Berkat
TUHAN bagi Kehidupan Yang Rukun
Pemazmur sadar betul bahwa ada kebaikan
dan keindahan dalam suatu kerukunan,
oleh karena itu setiap orang diajak untuk hidup dalam kerukunan.
Kalau kita membuat suatu alur, maka bisa
kita gambarkan bahwa akhir dari proses ini adalah kebaikan dan keindahan, yang
dihasilkan dari sebuah kerukunan, sedang kerukunan adalah hasil kontribusi
sikap dan tindakan yang baik dari dua atau lebih orang/pihak. Ajakan hidup
dengan rukun di dasari adanya dua atau lebih pihak dalam suatu komunitas
sehingga diperlukan sikap dan tindakan yang baik untuk menciptakan kerukunan
diantara mereka. Jadi kerukunan tidak tercipta begitu saja secara tiba-tiba
tapi merupakan andil dari orang-orang yang termasuk dalam suatu komunitas itu.
Penjelasan
Bagaimana rasanya saat mengajak keluarga bertamasya,
hanya untuk mendengar anak-anak yang duduk di kursi belakang mobil merusak
sukacita liburan dengan semua pertengkaran dan keluh kesah mereka. “Pa, ia
menyenggolku!” atau “Ma, ia tak mau giliran mainnya!”
Mengapa orang sulit hidup rukun?
** Sikap
yang paling mendasar untuk menciptakan suatu kerukunan adalah melihat kepentingan bersama lebih utama
dari kepentingan pribadi, saling memahami dan menghormati antara satu
dengan yang lain. Sikap ini yang perlu dimiliki setiap orang. Sebaliknya apabila
ada pihak-pihak yang mementingkan diri sendiri, tidak mau berusaha memahami
atau menghargai orang lain dan mau menang sendiri akan menciptakan pertikaian
atau permusuhan.
** Kedua, karena sejak kecil, disadari atau tidak sudah ditanamkan bibit-bibit permusuhan. Misalnya bahwa orang
kristen itu kafir, atau islam itu tidak baik karena itu tidak boleh bergaul
atau melakukan pertemanan. Pengaruh doktrinasi seperti ini sangat mempangaruhi
hubungan antara sesama manusia. Jika dalam keluarga, anak-anak mendengar
pertengkaran orangtuanya dengan saudara-saudaranya dan melihat kebencian
orangtuanya terhadap saudaranya tersebut, tanpa disadari orangtua sedang
menanamkan bibit permusuhan kepada anak-anaknya.
** Ketiga, Tidak tahu bagaimana mengelola konflik (masalah). Konflik itu pasti
datang, tidak bisa dihindari. Jadi jangan pernah lari dari masalah. Konflik adalah
proses bagaimana Tuhan membentuk kita. Menjadi seorang yang dewasa, atau tetap menjadi anak-anak. Konflik akan menentukan siapa
kita. Dan dari konflik, kita akan kenal siapa diri kita yang sebenarnya.
------------
Tuhan perhadapakan kita pada dua hal, berkat
atau kutuk. Berkat kalau hidup rukun, tetapi kutuk bagi yang masih tetap ribut.
Untuk kerukunan itu sendiri, pemazmur menggambarkan berkat yang akan kita
peroleh seperti “minyak” dan “embun”.
** Yang pertama adalah Berkat Tuhan
mengalir seperti minyak (Mzm
133:2). Minyak yang dimaksud disini adalah the precious ointment, yaitu minyak urapan yang kudus. Minyak
yang dituangkan diatas kepala Harun (Im. 8:12), yang kemudian mengalir ke
janggut dan leher jubahnya. “pengurapan”
menjadi berkat pertama yang kita terima dari kerukunan. Dan pengurapan sangat
dibutuhkan didalam kita melayani Tuhan. Pengurapan, memberikan kepada kita :
Kuasa (Kepala).
Kuasa untuk memimpin dan untuk menaklukan si jahat. Kehormatan, Sukacita dan Kekuatan (Janggut).
Tidak disepelekan tetapi dihormati, dan berlimpah-limpah dalam sukacita dalam
semua kondisi (Baik/tidak baik), dan tetap kuat dalam menghadapi semua
persoalan.
