Kebenaran
Diperoleh Berdasarkan Iman, Bukan Pebuatan
Allah memanggil Abraham secara pribadi
untuk meninggalkan sanak keluarga dan tanah leluhurnya, mengikuti rencana-Nya,
yaitu pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkanNya kelak. Sekalipun panggilan
dan rencana Allah ini tidak terlalu jelas seperti apa nantinya, namun Abraham
menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Pada masa usia memasuki 75 tahun, Abraham
berangkat meninggalkan segala kemapanannya untuk mengikuti rencana Allah
Allahnya. Suatu jalan penyangkalan dan bahkan pengurbanan diri yang tidaklah
mudah. Abraham sungguh mempercayai Allah dengan segenap hatinya meski mungkin
ada pergulatan hebat dalam hatinya sebelum sampai pada keputusan itu. Semua ini
dapat terjadi karena Allah sendiri yang ber-inisiatif menawarkan kasih
karuniaNya kepada Abraham, dan bukan karena kehebatan atau jasa-jasa Abraham.
Allah membeberkan rencanaNya kapada Abraham untuk menjadikannya bangsa yang
besar, yang diberkati, dan dimasyhurkan. Allah ingin agar melalui Abraham semua
kaum di muka bumi mendapat berkat Allah. Dan,.. Abraham menaruh percaya dengan
seutuhnya akan janji Allah itu.
Penjelasan
Roma
4:1-5
Ketika Allah meminta Abraham keluar dari
rumah bapanya di Ur-kasdim, dan mengikuti
arahan Allah ke satu tempat yang akan ditunjukkan Allah kepadanya.
Sementara dia tidak tahu ke mana dia akan dibawa oleh Allah, namun dia
mendengarkan dan menaati arahan Allah. Kepercayaan Abraham kepada Allah yang
menjadi dasar Allah membenarkan dia.
Ketika Allah berjanji bahwa dia akan
menjadi besar dan termasyhur, bahwa dia akan diberkati sehingga dia dapat
menjadi berkat bagi semua orang dan bahwa keturunannya akan memberkati semua
orang, Abraham percaya dan dia terus bergerak sesuai arahan Allah. Abraham pergi
dengan sanak keluarganya menuju suatu tempat yang akan Allah berikan kepadanya.
Kepercayaan Abaraham itulah yang membuat hati Allah berkenan kepada Abraham.
Abraham dibenarkan oleh Allah bukan karena
kelakuannya atau karakternya, bukan juga karena kekudusannya namun Allah
berkenan kepada Abraham karena iman atau kepercayaannya dan ketergantungannya
kepada janji Allah. Dia sangat memercayai Allah dan itu telihat dari semakin
lama dia mengenal Allah semakin tinggi tingkat kepercayaannya.
Roma
4:13-17
Paulus mempertentangkan antara ‘Hukum
Taurat’ sebagai simbol usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran Allah,
dibandingkan dengan ‘kasih karunia Allah’ sebagai simbol inisiatif Allah
memberi kebenaran kepada manusia. Paulus yang dulunya adalah penganut Taurat
sejati, kini menyadari, menerima serta meyakini Injil sebagai kebenaran yang
sejati. Paulus menegaskan bahwa yang berhak menerima janji keselamatan dari
Allah bukan mereka yang dilahirkan sebagai keturunan Abraham semata, namun
justru mereka yang mau mempercayai janji Allah dalam segenap hidupnya,
sebagaimana Abraham beriman kepada Allah. Abraham bukan lagi hanya sebagai Bapa
bagi Israel, namun menjadi bapa segala orang yang beriman kepada Allah.
Dalam kedua bacaan ini,
Paulus dengan jelas meneguhkan: bahwa Allah membenarkan manusia bukan karena
kehebatan perbuatannya dan bukan karena Hukum Taurat, tetapi karena iman
percaya-nya. Tidak ada alasan bagi Abraham untuk merasa diri layak mendapat hak
sebagai orang yang beriman kepada Allah, sebab hanya karena kasih dan anugerah Allahlah
mereka mengalami panggilan itu. Semua terjadi karena Allah sendirilah yang
ber-inisiatif, Allah-lah yang menyatakan kasih dan panggilanNya.
Refleksi
Problem terbesar sepanjang zaman bagi
manusia adalah ketidak-berdayaannya untuk membebaskan diri dari belenggu dosa
dan maut. Dosa menjerat dan merusakkan relasi yang harmonis baik dengan Allah
maupun dengan sesama ciptaan. Manusia berdosa, telah kehilangan kemuliaan,
meski dengan segenap daya kekuatannya - mustahil dapat memulihkan kehidupannya.
Bahkan, di bawah kendali dosa, manusia semakin tidak peduli dengan sesamanya.
Dosa membentuk perangai manusia begitu egois dan apatis dengan
persoalan-persoalan yang ada disekitanya, seperti kemiskinan, kebodohan,
ketidak-adilan, dsb.
Sementara, agama dan keberagamaan yang
dijalani oleh manusia selama berabad-abad kadangkala hanya bersifat ritual-seremonial,
dan kurang menyentuh pada aspek spiritual, yaitu pemulihan relasi. Manusia,
sudah cukup bangga dengan praktek-praktek agama yang dijalankan dengan sangat
legalis dan kaku, tanpa memperhatikan praktek-praktek iman dan belas-kasih.
Akibatnya, ”kehampaan dan kekeringan” spiritual terjadi dan menghinggapi banyak
umat beragama.
Pemulihan terjadi, ketika manusia mau merespon dan menerima tawaran Allah di dalam karya penyelamatan-Nya. Karena
kasih-Nya yang sungguh tiada terselami dan terukur, Allah ber-inisiatif
memanggil manusia untuk masuk dalam rencana dan karya pemulihan yang telah,
sedang dan akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia. Manusia,
dimungkinkan untuk bebas dan dipulihkan, ketika mau mengambil sikap hidup
seperti Abraham, yaitu dengan kebulatan hati menaruh percaya pada Allah, dan
hidup bergantung pada Allah. Karena kasih, Allah berkenan hadir di dunia dan
mengambil rupa seorang manusia, bahkan menjadi hamba yang dengan keiklasan mau
mengorbankan diriNya bahkan sampai mati di kayu salib. Karena kasih, manusia
berdosa, beroleh jalan keselamatan sebab terbebaskan dari belenggu dosa. Karena
kasih, memungkinkan segala yang mustahil menjadi nyata. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar