“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 14 Maret 2014

Roma 4:1-5, 13-17

Kebenaran Diperoleh Berdasarkan Iman, Bukan Pebuatan

Pendahuluan
Allah memanggil Abraham secara pribadi untuk meninggalkan sanak keluarga dan tanah leluhurnya, mengikuti rencana-Nya, yaitu pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkanNya kelak. Sekalipun panggilan dan rencana Allah ini tidak terlalu jelas seperti apa nantinya, namun Abraham menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Pada masa usia memasuki 75 tahun, Abraham berangkat meninggalkan segala kemapanannya untuk mengikuti rencana Allah Allahnya. Suatu jalan penyangkalan dan bahkan pengurbanan diri yang tidaklah mudah. Abraham sungguh mempercayai Allah dengan segenap hatinya meski mungkin ada pergulatan hebat dalam hatinya sebelum sampai pada keputusan itu. Semua ini dapat terjadi karena Allah sendiri yang ber-inisiatif menawarkan kasih karuniaNya kepada Abraham, dan bukan karena kehebatan atau jasa-jasa Abraham. Allah membeberkan rencanaNya kapada Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar, yang diberkati, dan dimasyhurkan. Allah ingin agar melalui Abraham semua kaum di muka bumi mendapat berkat Allah. Dan,.. Abraham menaruh percaya dengan seutuhnya akan janji Allah itu.

Penjelasan
Roma 4:1-5
Ketika Allah meminta Abraham keluar dari rumah bapanya di Ur-kasdim, dan mengikuti  arahan Allah ke satu tempat yang akan ditunjukkan Allah kepadanya. Sementara dia tidak tahu ke mana dia akan dibawa oleh Allah, namun dia mendengarkan dan menaati arahan Allah. Kepercayaan Abraham kepada Allah yang menjadi dasar Allah membenarkan dia.

Ketika Allah berjanji bahwa dia akan menjadi besar dan termasyhur, bahwa dia akan diberkati sehingga dia dapat menjadi berkat bagi semua orang dan bahwa keturunannya akan memberkati semua orang, Abraham percaya dan dia terus bergerak sesuai arahan Allah. Abraham pergi dengan sanak keluarganya menuju suatu tempat yang akan Allah berikan kepadanya. Kepercayaan Abaraham itulah yang membuat hati Allah berkenan kepada Abraham.

Abraham dibenarkan oleh Allah bukan karena kelakuannya atau karakternya, bukan juga karena kekudusannya namun Allah berkenan kepada Abraham karena iman atau kepercayaannya dan ketergantungannya kepada janji Allah. Dia sangat memercayai Allah dan itu telihat dari semakin lama dia mengenal Allah semakin tinggi tingkat kepercayaannya.

Roma 4:13-17
Paulus mempertentangkan antara ‘Hukum Taurat’ sebagai simbol usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran Allah, dibandingkan dengan ‘kasih karunia Allah’ sebagai simbol inisiatif Allah memberi kebenaran kepada manusia. Paulus yang dulunya adalah penganut Taurat sejati, kini menyadari, menerima serta meyakini Injil sebagai kebenaran yang sejati. Paulus menegaskan bahwa yang berhak menerima janji keselamatan dari Allah bukan mereka yang dilahirkan sebagai keturunan Abraham semata, namun justru mereka yang mau mempercayai janji Allah dalam segenap hidupnya, sebagaimana Abraham beriman kepada Allah. Abraham bukan lagi hanya sebagai Bapa bagi Israel, namun menjadi bapa segala orang yang beriman kepada Allah.

Dalam kedua bacaan ini, Paulus dengan jelas meneguhkan: bahwa Allah membenarkan manusia bukan karena kehebatan perbuatannya dan bukan karena Hukum Taurat, tetapi karena iman percaya-nya. Tidak ada alasan bagi Abraham untuk merasa diri layak mendapat hak sebagai orang yang beriman kepada Allah, sebab hanya karena kasih dan anugerah Allahlah mereka mengalami panggilan itu. Semua terjadi karena Allah sendirilah yang ber-inisiatif, Allah-lah yang menyatakan kasih dan panggilanNya.

Refleksi
Problem terbesar sepanjang zaman bagi manusia adalah ketidak-berdayaannya untuk membebaskan diri dari belenggu dosa dan maut. Dosa menjerat dan merusakkan relasi yang harmonis baik dengan Allah maupun dengan sesama ciptaan. Manusia berdosa, telah kehilangan kemuliaan, meski dengan segenap daya kekuatannya - mustahil dapat memulihkan kehidupannya. Bahkan, di bawah kendali dosa, manusia semakin tidak peduli dengan sesamanya. Dosa membentuk perangai manusia begitu egois dan apatis dengan persoalan-persoalan yang ada disekitanya, seperti kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dsb.

Sementara, agama dan keberagamaan yang dijalani oleh manusia selama berabad-abad kadangkala hanya bersifat ritual-seremonial, dan kurang menyentuh pada aspek spiritual, yaitu pemulihan relasi. Manusia, sudah cukup bangga dengan praktek-praktek agama yang dijalankan dengan sangat legalis dan kaku, tanpa memperhatikan praktek-praktek iman dan belas-kasih. Akibatnya, ”kehampaan dan kekeringan” spiritual terjadi dan menghinggapi banyak umat beragama.

Pemulihan terjadi, ketika manusia mau merespon dan menerima tawaran Allah di dalam karya penyelamatan-Nya. Karena kasih-Nya yang sungguh tiada terselami dan terukur, Allah ber-inisiatif memanggil manusia untuk masuk dalam rencana dan karya pemulihan yang telah, sedang dan akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia. Manusia, dimungkinkan untuk bebas dan dipulihkan, ketika mau mengambil sikap hidup seperti Abraham, yaitu dengan kebulatan hati menaruh percaya pada Allah, dan hidup bergantung pada Allah. Karena kasih, Allah berkenan hadir di dunia dan mengambil rupa seorang manusia, bahkan menjadi hamba yang dengan keiklasan mau mengorbankan diriNya bahkan sampai mati di kayu salib. Karena kasih, manusia berdosa, beroleh jalan keselamatan sebab terbebaskan dari belenggu dosa. Karena kasih, memungkinkan segala yang mustahil menjadi nyata.             Amin.


Postingan Terkait



0 komentar: