Manusia,
Istimewa Diantara Ciptaan
Pendahuluan
Mazmur ini merupakan kidung pujian kepada
Allah karena telah memberikan kepada manusia tanggung jawab dan martabat. Kej
1:1-2:3 dan Maz. 104 menjelaskan bahwa bumi dan langit, yang sekarang diatur
dengan indah dan teratur, mengundang kita untuk memuji Sang Pencipta. Pemazmur
mengungkapkan kekagumannya atas dunia yang begitu indah. Manusia berdiri
antara bumi dan langit; dunia diciptakan buat manusia.
Penjelasan
Pemazmur memahami keajaiban potensi kita.
Dalam Mazmur 8 ini, dia merefleksikan kemuliaan manusia. Kata
nama-Mu dalam ayat 2 menunjukkan bukan hanya pribadi Allah tetapi juga
pewahyuan diriNya. Istilah nama-Mu dan KeagunganMu adalah sinonim dalam bentuk
puisi, menyatakan pribadi Allah dan pewahyuanNya melalui ciptaan.
Sekalipun ciptaan mengekspresikan kemuliaanNya, mewahyukan eksistensiNya, dan
kemahakuasaanNya, namun yang berada di balik semua itu adalah Allah sendiri. Ayat
ini mengajarkan kepada kita bahwa pujian dan penyembahan yang benar kepada
Allah hanya dapat timbul dalam hati yang diterangi oleh wahyu Allah. Melalui
wahyu umum (alam semesta) maupun wahyu khusus (firmanNya) hati kita
diperhadapkan dengan keagungan Allah sehingga dapat melahirkan pujian
kepadaNya.
Ayat 3 berkata, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Ada dua kontras di sini antara kelompok bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu dibandingkan dengan kelompok musuh dan pendendam. Kata bayi-bayi menyimbolkan kelemahan dan kerendahan hati manusia, namun mereka memiliki kekuatan yang lebih besar daripada musuh-musuh Allah. Kekuatan itu terletak pada Allah yang mereka percayai. Ini kelompok orang yang mengenal wahyu dan keagungan Allah, serta memberitakannya. Allah memakai yang lemah di mata dunia untuk menyatakan kuasaNya dan untuk membungkam para musuh Allah. Sebaliknya istilah musuh dan pendendam menyimbolkan kekuatan manusia dalam kecongkakan dan penonjolkan dirinya. Esensi dari musuh Allah adalah mereka yang tidak mengenal nama Allah dan wahyu Allah sehingga tidak memuji Allah.
Allah memilih dan memanggil orang yang lemah menurut dunia ini. TujuanNya adalah untuk menyatakan bahwa jalan Allah bukan jalan manusia serta tidak terselami oleh manusia. Tujuan lainnya, agar kita tidak menyombongkan diri di hadapan Allah. Puji-pujian kepada Allah hanya muncul dari orang-orang yang menyadari kelemahannya serta bersandar pada Dia. Sebaliknya, orang-orang congkak yang tidak percaya kepada Allah, bukan saja tidak memujiNya tetapi juga mencemoohkanNya.
Pemazmur mempelajari langit, bulan dan
matahari dan semua yang telah diciptakan Allah. Kemudian, tiba-tiba dia
dikejutkan dengan karya utama dari Pencipta, yaitu manusia: “Apakah manusia,.
Sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya,?”
(ay.5). Dan dia berseru dalam kesadaran yang mengejutkannya; ”Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah dan memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah
Kauletakkan di bawah kakinya.” (ay. 6-7). Ya benar yang dikatakan pemazmur itu.
Bila kita membandingkan alam semesta ciptaan Tuhan yang begitu besar, manusia
hanyalah sebutir pasir di lautan luas. Siapakah manusia hingga patut
diperhitungkan oleh Tuhan?
Ayat 6-9, adalah penegasan kembali karya
sekaligus perintah Allah pada manusia untuk menguasai binatang di darat, laut,
dan udara, menguasai segala ciptaan Tuhan (Perintah yang sama tertulis Kejadian
1:26-28).
Pujian dari pemazmur ini mengawali
pembicaraan kita tentang mengenal dan melakukan kehendak Allah di dalam hidup
kita. Lebih menarik lagi, kata “malaikat” yang dipakai dalam ayat 6 adalah kata
“Elohim” atau “Allah”. Hal ini dapat ditafsirkan: Allah menjadikan kita sebagai
penguasa dan pemimpin atau makhluk-makhluk ilahi seperti malaikat, atau sedikit
lebih rendah dari diri-Nya sendiri.
Pemahaman ini mendorong kita untuk memuji dan menyembah
Tuhan dengan seluruh keberadaan kita. Kita ditugaskan Tuhan untuk bekerjasama
dengan Dia dalam mengelola kehidupan kita dan dunia. Inilah tempat kita dan
fungsi kita dalam ciptaan-Nya. Untuk memenuhi status kita di dalam
kerajaan-Nya, Dia memberi kita kemampuan untuk memikirkan pikiran-pikiran-Nya,
untuk mengalami dan mengungkapkan perasaan-Nya dan untuk mengenal dan melakukan
kehendak-Nya.
Akhirnya, dengan sukacita karena kebaikan
Tuhan, pemazmur mengakhiri dengan pujian: “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa
mulianya nama-Mu di seluruh bumi !” (ay. 10). Manusia hanya bisa melakukan
satu hal sebagai ungkapan rasa syukur atas segala yang telah Allah lakukan,
yaitu memuji dan memuliakan nama Tuhan.
Refleksi
Manusia ditempatkan Allah pada
kedudukan yang sangat istimewa. Ia diciptakan menurut gambar (Ibr. Tselem) dan rupa (Ibr. Demut) si Pencipta (Kej 1:26). Tselem adalah ukiran atau patung yang
diukir menurut gambar sang Pencipta, sedangkan Demut adalah keserupaan. Maksud Allah menciptakan manusia menurut
gambar dan rupanya adalah: mendudukkan dan memberi mandat kepada manusia
sebagai wakilNya di dunia ini untuk menguasai/memerintah seluruh alam semesta
dalam tanggungjawab Allah sendiri sebagai pemberi mandat (bdk ay 7-9). Mandat
untuk menguasai/memerintah bukanlah untuk merusak tapi untuk mengelolah secara
bertanggungjawab demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Selain itu
kesegambaran manusia dengan Allah juga melukiskan hubungan yang khusus antara
Allah dan manusia, hubungan ini memungkinkan Allah dapat berfirman kepada
manusia, melakukan/mengikat perjanjian dengannya dan sebaliknya pula, manusia
dapat berkomunikasi dengan Allah. Dengan demikian gambar yang dimaksudkan ini
bukan gambar yang mati/ patung ukiran, tetapi patung yang dihidupkan oleh Allah,
karena Allah hidup, sebab itu manusia disebut juga mahluk hidup (bdk Kej 1:7).
Oleh sebab itu hendaknya manusia menyadari
tentang kedudukannya itu, dan jangan sampai juga menyalahgunakannya. Jangan
sampai manusia menganggap dirinya sama seperti sang Pencipta sebab hal inilah
yang membuat manusia jatuh dalam jurang dosa. Tetap ada batasan yang sangat
jelas antara manusia, sebagai ciptaan dengan Allah sebagai pencipta. Sebagai
mahluk yang paling mulia,manusia seharusnya juga mampu menampakkan sifat-sifat yang
mulia sebagaimana yag dimiliki oleh Penciptanya. Sifat-sifat mulia itu tentu
beraneka, diantaranya mampu mensyukuri kebesaran kuasa Allah yang nyata dalam
hidupnya, lingkungan dan alam semesta. Selain itu juga mampu memanfaatkan apa
yang telah diciptakan Allah bagi dirinya secara bertanggungjawab. Manusia
dipanggil untuk membawa kembali pada tujuan semula atas penciptaan. Dengan
memberitakan kabar sukacita, semua umat Tuhan diharapkan untuk ambil bagian
dalam memulihkan keutuhan ciptaanNya.
Pdt.
Anthony L Tobing
Dari berbagai
sumber
10 komentar:
Apa yang menjadi masalah rd alam mazmur 8:1_10 ini ya pak pendeta Anthony L Tobing, saya pengen mencari tahu masalh dalam teks ini..
Terimakasih Tuhan memberkati..
Apa yang menjadi masalah dr mazmur 8:1_10 ini ya pak pendeta Anthony L Tobing, saya pengen mencari tahu masalah dalam teks ini..
Terimakasih Tuhan memberkati Pak.
Saya senang membacanya pak
Luar biasa.
Ingin bertanya, bagaimanakah gambaran manusia menurut kitab mazmur 8:1-10 ini ya
Saya mau tanya 1 apa yang kita benar kan di hati semua kita berberdo
https://m.youtube.com/watch?v=-UJIoaFakFg
Tuliskan ucapan syukur Daud dalam mazmur 8:1-10
Lirik lagu di video berdasarkan dari Mazmur 8 : 1 - 10
Tlg di buatka ilustrasi2,yg cpt dipahami umat pada saat mendengarkan. Kotbah para hamba hamba Tuhan,da jemaat Tuhan.termakasuh.
Posting Komentar