“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 10 April 2015

Mazmur 133:1-3

Berkat TUHAN bagi Kehidupan Yang Rukun

Pendahuluan
Pemazmur  sadar betul bahwa ada kebaikan dan keindahan dalam suatu kerukunan, oleh karena itu setiap orang diajak untuk hidup dalam kerukunan.

Kalau kita membuat suatu alur, maka bisa kita gambarkan bahwa akhir dari proses ini adalah kebaikan dan keindahan, yang dihasilkan dari sebuah kerukunan, sedang kerukunan adalah hasil kontribusi sikap dan tindakan yang baik dari dua atau lebih orang/pihak. Ajakan hidup dengan rukun di dasari adanya dua atau lebih pihak dalam suatu komunitas sehingga diperlukan sikap dan tindakan yang baik untuk menciptakan kerukunan diantara mereka. Jadi kerukunan tidak tercipta begitu saja secara tiba-tiba tapi merupakan andil dari orang-orang yang termasuk dalam suatu komunitas itu.

Penjelasan
Bagaimana rasanya saat mengajak keluarga bertamasya, hanya untuk mendengar anak-anak yang duduk di kursi belakang mobil merusak sukacita liburan dengan semua pertengkaran dan keluh kesah mereka. “Pa, ia menyenggolku!” atau “Ma, ia tak mau giliran mainnya!”

Mengapa orang sulit hidup rukun?

** Sikap yang paling mendasar untuk menciptakan suatu kerukunan adalah melihat kepentingan bersama lebih utama dari kepentingan pribadi, saling memahami dan menghormati antara satu dengan yang lain. Sikap ini yang perlu dimiliki setiap orang. Sebaliknya apabila ada pihak-pihak yang mementingkan diri sendiri, tidak mau berusaha memahami atau menghargai orang lain dan mau menang sendiri akan menciptakan pertikaian atau permusuhan.

** Kedua, karena sejak kecil, disadari atau tidak sudah ditanamkan bibit-bibit permusuhan. Misalnya bahwa orang kristen itu kafir, atau islam itu tidak baik karena itu tidak boleh bergaul atau melakukan pertemanan. Pengaruh doktrinasi seperti ini sangat mempangaruhi hubungan antara sesama manusia. Jika dalam keluarga, anak-anak mendengar pertengkaran orangtuanya dengan saudara-saudaranya dan melihat kebencian orangtuanya terhadap saudaranya tersebut, tanpa disadari orangtua sedang menanamkan bibit permusuhan kepada anak-anaknya.

** Ketiga, Tidak tahu bagaimana mengelola konflik (masalah). Konflik itu pasti datang, tidak bisa dihindari. Jadi jangan pernah lari dari masalah. Konflik adalah proses bagaimana Tuhan membentuk kita. Menjadi seorang yang dewasa, atau tetap menjadi anak-anak. Konflik akan menentukan siapa kita. Dan dari konflik, kita akan kenal siapa diri kita yang sebenarnya.

------------

Tuhan perhadapakan kita pada dua hal, berkat atau kutuk. Berkat kalau hidup rukun, tetapi kutuk bagi yang masih tetap ribut. Untuk kerukunan itu sendiri, pemazmur menggambarkan berkat yang akan kita peroleh seperti “minyak” dan “embun”. 

** Yang pertama adalah Berkat Tuhan mengalir seperti minyak (Mzm 133:2). Minyak yang dimaksud disini adalah the precious ointment, yaitu minyak  urapan yang kudus. Minyak yang dituangkan diatas kepala Harun (Im. 8:12), yang kemudian mengalir ke janggut dan leher jubahnya. “pengurapan” menjadi berkat pertama yang kita terima dari kerukunan. Dan pengurapan sangat dibutuhkan didalam kita melayani Tuhan. Pengurapan, memberikan kepada kita :

Kuasa (Kepala). Kuasa untuk memimpin dan untuk menaklukan si jahat. Kehormatan, Sukacita dan Kekuatan (Janggut). Tidak disepelekan tetapi dihormati, dan berlimpah-limpah dalam sukacita dalam semua kondisi (Baik/tidak baik), dan tetap kuat dalam menghadapi semua persoalan.

Kekudusan (Jubah). Kekudusan yang melayakkan kita untuk dapat terus terhubung dengan Tuhan dan melayani Dia tanpa hambatan. Pengurapan sangatlah penting. Tidak boleh dianggap sepele. Tanpa pengurapan, semua yang kita lakukan akan menjadi sia-sia.

** Kedua,  Kerukunan digambarkan seperti embun yang menyegarkan, mengendap di gunung Hermon dan turun ke gunung Sion. Pemahaman utama ialah, embun mengungkapkan kesegaran ilahi: Karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya (Lih Maz 110:3), tetapi pengaitan gunung Hermon (dikerajaan Utara) dengan Sion memberi petunjuk bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada dalam persekutuan.

Turunnya embun Hermon ke atas Sion merupakan mujizat, dan persekutuan adalah mujizat anugerah ilahi (Ef. 2:11-22) di mana berkat pribadi saling dibagikan untuk keberuntungan bersama.  Kesegaran ilahi datangnya dari tempat yang tinggi. Untuk membangun hubungan kebersamaan yang rukun, sangatlah penting untuk tetap menjaga hati.

Ketika Tuhan melihat kerendahan hati dimana seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya, maka kesanalah berkat itu dicurahkan. Kesombongan dan keangkuhan hanyalah benteng dan penghalang untuk berkat Tuhan. Dan dalam hubungan sikap seperti ini harus rela untuk ditanggalkan.

Ingatlah, Tuhan tidak akan mencabut orang-orang yang ‘berbeda’ disekitar kita tetapi justru mereka ditempatkan disisi kita untuk membentuk dan mempercantik kita.  Oleh sebab itu, bersyukurlah untuk orang-orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita.

Refleksi
Dalam kesempatan untuk beribadah di sebuah gereja di pedesaan. Dari luar saya melihat bangunan gereja itu sangat sederhana dan ukurannya tidak besar. Begitu pula dengan desain interior serta penampilan dari para jemaatnya. Sejujurnya, saya sempat berpikir bahwa suasana gereja tersebut akan sangat membosankan.

Namun, dugaan saya ternyata salah besar. Saya melihat setiap anggota jemaat saling menyapa dengan ramah sebelum dan sesudah ibadah berlangsung. Teman saya berkata bahwa hal itu bukan basa-basi karena setiap anggota jemaat memiliki tugas untuk saling memperhatikan dan mendoakan satu sama lain. Bukan basa-basi pula kalau saya sebagai orang baru pun merasa amat diterima dan tidak dianggap orang asing di situ.

Pengalaman beberapa jam di hari Minggu tersebut sangat mengesankan bagi saya. Betapa tidak, di tengah dunia dan masyarakat yang kian mementingkan diri sendiri, ternyata masih ada sekelompok orang yang dapat hidup berdampingan dengan rukun. Mereka tidak memandang perbedaan latar belakang, status sosial, bahkan karakter pribadi sebagai penghalang untuk menjadi berkat bagi orang lainnya.

Alhasil, kehidupan mereka pun diberkati Tuhan dengan limpahan berkat dan damai sejahtera. Berkat dan damai sejahtera adalah dua hal yang amat dibutuhkan setiap orang dalam hidup ini.

Belajar dari itu semua, maka tidaklah berlebihan jika Daud dalam mazmurnya mengaitkan kerukunan hidup sebagai prasyarat untuk menikmati hidup yang diberkati Tuhan.

Oleh karena itu segala pertengkaran, selisih paham, keributan, permusuhan, harus segera diselesaikan dan dipulihkan agar berkat dapat tercurah bagi kehidupan kita.

Tuhan sudah menyediakan berkat yang luar biasa bagi kita semua. Kita tinggal meraihnya. Binalah kerukunan di antara hubungan dengan sesama. Bangunlah hubungan dengan dasar kerukunan, maka kita akan melihat berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan dicurahkan bagi kehidupan setiap orang yang percaya kepadaNya. Amin

Pdt. Anthony L Tobing

dari berbagai sumber 

Postingan Terkait



0 komentar: