan) yg menguatkan iman percaya saya..TYB