“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Rabu, 06 Agustus 2014

1 Raja-raja 19:9-18

Ingatlah, Tuhan Selalu Menyertaimu!

Pendahuluan.
Penderitaan tidak dapat dipisahkan dari panggilan orang percaya. Dan tentu saja karena menghindari penderitaan itu, tidak sedikit orang percaya hidup jauh dari jalan panggilannya. Salah satu tokoh Alkitab yang sempat undur dari jalan panggilan adalah Elia. Bahkan Alkitab menceritakan pada kita bahwa nabi Elia, yang dipakai Tuhan secara luar biasa, dapat menjadi putus asa! Ya, Elia putus asa dan meminta mati setelah lari dari ancaman Izebel, permaisuri raja Ahab (19:1-4). Elia ketakutan karena diancam akan dibunuh, ia melarikan diri ke padang gurun dan minta mati kepada Tuhan. Di ayat 9 dan 13, Allah bertanya, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Pertanyaan ini mendorong Elia berefleksi mengenai panggilan (pelayanan) dan keberadaannya: apakah ia berada di ‘tempat’ dimana seharusnya ia dipanggil? Elia adalah seorang Nabi yang dipanggil untuk bekerja segiat-giatnya menyatakan firman Tuhan di tengah-tengah bangsanya yang meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala. Tetapi mengapa ia bersembunyi, dalam sebuah gua? Bukankah seharusnya ia berada ditengah-tengah bangsanya menyampaikan firman Allah?

Jawaban Elia atas pertanyaan Tuhan menunjukkan apa yang menjadi kegelisahan hatinya. Ia merasa sendirian dan takut kehilangan nyawanya karena Izebel berencana hendak membunuhnya (19:1-3). Ketakutan akan ancaman pembunuhan ini yang membuat Elia meninggalkan jalan panggilannya.

Penjelasan.
Keputusasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Allah.
Ketika Tuhan Allah bertanya pada Elia “Apakah kerjamu di sini?”, maka Elia menjawab “Bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan!” (ay. 10). Benarkah? Tidak, dia sedang melarikan diri! Elia tidak mengakui kelemahannya, justru balik menyerang Tuhan. Elia berkata bahwa dirinya bekerja sendirian, sedangkan Tuhan tidak berbuat apa-apa! Elia menunjukkan bahwa hanya dia yang bekerja sendiri, lihat saja semua orang Israel murtad, mezbah-mezbahnya diruntuhkan, semua nabi dibunuh dan dirinya pun diancam! Dimana Tuhan saat ini? Ini yang ditanyakan Elia. Elia salah menilai Tuhan. Dia beranggapan bahwa dia hanya bekerja sendirian, Allah tidak peduli! Bukankah ini yang kita alami jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan mulai putus asa. Kita merasa bergumul sendirian! Padahal Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, Dia ada seperti kehadiranNya dan menanyakan; “Apa yang sedang kita kerjakan di sini?” Tinggalkan putus asa, lihat Tuhan tidak membiarkan kita bergumul sendiri. Datanglah pada Tuhan Yesus dan sampaikan kondisi kita dengan jujur. 

Keputuasaan Menyebabkan Kita Salah Menilai Kondisi di Sekitar kita.
Rasa putus asa menyebabkan Elia memandang pergumulannya sangat berat dan laporannya pada Tuhan pun jadi tidak tepat bahkan berbeda dengan kenyataan! Perhatikan laporan Elia dan keadaan yang sebenarnya di bawah ini (ay.10, 14).

Laporan Elia:     Semua orang Israel meninggalkan perjanjian Tuhan
Faktanya:         Tidak semua orang Israel meninggalkan perjanjian Tuhan (murtad) masih ada 
                       7000 orang yang setia.

Laporan Elia:     Semua nabi dibunuh dan hanya tinggal Elia saja nabi di Israel.
Faktanya:          Masih ada 100 nabi Tuhan yang disembunyikan Obaja dan terpelihara (18:7, 13).
                              
Jangan terus dalam keputusasaan, kita jadi sulit melihat kenyataan yang sebenarnya yang seringkali tidak seburuk yang kita lihat dalam ‘kacamata’ keputusasaan. Bangkit dan bersemangatlah dalam Tuhan Yesus ada kekuatan dan pertolongan! 

