Hanya Yesus Kristus Yang Sanggup Menebus
Pendahuluan
Untuk dapat memahami nats ini, kita harus melihat pada suatu peraturan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab Perjanjian Lama, Allah memberikan sebuah perintah kepada umat Israel mengenai tanah yang akan mereka miliki di Kanaan:
“'Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku. Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah. Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu.” (Im. 25:23-25)
Jika seseorang membeli sebidang tanah dari tetangganya, maka tanah itu menjadi miliknya. Namun, jika kerabat terdekat dari pemilik aslinya datang dan ingin membeli kembali tanah itu, pemiik baru harus menerima tuntutan itu betapapun ia berhasrat mempertahankan tanah itu. Hukum ini disebut “penebusan tanah”.
Kontrak yang mencatat penjualan suatu hak milik adalah sertifikat atau surat bukti hak milik. Setelah ditulis, lalu sertifikat itu digulung dan dimeteraikan dengan lilin dan cap. Tujuannya ialah untuk melindungi kontrak itu dari pemalsuan. Sertifikat asli yang dimeteraikan dibawa ke Bait Allah dan disimpan digudang arsip.
Jika seorang kerabat dari pemilik tanah semula ingin membeli kembali tanah itu, ia dapat mendekati pemilik yang baru. Jika ia dapat menunjukkan bukti bahwa ia seorang kerabat dekat dari pemilik asli dan meminta untuk membeli tanah itu kembali, pemilik yang sekarang harus bekerja sama. Pertama-tama sang kerabat memberikan sejumlah perak dan emas sejumlah yang disebutkan dalam sertifikat kepada pemilik baru itu. Kemudian ia pergi ke gudang arsip di Bait Allah, mendapatkan sertifikat itu dan membuka meterainya. Selama proses ini berlangsung sang kerabat akan membawa beberapa orang terkemuka di desanya sebagai saksi. Setelah persyaratan kontrak disetujui dan dikukuhkan oleh kedua pihak di muka para saksi, maka pergantian kepemilikan atas tanah itu diumumkan dan gulungan sertifikat itu pun dibakar.
Gulungan Kitab Bermeterai 7
Jenis sertifikat apakah gulungan kitab di tangan Allah itu? Itulah bukti kepemilikan dari bumi ini. Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, Allah telah memberikan kepadanya penguasaan atau pengendalian atas bumi ini. Namun ketika dosa masuk, bumi dirusak dan menjadi wilayah si jahat. Iblis mengajukan suatu tawaran yang sah kepada Yesus dalam Lukas 4:5-7:
“Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ''Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.''
Adam telah melepaskan penguasaan atas bumi kepada iblis. Dengan demikian surat pemilikan bumi beralih ke tangan iblis. Karena itu, jika umat manusia masih mempunyai harapan, seseorang harus membeli kembali bumi ini. Namun tak sorang pun sanggup membelinya, tak seorang pun sanggup membuka gulungan kitab yang dimeteraikan itu (ayat 1-3).
Tak Seorangpun Sanggup Membuka Gulungan Kitab
Orang yang sanggup membuka gulungan kitab itu haruslah seorang kerabat dekat “pemilik” semula dari bumi ini. Jadi, orang yang bisa menebusnya adalah seorang manusia. Tetapi bagaimanakah orang berdosa keturunan Adam, dpat memenuhi syarat untuk tugas ini? Lagipula siapapun yang akan menebus bumi ini haruslah rela membayar harganya yang mahal.
Lalu siapakah yang memenuhi keempat persyaratan : (1) seorang kerabat dari umat manusia (2) yang tidak berdosa (3) sanggup menebus bumi (4) bersedia membayar harganya yang mahal. Orang itu tidak dapat ditemukan ditemukan di sorga, karena para malaikat bukanlah kerabat dekat manusia. Juga orang itu tidak dapat ditemuan di bumi, di antara manusia biasa yang berdosa. Dan tentu orang itu tidak ditemukan di bawah bumi, di mana iblis dan roh-roh jahat berada.
Jadi tak seorang pun sanggup membuka gulungan kitab itu dan membaca isinya, dan Yohanes menangis dengan amat sedihnya ketika ia menyadari bahwa tiada harapan bagi umat manusia di bumi. Ia juga menangisi ketidakmampuannya sendiri dalam situasi ini, karena ia juga adalah seorang anggota umat manusia yang jatuh ke dalam dosa (ayat 4).
Anak Domba Yang Telah Disembelih
Selagi Yohanes menangis, salah seorang dai tua-tua itu berkata kepadanya, “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” (ayat 5). Dua sebutan, Singa dari suku Yehuda dan tunas Daud adalah sebutan yang sudah alam dipergunakan guru-guru Israel untuk Mesias (lih. Kej. 49:9-10 dan Yes.11:1).
