“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Selasa, 02 Juni 2015

2 Korintus 6:1-10 (Khotbah Minggu, 21 Juni 2015)

Tidak Menyianyiakan Kasih karunia Allah

Pendahuluan
Usaha untuk mencapai sebuah prestasi lebih mudah dibandingkan usaha untuk mempertahankannya. Hal ini berlaku dalam berbagai bidang, misalnya; dalam bidang olahraga, pendidikan, dll. Demikian juga hal ini berlaku dalam bidang kerohanian. Lebih mudah memperoleh pengampunan dibandingkan mempertahankan pengampunan itu, lebih mudah memperoleh kasih karunia Allah dibandingkan mempertahankan kasih karunia itu.

Gereja Korintus ada di dalam bahaya menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah mereka terima. Mereka ada dalam bahaya mengabaikan nasihat Paulus dan dibingungkan oleh rupa-rupa pengajaran yang lain. Paulus mendorong mereka untuk tidak menunda-nunda kesempatan untuk membiarkan Kristus masuk di dalam kehidupan mereka.

Integritas Seorang Pelayan
Dalam ayat-ayat sebelumnya (5:15-21) Paulus berbicara mengenai karya pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus. Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk memberi diri mereka didamaikan dengan Allah (ay.20), dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri melainkan untuk Kristus (ay.15). Setelah “membereskan” hubungan mereka dengan Allah, sekarang – dalam bacaan kita hari ini – Paulus meluruskan hubungan mereka dengan para pemberita Injil (termasuk Paulus) yang oleh Allah telah dipercaya untuk melakukan pelayanan pendamaian itu.

Sebagai seorang hamba Tuhan yang bertanggung jawab, Paulus menginginkan agar orang-orang yang dia layani membuat respons yang sepadan dengan Injil Yesus Kristus. Ia tidak mau bila kash karunia (anugerah) Allah dijadikan sia-sia karena respons negatif orang terhadap Injil. Yang Paulus maksud adalah bahwa sikap jemaat yang mulai merendahkan Paulus karena pengaruh pengajar palsu, membuat mereka secara tidak langsung menolak Injil. Padahal waktu ‘kasih karunia’ Allah atau kesempatan yang Allah berikan bagi orang untuk beriman dan bertobat menyambut Injil, tidak dapat diulur-ulur. Fakta bahwa Allah penuh dengan anugerah justru seharusnya mendorong orang untuk segera berespons dengan benar pada Allah.

Paulus menyadari bahwa faktor ketidaklayakan hamba Tuhan, bisa menjadi batu sandungan yang membuat orang yang dilayani menolak anugerah Allah. Paulus tidak termasuk hamba Tuhan palsu macam itu. Dengan keberanian yang luar biasa, ia mengklaim integritas dirinya sebagai hamba Tuhan. Mari kita perhatikan bukti integritas hamba Tuhan seperti keteladanan Paulus: Pertama, Paulus tidak pernah melakukan hal yang bisa membuat orang lain tersandung (3). Sebaliknya, sikap dan tindakannya selalu menunjukkan bahwa ia takut akan Tuhan. Kedua, sikap pada waktu harus menanggung kesulitan dan penderitaan (4-5). Ia tidak menggerutu dan tidak menghindari derita. Ia justru bersusah payah disertai disiplin rohani seperti berjaga-jaga dengan berdoa dan berpuasa. Ketiga, Paulus menjaga kemurnian, sabar, murah hati, dan tidak munafik (6). Ia juga mengandalkan penyertaan Roh Kudus dan senjata rohani (7). Keempat, semua kualitas rohani ini ada pada Paulus secara konsisten. Dalam segala keadaan, ia menjunjung kemuliaan Tuhan (8-10).

Paulus menyapa Jemaat Korintus dengan “teman-teman sekerja”. Hal itu berarti Jemaat Korintus adalah juga sebagai pelayan Kristus. Paulus mengingatkan setiap pelayan Kristus agar melayani dengan sungguh-sungguh dan berintegritas.

Seperti Paulus selalu mempertimbangkan setiap perilaku hidupnya sebagai kesempatan untuk memberitakan Kristus, kitapun diajak untuk melakukan hal serupa. Jangan sampai perilaku kita menjadi batu sandungan bagi yang lain sehingga mereka menolak Kristus. Saat dipenjara, Paulus menggunakan kesempatan itu untuk memberitakan Kristus. Situasi yang buruk bagi orang kebanyakan, bagi Paulus merupakan kesempatan dan sarana untuk menyatakan kebaikan Allah. Apa yang kita lakukan dalam saat tersulit kehidupan, memperlihatkan bagaimana iman kita yang sebenarnya. Paulus tidak mudah terpengaruh keadaan yang berat atau desakan yang buruk dari orang-orang disekitarnya. Paulus tidak mengkompromikan standar hidupnya sebagai pelayan Kristus dengan tuntutan dunia. 

Jangan Sia-siakan Kasih Karunia Allah
Injil adalah kabar baik bahwa Allah telah ‘mengaruniakan’ keselamatan bagi manusia di dalam korban kematian Yesus. Orang boleh saja percaya, mengerti, memahami, menghayati, bahkan menghafal bagian Alkitab. Namun semua itu belumlah cukup! Semua itu tidak ada artinya, bila kita tidak sungguh meresponi Yesus, yang kelak berakibat pada hidup yang mencerminkan atau menyaksikan bahwa dirinya telah dilepaskan dari dosa sesuai isi kabar baik itu sendiri.

Paulus berbicara mengenai pentingnya hidup karena hidup kita berada dalam waktu. Kita harus mengisi setiap waktu dengan sungguh-sungguh. Setiap waktu adalah momen untuk kita menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Kita harus melihat waktu sebagai ‘waktunya Tuhan’ dan bukan ‘waktuku’. Hal ini perlu kita ajarkan pada anak-anak kita juga. Tidak hanya itu, kita juga harus peka untuk mengambil setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita dapat menyatakan buah dan melayani-Nya. (1Kor.7:29) - Paulus juga mengingatkan kita bahwa saat ini adalah waktu yang akhir. Waktu kita terbatas, kesehatan kita terbatas, anugerah hidup kita terbatas, karena itu jangan sia-siakan hidup hanya dengan memanjakan diri dengan hal-hal yang menyenangkan hati kita saja. Mari kita ambil kesempatan untuk terus hidup bagi Tuhan dan menghargai anugerah yang sudah kita terima. Jika waktu sudah habis maka tidak ada kesempatan lagi untuk kita dapat menyatakan buah-buah iman kita.

Refleksi
Pelayanan gerejawi yang kita kerjakan asal-asalan akan membuat kasih karunia yang kita terima menjadi sia-sia, dan bahkan membuat orang lain tersandung oleh pelayanan kita yang tercela. Di kebanyakan gereja – termasuk gereja kita – banyak orang yang ingin terlibat dalam pelayanan, namun tidak banyak yang bersedia melakukannya dengan sungguh-sungguh. Memang, untuk melayani dengan serius ada harga yang harus kita bayar. Karena biasanya, pelayanan kita memang tidak berjalan mulus.
Pelayanan Paulus juga tidak berjalan mulus. Paulus melewati berbagai penderitaan dan kesukaran: dihukum cambuk, dipenjarakan, diumpat, difitnah, dan bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Menghadapi itu semua, Paulus mempunyai senjata-senjata yang ampuh: bersabar, berdoa, dan berpuasa. Namun, seperti penegasan Paulus, semua itu harus dilakukan dengan kemurnian hati, dengan kasih yang tulus dan dengan pertolongan kuasa Roh Kudus.

Kita sering merasa putus asa dengan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam pelayanan. Padahal, jika dibandingkan dengan penderitaan dan kesukaran yang dihadapi Paulus, masalah-masalah kita masih tergolong kecil. Begitu gampangnya semangat pelayan kita pupus oleh hambatan kecil yang kita jumpai. 

Bekerja bersama dengan Allah berarti kita berada di dalam Allah; hanya pribadi yang berada di dalam Allah-lah yang dapat membawa orang lain ke dalam Allah; kedekatan kita dengan Allah adalah ukuran hasil pekerjaan kita.

Pdt. Anthony L Tobing
dari berbagai sumber


Postingan Terkait



4 komentar:

Blog27999 mengatakan... Balas

This is how my buddy Wesley Virgin's biography launches with this shocking and controversial video.

You see, Wesley was in the military-and soon after leaving-he unveiled hidden, "mind control" tactics that the CIA and others used to get whatever they want.

These are the same secrets tons of celebrities (notably those who "come out of nowhere") and elite business people used to become wealthy and famous.

You probably know how you use less than 10% of your brain.

That's because the majority of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.

Perhaps that expression has even taken place IN YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around seven years back, while riding an unlicensed, beat-up bucket of a vehicle without a driver's license and with $3 on his banking card.

"I'm absolutely frustrated with going through life paycheck to paycheck! When will I finally succeed?"

You've been a part of those those thoughts, ain't it so?

Your own success story is going to happen. You just have to take a leap of faith in YOURSELF.

Watch Wesley Virgin's Video Now!

Unknown mengatakan... Balas

Terimakasih untuk khotbahnya, pak. Sangat memberkati

Unknown mengatakan... Balas

Makasih ..atas renungan untuk hari ini.TYM amin

Unknown mengatakan... Balas

Syalom saya merasa sangat tertolong dng Renungan ini,TYM.