Keputusasaan Menyebabkan Kita Tidak Dapat Melihat Campur Tangan Tuhan Dalam Hidup Kita.
Keputusasaan Elia membuatnya tidak melihat tangan Tuhan yang sejak mulanya menjangkau hidupnya. Bahkan saat Elia takut dan putus asa, Allah sudah mengulurkan tanganNya untuk menolong, sayangnya Elia sudah dibutakan oleh rasa putus asanya. Bukankah murid-murid Tuhan Yesus mengalami hal yang sama ketika perahu mereka digoncang badai dan hampir tenggelam? Mereka juga tidak mampu melihat Tuhan yang datang dan menyebut Tuhan sebagai hantu! Tuhan tahu pergumulan Elia dan Tuhan bertindak! Bayangkan saja malaikat datang dan memberi makanan dan air untuk diminum (ay. 19:5). Seharusnya kehadiran malaikat sangat menguatkan Elia, tetapi tidak demikian itu ‘biasa saja’ bagi Elia. Apakah ada makanan dan minuman yang seajaib yang diterima Elia dari Tuhan? (19:6-8). Munculnya ajaib dan dampaknyapun ajaib, Elia dapat berjalan 40 hari ke gunung Horeb! Tapi itu juga nampaknya tidak menguatkan Elia. Terakhir, Tuhan berfirman dan hadir! Elia masih juga putus asa, nampak dari jawabannya pada Tuhan! (19:9-18). Inilah bahaya putus asa. Putus asa menutup mata dan telinga kita untuk dapat melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan dan meninggalkan anak-anakNya! Ini yang Saya temukan di Alkitab dan Saya percayai, seperti halnya Elia tidak pernah ditinggalkanNya! Lihatlah, jika kita ada sampai hari ini, bukankah karena kekuatan dan kasih Tuhan Yesus? Perhatikan, Tuhan hadir dan berbicara kepada kita lewat firmanNya entah saat renungan pribadi atau di gereja. Bukankah Dia menyapa dan menguatkan kita?

Kemabali pada Semangat Menunaikan Tugas Panggilan (Pelayanan).
Karya Tuhan melalui Angin besar dan kuat, gempa serta api (ay.11-12) menunjukkan kekuatan kuasa Tuhan Allah yang melampaui kekuatan kuasa para penganiaya. Allah telah mempersiapkan penghukuman bagi para penganiaya pada waktunya (Hazael, Yahu dan Elisa, ay. 15-17). Jalan penderitaan memang membuat banyak orang meninggalkan jalan Tuhan, namun jalan itu tidak pernah kehabisan orang karena masih ada 7000 orang pada saat itu yang setia pada jalan Tuhan (ay. 18). Oleh karena itu Elia tidak perlu gentar menghadapi ancaman dan tak perlu merasa sendiri.

Tuhan memerintahkan Elia “… kembalilah ke jalanmu, …” Kembali hidup di jalan panggilan itu. Ada kuasa Allah dan kehadiran sesama orang percaya yang memberikan kekuatan, perlindungan, pemeliharaan dan penghiburan yang meneguhkannya di jalan panggilan menghadapi berbagai ancaman penderitaan.

Pertanyaan Tuhan kepada Elia juga senantiasa diarahkan kepada kita untuk mengajak kita mengevaluasi apakah jalan kita masih di jalan panggilan itu, atau sudahkah menjauhinya karena enggan menderita. Seorang yang ingin hidup setia dalam jalan panggilannya harus rela meninggalkan kenyamanan dan keamanan semu demi panggilannya. Allah berkuasa memelihara hambaNya di dalam berbagai penderitaan karena jalan panggilan itu.

ilustrasi.
Di sebuah kelas sekolah dasar, seorang guru wanita memperlihatkan secarik kertas bergambar satu titik kecil berwarna hitam kepada para murid. "Ini apa, anak-anak?" tanyanya. "Titik bu guru...!" Jawab semua murid dengan serempak. "Bukan, Ini kertas...!" Kata guru itu lagi. Ilustrasi kecil ini menunjukkan, bahwa orang bisa lebih terfokuskan perhatiannya pada satu titik hitam, walaupun hanya kecil di banding lembaran besar kertas putih dimana titik hitam itu tergambar.

Hal itu juga terjadi kepada Nabi Elia ketika ia melarikan diri dari Izebel, istri Raja Ahab, yang mengancam hendak membunuhnya. Di Gunung Horeb, Elia begitu frustasi, ia merasa hidupnya seolah-olah begitu suram dan kelam. Sampai-sampai ia ingin mati sekalian (ay. 4). "Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku," keluhnya (ay. 10). Padahal benarkah Elia tinggal sendirian...? Ternyata TIDAK. Masih ada 7.000 orang lain yang tidak ikut sujud menyembah Baal (ay. 18).

Di tengah berbagai kesulitan, ketika badai hidup menerjang, apakah kita merasa hidup ini seolah-olah gelap sama sekali...? Kita lalu merasa sebagai orang yang paling malang di dunia ini. Baiklah kita sejenak berdiam diri. Kita fokuskan pikiran kita kepada hal-hal yang indah dalam hidup ini, mungkin kicau burung yang merdu, atau tawa riang anak-anak di sekitar kita, atau juga para sahabat yang selalu mendukung kita. Percayalah, kita akan menemukan kenyataan bahwa hidup kita tidaklah sekelam yang kita duga. "Ruang putih" dalam kertas hidup kita masih jauh lebih luas di banding satu “titik hitam” beban yang ada di situ.

------

Seorang tukang kayu kehilangan jam tangan kesayangannya. Jam tangannya jatuh di tumpukan serbuk kayu. Dengan penuh penyesalan tukang kayu itu terus mencari. Namun, arloji itu tidak ditemukan juga. Ada seorang anak yang memperhatikan tukang kayu yang dari tadi mengaduk-aduk serbuk kayu mencari jam tangan. Saat tukang kayu itu pergi makan, anak itu beranjak ke tumpukan serbuk kayu. Ia duduk diam, suara detik arloji pun terdengar. Dengan tetap tenang, ia mencari ke arah sumber suara. Akhirnya arloji itu pun ditemukannya.

Saat Elia berada di tengah-tengah keputusasaannya karena sikap bangsa ISRAEL yang serong dari jalan Allah, Elia ingin berjumpa dengan Allah. Namun, Allah menjumpainya dengan cara yang tidak seperti biasanya. Allah tidak hadir dalam angin yang besar atau gempa sekalipun. Namun, saat angin sepoi-sepoi datang, Allah justru hadir di sana. Allah hadir di tengah-tengah ketenangan dan kedamaian. Di sanalah Allah kemudian memberikan firman-Nya kepada Elia. Dalam ketenangan itulah Elia kembali dikuatkan untuk tetap melanjutkan tugas dan pelayanannya sebagai nabi Allah.

Tawaran untuk tinggal dalam keheningan menjadi sebuah pilihan bagi manusia untuk menikmati hidup. Tinggal dalam hening tidak berarti tidak melakukan apa-apa. Tinggal dalam hening adalah sebuah kesediaan untuk mendengar dengan hati kita. Dengan demikian, kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk menikmati hidup dan tetap menjadi berkat.

Refleksi
Ada yang berputus asa hari ini? Awas, keputusasaan menyebabkan kita salah menilai Allah, salah menilai kondisi yang sebenarnya dan menghalangi mata dan hati kita untuk melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bangkit dan bersemangatlah, karena sebenarnya Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita bergumul sendirian.

Dalam kesendiriannya, Nabi Elia dilemahkan oleh pikiran negatifnya sendiri yang ia renungkan di dalam gua. Perenungannya itu sempat membuat dirinya hampir kehilangan visi dan panggilan Tuhan. Ini adalah peringatan bagi kita untuk berhati-hati dengan perkataan, sebab apa yang kita katakan menentukan hidup kita. Jika kita terus-menerus memperkatakan kata-kata negatif, maka kuasa perkataan itu akan terjadi pada kita. Sebaliknya, jika kita memperkatakan kata-kata positif (firman Tuhan), maka hasil positiflah yang akan terjadi pada kita. Lihatlah Elia, yang menyesali diri dan ingin mati, sehingga hampir kehilangan visi Tuhan. Elia yang dipakai dengan dahsyat dalam pelayanan bisa terjatuh di dalam kebohongan iblis, tentu kita juga harus berhati-hati. Tujuan iblis adalah menghancurkan panggilan Allah dalam hidup kita. Lalu, apakah kunci kemenangan nabi Elia? Pertama, Elia harus keluar dari gua yang gelap dan naik ke atas gunung supaya ia mengetahui posisinya di hadapan Tuhan (ay. 11). Kedua, Elia harus peka mendengar suara Tuhan (ay. 11-13). Ketiga, Elia harus kembali ke jalan yang semula: panggilan Tuhan atas hidupnya. Apa yang dialami Elia memberi jalan keluar bagaimana kita dapat meraih kemenangan atas kesendirian kita. Kita harus keluar dari 'pikiran negatif’  yang memenjarakan kita dan kembali ke atas gunung untuk mendengar suara Tuhan. Kita harus kembali ke panggilan kita untuk melakukannya dengan sukacita, maka kita akan melihat keajaiban-keajaiban Tuhan terjadi lagi atas kita. Itulah kemenangan kita.

Tuhan masih ada dan tetap ada sampai hari ini bahkan ketika kita merasa gagal dan putus asa dalam kehidupan nikah, gagal dalam mendidik anak, juga gagal dalam studi dan pekerjaan, Dia ada dan menolong kita dengan cara-Nya yang bisa spektakuler atau lembut, tenang dan damai. Jangan kita membanding-bandingkan atau mengharapkan pertolongan Tuhan seperti yang dialami orang lain bahkan membandingkan dengan pengalaman masa lalu. Ingat, apapun pergumulan yang kita alami sekarang, Dia ada dan siap sedia menolong kita dengan cara-Nya sendiri.  Amin.

Pdt. Anthony L Tobing
Dari berbagai sumber


Postingan Terkait



0 komentar: