“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 04 Desember 2015

Filipi 3:1-11

Suci Tak Bercacat Menjelang Hari Kristus
                                                                                                        
Pendahuluan
Dalam kehidupan di dunia, tidak jarang Tuhan mengijinkan kita menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Yang harus kita perhatikan, bagaimana sikap kita menghadapi setiap persoalan ini? Satu masalah yang sama, tetapi bisa disikapi oleh orang dengan cara yang berbeda.

Rasul Paulus sarat dengan nasihat yang sangat bermanfaat yang dapat membuat kita tetap kuat dalam menghadapi setiap problem kehidupan yang kita alami selama kita ada dimuka bumi ini.

Paulus menulis surat Filipi ini ketika ia ada di dalam penjara. Saat itu sudah kira-kira ia dipenjara dengan tangan kaki yang terbelenggu. Sungguh suatu keadaan yang tidak mengenakan. Tetapi yang luar biasa, dari seluruh isi surat Filipi, tidak pernah sekalipun kita jumpai kalimat-kalimat mengumpat. Yang ada justru ucapan-ucapan syukur kepada Tuhan. 

Sikap Menentukan Hasil
Melalui bagian firman Tuhan dalam Filipi 1:3-11 ini, kita akan belajar bagimana sikap yang benar sesuai dengan teladan Rasul Paulus, saat ia menghadapi tantangan dan aniaya dalam kehidupannya. Hal ini penting untuk kita perhatikan, karena sesungguhnya sikap akan menentukan hasil akhir yang akan kita dapatkan.

Pertama: Sikap Terhadap Orang Lain (ayat 3 -4)
Jemaat Filipi ini bukanlah jemaat yang super saleh tanpa salah. Mereka adalah jemaat biasa sama seperti kita yang penuh dengan kekurangan, kelemahan cacat cela dan dosa.  Namun demikian ada satu hal yang patut kita pelajari dari Rasul Paulus ini yaitu Paulus tetap menerima mereka apa adanya, bahkan terus mendoakan mereka dengan sukacita. Suatu hal yang luar biasa bahwa Paulus justru memikirkan orang lain dan bukan dirinya sendiri. Selagi ia menunggu keputusan pengadilannya di Roma, pikiran Paulus kembali kepada orang-orang percaya di Filipi; dan setiap ingatan tentang mereka menimbulkan sukacita hatinya. Kisah 16 memberikan informasi tentang beberapa peristiwa yang dialami Paulus ketika berada di Filipi, dimana ia ditangkap, didera dan dipukuli, direndahkan dihadapan orang banyak dan dilemparkan kedalam penjara. Sesuatu pengalaman yang tidak enak bila diingat (dan rasanya juga tidak pantas dan tidak perlu diingat!). Akan tetapi peristiwa-peristiwa buruk itupun membawa sukacita bagi Paulus karena melalui penderitaannya itu, banyak orang bertemu dengan Kristus.

Bagaimana dengan kita? Adakah orang-orang yang menjengkelkan dalam kehidupan kita? Mari kita tetap bersyukur dan mendoakan mereka dengan sukacita. Jangan pernah bermimpi kita bisa menyenangkan semua orang. Ada saja tentu orang yang tidak suka dengan kita, tidak setuju dengan pendapat kita. Bahkan sering menjengkelkan kita. Tapi itu semua bukan alasan untuk kita membenci mereka. tetap mendoakan mereka.

Kedua: Sikap Terhadap Situasi (ayat 7)
Situasi yang berat,  bukan alasan untuk Paulus berputus asa dan kehilangan pengharapan. Ia tidak menghadapi masalah dengan respon yang negatif. Bisa saja rasul Paulus menjadi kecewa, karena setelah mengikut Tuhan, justru hidupnya penuh dengan tantangan. Bisa saja ia berpikir "lebih enak kalau aku tetap jadi seperti dulu sebelum menjadi pengikut Yesus". Tapi  Paulus tidak melakukan ini. Ia tetap berpikir positif atas apapun hal-hal negatif yang ia alami. Kita tidak bisa memilih situasi seperti apa yang akan kita alami. Yang bisa kita pilih adalah sikap seperti apa yang akan kita lakukan menghadapi situasi ini.

 Jika kita menghadapi dengan sikap yang benar, akan ada perkara besar yang Tuhan ijinkan menyertai kesetiaan kita dalam menjalani situasi yang berat sekalipun. Sebaliknya, jika kita bersikap negatif, iblislah yang akan bersorak kemenangan karena sudah mampu mengalahkan kita.

Ketiga: Sikap Terhadap Gereja (ayat 8)
Mengasihi Tuhan, harus dibuktikan dengan bukti nyata yaitu mengasihi gereja-Nya. Gereja bisa dalam arti sebagai tubuh Kristus. Sekalipun kita beragam, berbeda-beda dalam talenta, kemampuan, kekurangan dan keterbatasan, tetetapi  perbedaan yang ada bukan alasan untuk kita tidak mau bekerja sama. Perbedaan yang ada justru harus kita manfaatkan dengan saling bekerja sama, saling mengasihi dan melayani. Gereja juga bisa bicara tentang organisasi gereja dimana kita ada. Tuhan menghendaki kita menjadi bagian dari gereja lokal. Mari kita terlibat dalam pelayanan sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan. Bagaimana dengan sikap kita selama ini terhadap gereja? Ini menjadi perenungan kita bersama.

Refleksi
Sebuah kutipan bijak mengatakan, "Pergumulan dan penderitaan tak dapat dihindari, tetapi kesedihan adalah pilihan." Ya, ada banyak alasan yang membuat kita tidak dapat bersukacita, tetapi sebenarnya sukacita tidak ditentukan oleh kondisi di sekeliling kita. Dalam situasi terburuk pun, sebenarnya kita tetap dapat bersukacita, tergantung apakah kita memilih untuk tetap bersukacita atau larut dalam kesedihan.

Apa yang membuat Paulus bersukacita? Hidup yang nyaman? Dalam kondisi apa ia berkata demikian? Bacaan kita menunjukkan bahwa Paulus mengatakan hal ini saat ia berada dalam penjara yang begitu gelap dan dingin! Penjara boleh memenjarakan tubuhnya, tetapi tidak dapat memenjarakan sukacita dalam dirinya! Andaikan Paulus memilih untuk bersedih hati, maka kekuatannya hilang, dan pengabaran Injil pun akan berhenti. Namun, Paulus bersandar kepada kekuatan Allah yang menolongnya untuk tetap bersukacita; sehingga ia dapat melihat arti penderitaannya, terus memikirkan kemajuan pengabaran Injil, dan mendoakan kesetiaan rekan-rekannya di luar penjara (ayat 9-11)!

Apakah pergumulan dan penderitaan merebut sebagian besar sukacita kita? Apakah masalah dalam pekerjaan, pelayanan, studi, bahkan keluarga, telah membuat kita menjadi anak Tuhan yang lupa untuk tertawa? Pilihan untuk terus bersedih tak akan membantu, malah akan membuat kita pesimis dalam memandang hidup bahkan akan semakin menjerumuskan kita ke dalam perbuatan-perbuatan dosa. Sehingga kita tetap bercacat pada ‘Hari Kristus’. Mari kita memohon pertolongan Allah untuk dapat bersukacita dalam segala keadaan, sehingga kita boleh hidup suci tak bercacat menjelang ‘Hari Kristus'! Amin.

Pdt. Anthony L Tobing
Dari berbagai sumber


Postingan Terkait



0 komentar: