Hamba Yang Sejati
Pendahuluan
Nas ini termasuk dalam kumpulan “Nyanyian-nyanyian
Hamba Tuhan” yang juga terdapat di pasal 42:1-6; 49:1-6; dan 52:13-53:12. Dalam
bagian ini memang tidak digunakan istilah ‘Hamba Tuhan”, namun istilah ‘murid’.
Di sini kita akan memperhatikan isi syairnya untuk mempelajari bagaimana
‘profil’ seorang murid Tuhan yang dipaparkan.
- Ayat
4-5a: Bagaimana kehidupan seorang murid dalam hal persekutuannya dengan Tuhan?
- Ayat
5-6: Bagaimana penghayatan dan sikap seorang murid dalam menghadapi
penderitaan?
- Ayat
7a, 8a, 9a: Bagaimana keyakinan seorang murid terhadap Tuhannya?
- Ayat
7b, 8b, 9b: Bagaimana keyakinan itu berdampak khusus dalam diri murid itu
sendiri: baik dalam kaitannya langsung dengan Tuhan, maupun dengan sesama?
Kitab Yesaya berisi banyak nubuat tentang
"Hamba Tuhan", terutama pada pasal-pasal 49:1-57:21 yang pada akhirnya
bermuara pada Yesus Kristus. Pelayanan-Nya membawa pendamaian bagi dosa,
keselamatan bagi semua bangsa, pemulihan Israel, dan hukuman atas orang fasik.
Penjelasan
Ayat 4-6:
Allah menegur Israel yang mengeluh dan
mempersalahkan Allah atas penderitaan mereka di pembuangan. Hukuman Allah atas
mereka terjadi karena mereka tidak mau taat kepada-Nya sebagai hamba Allah yang
diutus untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka adalah hamba Allah yang gagal.
Kontras sekali dengan hamba yang
dinyanyikan dalam nas ini. Di sini, hamba Allah rela menjadi murid yang taat
kepada Allah. Setiap hari ia duduk di bangku sekolah milik Allah untuk berguru
pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran-Nya (ay.
5).
Demi melaksanakan panggilan-Nya, Ia
menundukkan diri menjadi murid Tuhan. "Lidah" dapat berarti
"bahasa", atau dapat pula berarti "kemampuan berbicara" (ay. 4).
Dikaruniai "lidah seorang murid" berarti "diajar untuk
mengatakan apa yang didengar dari Tuhan". Dengan demikian dapat memberi
semangat baru kepada orang yang letih lesu. Namun lebih dari itu, maknanya
ternyata lebih dalam lagi. Kata-kata Sang Hamba juga harus menegaskan dan
menggarisbawahi kata-kata Tuhan yang mengampuni dan menyelamatkan. Itu yang
Tuhan harapkan dari Hamba-Nya. Sebab itu setiap pagi Tuhan membukakan dan
menajamkan pendengaran-Nya. Segenap kehidupan Sang Hamba harus diserahkan untuk
meneruskan firman Tuhan yang Ia dengar. Berserah berarti juga tetap taat dan
setia meski orang lain menolak pemberitaan-Nya (ay. 6).
Melalui bentuk kontras tadi, Tuhan Yesus.
dinyatakan sebagai Israel sejati, Hamba yang taat secara sempurna. Lidah seorang
murid, artinya Mesias akan berbicara seperti orang yang telah
menerima pesan Allah untuk menghibur orang-orang yang letih lesu karena dosa. Lidahnya
tidak putus-putus memperkatakan firman Allah agar dapat menguatkan hati yang
lemah dan semangat yang pudar. Setiap pagi, menandai
persekutuan-Nya yang terus-menerus dengan sang Bapa. Bahkan saat orang-orang
yang dilayaninya menolak dan menghina bahkan menganiaya-Nya ia tetap setia
menjalankan tugas kehambaan-Nya.
Ayat
7-9:
Dalam menanggung derita dan aniaya ‘Hamba
Allah’ itu tidak merasa takut apalagi malu sebab Ia tahu bahwa Ia menyatakan
kebenaran Allah. Dan sangat yakin bahwa Allah ada di pihaknya dan akan membela
serta membuktikan kebenaran-Nya (ay. 7-9).
Jangan biarkan "lidah" kita
menjadi "lidah yang tak bertulang", yang tidak bisa kita kontrol.
Sebaliknya berusahalah dengan segenap daya menjadikan lidah kita sebagai
"lidah seorang murid". Artinya lidah seorang yang sudah diajar, yaitu
yang dikendalikan sehingga bermanfaat. Banyak pelayan Tuhan yang kegunaannya
menjadi sangat berkurang karena lidah yang tidak dikekang. Entah karena
kata-kata yang sembarangan atau kuasa rohani yang bocor melalui percakapan yang
sembrono (Pkh. 5:2). Mungkin juga karena kata-kata digunakan bukan untuk
memberitakan kebenaran melainkan untuk menyenangkan pendengaran orang lain.
Maka yang ada hanyalah penyesatan, yang kelak harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Tuhan (Mat. 12:36-37). Salah satu ukuran kedewasaan atau kematangan
rohani seseorang adalah apa yang dikeluarkan dari mulutnya. Murid Tuhan yang
dewasa pastilah berkata-kata sekualitas kata-kata Tuhannya.
Ilustrasi
Di senja yang teramat dingin, konon ada
seorang raja dengan keretanya pulang ke istana dari suatu perjalanan yang
penting. Setibanya di gerbang istana raja itu keheranan sebab tidak mendapat
sambutan hangat dari sang penjaga pintu gerbang. Biasanya petugas pintu
gerbang melakukan sebuah gerakan penghormatan dengan tombak di
tangan sambil memperdengarkan suara lantangnya : ”Hormat kepada paduka Raja!” Tapi saat itu dengan tubuh yang
bersandar pada dinding gerbang agaknya sang penjaga sedang tertidur, maka
dengan nada marah baginda raja memerintahkan panglimanya untuk memeriksa
petugas yang melalaikan tugas itu. Setelah diamati ternyata penjaga gerbang itu
sudah tak bernyawa dengan tubuh yang kaku. Dalam ketaatannya ia bertahan terus
melawan udara dingin sampai hembusan nafas yang terakhir. Ia mati dalam tugas,
ia rela mengorbankan nyawa bagi rajanya. Mengetahui hal itu maka baginda raja
bergegas turun dari kereta, kemudian ia menyuruh panglimanya untuk melepas topi
sang penjaga dan diganti mahkota milik raja, sambil katanya: ”Dia patut
mendapat penghormatan ini karena ketaatan dan pengorbanannya!” Walau
hanya sejenak, namun tak pernah ada rakyat sedemikian rendah
derajatnya beroleh penghormatan yang sedemikian tingginya!
Tuhan Raja sorgawi yang mulia juga sering
menunjukkan penghargaan-Nya kepada orang-orang sederhana, seperti dalam Yesaya
50 tadi. Di sini tampil satu pribadi yang sangat menarik sebab walaupun
hidupnya sederhana bahkan menderita, namun juga kuat, tabah, taat, rela
berkorban dan memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Tuhan!
Refleksi
Pelayanan Yesus Kristus di sepanjang
hidupNya ditandai dengan tiga hal: Pertama ,Dengan
lidah-Nya menyampaikan firman Tuhan dan berbagai pelajaran, kotbah, teguran,
penghiburan serta memberi dorongan kepada yang letih lesu dan berputus asa. Kedua, Dengan telinga-Nya yang
tajam dan terlatih selalu siap mendengar keluhan, permohonan, penuh pemahaman
serta kepedulian kepada semua lapisan masyarakat. Ketiga, Dalam sikap taat kepada Bapa, dengan konsistensi yang
tinggi, rela mengorbankan jiwa raga serta kemuliaanNya demi kasihNya kepada
umat manusia yang berdosa.
Menjadi hamba Allah berarti bersedia
memberi diri secara total untuk diperbarui senantiasa oleh Allah, dan bersedia
menghadapi tantangan. Kesediaan memberi diri total dan sedia menghadapi
tantangan adalah kunci keabsahan pelayanan seorang hamba sebagai
"mulut" Allah. Hamba Allah tidak berhak menyuarakan suara lain,
selain suara Allah sendiri. Bila tidak, ia bukan lagi hamba Allah sejati,
tetapi hamba palsu.
Syair yang diungkapkan Yesaya ini
mengingatkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Hamba Sejati. Apakah rahasianya
sehingga Dia dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu? Pertama, Dia memelihara hubungan dengan
Bapa di sorga. Dia telah didisiplin untuk mengutamakan Allah dan mendengarkan
firman Allah tiap pagi. Maka kata-kata yang diucapkan-Nya pada orang banyak
bukanlah kata-kata-Nya sendiri, tetapi kata-kata dari lidah seorang murid. Kedua, Dia telah menerima semua proses
pembentukan yang Allah ijinkan. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya
Dia terbentuk tegar (6,7-9).
Hamba Allah yang sejati taat kepada firman
dan yang tabah menanggung derita itu memiliki wewenang illahi. Dia kini
memanggil orang yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang
berbahagia.
Pelayanan Tuhan Yesus sebagai hamba yang
sejati berdampak kepada transformasi hidup orang yang dilayani-Nya. kita adalah
buah-buah pelayanan-Nya. Kita sekarang adalah hamba-hamba Allah yang dipanggil
untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang. Mari kita meneladani
Tuhan Yesus dengan taat kepada Allah dan tidak gentar menghadapi penolakan
serta tekanan dunia ini. Allah akan memelihara dan membela kita. Amin.
1 komentar:
Mauliate amang Pandita.. tetap semangat dan setia jg semakin heran lg kedepannya. Horas...
Posting Komentar