Ketika Yohanes melihat Anak Domba yang luka dan elok ini datang ke takhta Allah yang Mahakuasa dan mengambil gulungan kitab, ia memperhatikan Anak Domba itu memiliki 7 tanduk (ayat 6). 7 tanduk itu melambangkan otoritas dan kekuatan dari seorang penguasa; Yesus memiliki segala kuasa di sorga dan di bumi. Anak Domba juga mempunyai 7 mata yang dapat melihat yang melambangkan Roh Kudus.
Yesus tidak tampil sebagai Putra Allah melainkan sebagai Anak Domba, korban dosa. Betapa pilu hati Bapa saat Ia menyerahkan Putra-Nya utnuk dibunuh, Putra yang merupakan cahaya kemuliaan-Nya dan citra langsung dari Pribadi-Nya.
Yesus telah memenuhi semua persyaratan untuk menebus bumi:
(1) Untuk menjadi seorang kerabat dekat dari umat manusia, Ia meninggalkan takhta-Nya di sorga dan menjadi seorang manusia, dilahirkan dari rahim manusia. (2) Untuk tidak menjadi seorang keturunan Adam yang berdosa, Ia dikandung secara adikodrati oleh Roh Kudus dan dilahirkan oleh seorang perawan. (3) Kesanggupan menebus bumi dengan kehidupannya yang tidak berdosa. (4) Ia bersedia membayar tebusan dengan darah-Nya yang mahal di kayu salib. Dengan demikian Ia secara sah mengambil surat bukti pemilikan bumi dari tangan Allah.
Singa Dari Suku Yehuda
Singa dari suku Yehuda melambangkan pemerintahan-Nya sebagai Raja di atas segala raja. Yesus telah mengambil dan membuka gulungan kitab serta ketujuh meterainya dengan darah-nya. Kita tidak mengetahui kapan waktu dan saatnya Ia akan datang untuk mengklaim apa yang telah ditebusnya. Namun satu hal yang pasti, bila bunyi sangkakala terdengar, para orang kudus yang telah diselamatkan oleh darah Yesus akan diangkat ke sorga untuk menghadiri perjamuan nikah Anak Domba.
Puji-pujian Untuk Yesus, Sang Penebus
Setelah gulungan kitab berada di tangan Yesus, keempat mahluk dan keduapuluh empat tua-tua tersungkur dan menyanyikan suatu nyanyian baru. Nyanyian baru ini layak untuk Yesus karena Ia telah menjadi Penebus, menebus bumi dan semua orang berdosa. Nyanyian baru itu tidak hanya merupakan suatu pujian tetapi juga merupaan pengakuan dan hormat akan kuasa Yesus atas bumi dan sorga.
Suara pujian kepada Yesus itu tidak hanya berasal di takhta Allah tetapi juga terdengar dari segala mahluk yang ada di sorga, di bumi, di bawah bumi, di laut dan segala yang ada di dalamnya (ayat 13). Semua mahluk di alam semesta ini mengaku bahwa Yesus adalah “Sang Penebus” sekaligus “Sang Penguasa”.
Refleksi
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, iblis menjadi penguasa dunia. Tidak ada seorang pun yang bisa mengungkapkan rahasia masa depan bumi dan kerajaan Allah. Itu berarti kita semua mahluk akan hidup dalam keadaan yang serba tidak menentu, tidak ada jaminan dan pengharapan akan terjadi sesuatu yang baik di masa depan kita.
Tetapi puji nama Tuhan karena ternyata ada yang layak membuka gulungan kitab tersebut, yaitu Yesus Kristus. Dialah satu-satunya yang layak. Sebab Yesus telah membuktikan kemenangan-Nya dengan darah-Nya di kayu salib. Tidak ada kuasa lain yang lebih hebat dari-Nya.
Hal ini berarti jelaslah bahwa Yesus Kristus kini memegang kendali atas sejarah dunia dan umat manusia, bukan iblis. Tidak heran jika kemudian keduapuluh empat tua-tua dan empat makhluk, bahkan seluruh malaikat surga menyanyikan pujian bagi Kristus (ayat 9, 11-14). Jika kebenaran itu yang kita pegang, maka melalui nyanyian pujian semua makhluk, kita diingatkan untuk memusatkan diri pada pujian dan penyembahan, terus beriman kepada Kristus, bukan kepada yang lain.
Karena itu ketika kita kembali menjalani hari-hari kita dengan beban-beban hidup yang mungkin masih sama, biarlah cara kita menyikapi atau menghadapinya sekarang berbeda. Kita menjadi lebih kuat, lebih beriman karena kemenangan Kristus juga berarti adalah kemenangan kita orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu Jangan pernah tergoda untuk percaya kepada kuasa-kuasa yang lain, dan janganlah pernah meninggalkan-Nya.
Hanya dalam Kristus yang telah menang atas segala sesuatu kita dapat meletakkan pengharapan dan jaminan atas masa depan yang indah bersama-Nya.
Pdt. Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar