Tidak
Menyianyiakan Kasih karunia Allah
Pendahuluan
Usaha untuk mencapai sebuah prestasi lebih
mudah dibandingkan usaha untuk mempertahankannya. Hal ini berlaku dalam
berbagai bidang, misalnya; dalam bidang olahraga, pendidikan, dll. Demikian
juga hal ini berlaku dalam bidang kerohanian. Lebih mudah memperoleh
pengampunan dibandingkan mempertahankan pengampunan itu, lebih mudah memperoleh
kasih karunia Allah dibandingkan mempertahankan kasih karunia itu.
Gereja Korintus ada di dalam bahaya
menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah mereka terima. Mereka ada dalam
bahaya mengabaikan nasihat Paulus dan dibingungkan oleh rupa-rupa pengajaran
yang lain. Paulus mendorong mereka untuk tidak menunda-nunda kesempatan untuk
membiarkan Kristus masuk di dalam kehidupan mereka.
Integritas
Seorang Pelayan
Dalam ayat-ayat sebelumnya (5:15-21) Paulus
berbicara mengenai karya pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus.
Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk memberi diri mereka didamaikan dengan
Allah (ay.20), dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri melainkan untuk Kristus
(ay.15). Setelah “membereskan” hubungan mereka dengan Allah, sekarang – dalam
bacaan kita hari ini – Paulus meluruskan hubungan mereka dengan para pemberita
Injil (termasuk Paulus) yang oleh Allah telah dipercaya untuk melakukan
pelayanan pendamaian itu.
Sebagai seorang hamba Tuhan yang
bertanggung jawab, Paulus menginginkan agar orang-orang yang dia layani membuat
respons yang sepadan dengan Injil Yesus Kristus. Ia tidak mau bila kash karunia
(anugerah) Allah dijadikan sia-sia karena respons negatif orang terhadap Injil.
Yang Paulus maksud adalah bahwa sikap jemaat yang mulai merendahkan Paulus
karena pengaruh pengajar palsu, membuat mereka secara tidak langsung menolak
Injil. Padahal waktu ‘kasih karunia’ Allah atau kesempatan yang Allah berikan
bagi orang untuk beriman dan bertobat menyambut Injil, tidak dapat diulur-ulur.
Fakta bahwa Allah penuh dengan anugerah justru seharusnya mendorong orang untuk
segera berespons dengan benar pada Allah.
Paulus menyadari bahwa faktor
ketidaklayakan hamba Tuhan, bisa menjadi batu sandungan yang membuat orang yang
dilayani menolak anugerah Allah. Paulus tidak termasuk hamba Tuhan palsu macam
itu. Dengan keberanian yang luar biasa, ia mengklaim integritas dirinya sebagai
hamba Tuhan. Mari kita perhatikan bukti integritas hamba Tuhan seperti
keteladanan Paulus: Pertama, Paulus tidak pernah melakukan hal yang bisa
membuat orang lain tersandung (3). Sebaliknya, sikap dan tindakannya selalu
menunjukkan bahwa ia takut akan Tuhan. Kedua, sikap pada waktu harus menanggung
kesulitan dan penderitaan (4-5). Ia tidak menggerutu dan tidak menghindari
derita. Ia justru bersusah payah disertai disiplin rohani seperti berjaga-jaga
dengan berdoa dan berpuasa. Ketiga, Paulus menjaga kemurnian, sabar, murah
hati, dan tidak munafik (6). Ia juga mengandalkan penyertaan Roh Kudus dan
senjata rohani (7). Keempat, semua kualitas rohani ini ada pada Paulus secara
konsisten. Dalam segala keadaan, ia menjunjung kemuliaan Tuhan (8-10).
Paulus menyapa Jemaat Korintus dengan
“teman-teman sekerja”. Hal itu berarti Jemaat Korintus adalah juga sebagai
pelayan Kristus. Paulus mengingatkan setiap pelayan Kristus agar melayani
dengan sungguh-sungguh dan berintegritas.
Seperti Paulus selalu mempertimbangkan
setiap perilaku hidupnya sebagai kesempatan untuk memberitakan Kristus, kitapun
diajak untuk melakukan hal serupa. Jangan sampai perilaku kita menjadi batu
sandungan bagi yang lain sehingga mereka menolak Kristus. Saat dipenjara,
Paulus menggunakan kesempatan itu untuk memberitakan Kristus. Situasi yang
buruk bagi orang kebanyakan, bagi Paulus merupakan kesempatan dan sarana untuk
menyatakan kebaikan Allah. Apa yang kita lakukan dalam saat tersulit kehidupan,
memperlihatkan bagaimana iman kita yang sebenarnya. Paulus tidak mudah
terpengaruh keadaan yang berat atau desakan yang buruk dari orang-orang
disekitarnya. Paulus tidak mengkompromikan standar hidupnya sebagai pelayan
Kristus dengan tuntutan dunia.
Jangan
Sia-siakan Kasih Karunia Allah
Injil adalah kabar baik bahwa Allah telah ‘mengaruniakan’
keselamatan bagi manusia di dalam korban kematian Yesus. Orang boleh saja
percaya, mengerti, memahami, menghayati, bahkan menghafal bagian Alkitab. Namun
semua itu belumlah cukup! Semua itu tidak ada artinya, bila kita tidak sungguh
meresponi Yesus, yang kelak berakibat pada hidup yang mencerminkan atau
menyaksikan bahwa dirinya telah dilepaskan dari dosa sesuai isi kabar baik itu
sendiri.
Paulus berbicara mengenai pentingnya hidup
karena hidup kita berada dalam waktu. Kita harus mengisi setiap waktu dengan
sungguh-sungguh. Setiap waktu adalah momen untuk kita menyenangkan dan
memuliakan Tuhan. Kita harus melihat waktu sebagai ‘waktunya Tuhan’ dan bukan
‘waktuku’. Hal ini perlu kita ajarkan pada anak-anak kita juga. Tidak hanya
itu, kita juga harus peka untuk mengambil setiap kesempatan yang Tuhan berikan
untuk kita dapat menyatakan buah dan melayani-Nya. (1Kor.7:29) - Paulus juga
mengingatkan kita bahwa saat ini adalah waktu yang akhir. Waktu kita terbatas,
kesehatan kita terbatas, anugerah hidup kita terbatas, karena itu jangan
sia-siakan hidup hanya dengan memanjakan diri dengan hal-hal yang menyenangkan
hati kita saja. Mari kita ambil kesempatan untuk terus hidup bagi Tuhan dan
menghargai anugerah yang sudah kita terima. Jika waktu sudah habis maka tidak
ada kesempatan lagi untuk kita dapat menyatakan buah-buah iman kita.
Refleksi
Pelayanan gerejawi yang kita kerjakan
asal-asalan akan membuat kasih karunia yang kita terima menjadi sia-sia, dan
bahkan membuat orang lain tersandung oleh pelayanan kita yang tercela. Di
kebanyakan gereja – termasuk gereja kita – banyak orang yang ingin terlibat
dalam pelayanan, namun tidak banyak yang bersedia melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Memang, untuk melayani dengan serius ada harga yang harus kita bayar. Karena
biasanya, pelayanan kita memang tidak berjalan mulus.
Pelayanan Paulus juga tidak berjalan mulus. Paulus melewati berbagai penderitaan dan kesukaran: dihukum cambuk, dipenjarakan, diumpat, difitnah, dan bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Menghadapi itu semua, Paulus mempunyai senjata-senjata yang ampuh: bersabar, berdoa, dan berpuasa. Namun, seperti penegasan Paulus, semua itu harus dilakukan dengan kemurnian hati, dengan kasih yang tulus dan dengan pertolongan kuasa Roh Kudus.
Pelayanan Paulus juga tidak berjalan mulus. Paulus melewati berbagai penderitaan dan kesukaran: dihukum cambuk, dipenjarakan, diumpat, difitnah, dan bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Menghadapi itu semua, Paulus mempunyai senjata-senjata yang ampuh: bersabar, berdoa, dan berpuasa. Namun, seperti penegasan Paulus, semua itu harus dilakukan dengan kemurnian hati, dengan kasih yang tulus dan dengan pertolongan kuasa Roh Kudus.
Kita sering merasa putus asa dengan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam pelayanan. Padahal, jika dibandingkan dengan penderitaan dan kesukaran yang dihadapi Paulus, masalah-masalah kita masih tergolong kecil. Begitu gampangnya semangat pelayan kita pupus oleh hambatan kecil yang kita jumpai.
Bekerja bersama dengan Allah berarti kita
berada di dalam Allah; hanya pribadi yang berada di dalam Allah-lah yang dapat
membawa orang lain ke dalam Allah; kedekatan kita dengan Allah adalah ukuran
hasil pekerjaan kita.
Pdt.
Anthony L Tobing
dari berbagai
sumber
4 komentar:
This is how my buddy Wesley Virgin's biography launches with this shocking and controversial video.
You see, Wesley was in the military-and soon after leaving-he unveiled hidden, "mind control" tactics that the CIA and others used to get whatever they want.
These are the same secrets tons of celebrities (notably those who "come out of nowhere") and elite business people used to become wealthy and famous.
You probably know how you use less than 10% of your brain.
That's because the majority of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Perhaps that expression has even taken place IN YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around seven years back, while riding an unlicensed, beat-up bucket of a vehicle without a driver's license and with $3 on his banking card.
"I'm absolutely frustrated with going through life paycheck to paycheck! When will I finally succeed?"
You've been a part of those those thoughts, ain't it so?
Your own success story is going to happen. You just have to take a leap of faith in YOURSELF.
Watch Wesley Virgin's Video Now!
Terimakasih untuk khotbahnya, pak. Sangat memberkati
Makasih ..atas renungan untuk hari ini.TYM amin
Syalom saya merasa sangat tertolong dng Renungan ini,TYM.
Posting Komentar