Kekudusan (Jubah).
Kekudusan yang melayakkan kita untuk dapat terus terhubung dengan Tuhan dan
melayani Dia tanpa hambatan. Pengurapan sangatlah penting. Tidak boleh dianggap
sepele. Tanpa pengurapan, semua yang kita lakukan akan menjadi sia-sia.
** Kedua, Kerukunan digambarkan seperti embun yang menyegarkan, mengendap di
gunung Hermon dan turun ke gunung Sion. Pemahaman utama ialah, embun mengungkapkan
kesegaran ilahi: Karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya (Lih Maz
110:3), tetapi pengaitan gunung Hermon (dikerajaan Utara) dengan Sion memberi
petunjuk bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada
dalam persekutuan.
Turunnya embun Hermon ke atas Sion
merupakan mujizat, dan persekutuan adalah mujizat anugerah ilahi (Ef. 2:11-22)
di mana berkat pribadi saling dibagikan untuk keberuntungan bersama. Kesegaran ilahi datangnya dari tempat yang
tinggi. Untuk membangun hubungan kebersamaan yang rukun, sangatlah penting
untuk tetap menjaga hati.
Ketika Tuhan melihat kerendahan hati dimana
seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya, maka kesanalah berkat
itu dicurahkan. Kesombongan dan keangkuhan hanyalah benteng dan penghalang untuk
berkat Tuhan. Dan dalam hubungan sikap seperti ini harus rela untuk
ditanggalkan.
Ingatlah, Tuhan tidak akan mencabut
orang-orang yang ‘berbeda’ disekitar
kita tetapi justru mereka ditempatkan disisi kita untuk membentuk dan mempercantik
kita. Oleh sebab itu, bersyukurlah untuk orang-orang yang Tuhan tempatkan
dalam hidup kita.
Refleksi
Dalam kesempatan untuk beribadah di sebuah
gereja di pedesaan. Dari luar saya melihat bangunan gereja itu sangat sederhana
dan ukurannya tidak besar. Begitu pula dengan desain interior serta penampilan
dari para jemaatnya. Sejujurnya, saya sempat berpikir bahwa suasana gereja
tersebut akan sangat membosankan.
Namun, dugaan saya ternyata salah besar.
Saya melihat setiap anggota jemaat saling menyapa dengan ramah sebelum dan
sesudah ibadah berlangsung. Teman saya berkata bahwa hal itu bukan basa-basi
karena setiap anggota jemaat memiliki tugas untuk saling memperhatikan dan
mendoakan satu sama lain. Bukan basa-basi pula kalau saya sebagai orang baru
pun merasa amat diterima dan tidak dianggap orang asing di situ.
Pengalaman beberapa jam di hari Minggu
tersebut sangat mengesankan bagi saya. Betapa tidak, di tengah dunia dan
masyarakat yang kian mementingkan diri sendiri, ternyata masih ada sekelompok
orang yang dapat hidup berdampingan dengan rukun. Mereka tidak memandang
perbedaan latar belakang, status sosial, bahkan karakter pribadi sebagai
penghalang untuk menjadi berkat bagi orang lainnya.
Alhasil, kehidupan mereka pun diberkati
Tuhan dengan limpahan berkat dan damai sejahtera. Berkat dan damai sejahtera
adalah dua hal yang amat dibutuhkan setiap orang dalam hidup ini.
Belajar dari itu semua, maka tidaklah
berlebihan jika Daud dalam mazmurnya mengaitkan kerukunan hidup sebagai prasyarat
untuk menikmati hidup yang diberkati
Tuhan.
Oleh karena itu segala pertengkaran,
selisih paham, keributan, permusuhan, harus segera diselesaikan dan dipulihkan agar
berkat dapat tercurah bagi kehidupan kita.
Tuhan sudah menyediakan berkat yang luar
biasa bagi kita semua. Kita tinggal meraihnya. Binalah kerukunan di antara
hubungan dengan sesama. Bangunlah hubungan dengan dasar kerukunan, maka kita
akan melihat berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan dicurahkan bagi kehidupan
setiap orang yang percaya kepadaNya. Amin
Pdt.
Anthony L Tobing
dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar