PEMBOROSAN KASIH
Akhir hidup Tuhan Yesus sudah amat dekat. Datang ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan Paskah merupakan suatu tindakan keberanian yang amat tinggi, karena para penguasa sebenarnya sudah menyatakan Dia harus ditangkap (Yoh. 11:57). Orang Yahudi yang datang membanjiri perayaan Paskah sangat besar jumlahnya, sehingga tidak mudah mendapatkan tempat penginapan di kota itu. Betania adalah suatu tempat di luar batas kota, yang ditentukan oleh undang-undang sebagai salah satu tempat menginap bagi para musafir yang tidak tertampung lagi di Yerusalem.
Pengurapan atau mengurapi dengan minyak merupakan salah satu upacara adat bagi orang Yahudi. Pengurapan memiliki arti; suatu penghormatan bagi orang yang diurapi. Biasanya pengurapan dilaksanakan pada acara-acara penobatan: Raja, Pimpinan Daerah, Panglima, Pimpinan Gereja, dll. Juga bagi orang yang akan meninggal sebagai penghormatan terakhir.
Kasih Seorang Perempuan Yang Mengurapi Tuhan Jesus.
Saat itu Tuhan Yesus berada di Betania, sedang makan dirumah Simon yang pernah mengidap penyakit kusta. Kemudian datang seorang perempuan mengurapi Dia (Maria: dalam Yoh. 12:3). Minyak Narwastu adalah minyak wangi yang mahal harganya, apalagi ini Narwastu murni. Seseorang dalam ayat 5 memperkirakan harga jual minyak Narwastu dalam buli-buli pualam itu sebesar 300 Dinar lebih. Pada zaman itu, upah seorang pekerja dalam satu hari adalah 1 Dinar. Jadi harga minyak itu hampir sama dengan upah seorang pekerja dalam setahun.
Di sini kita melihat suatu pemborosan kasih. Perempuan itu tidak perduli akan mahalnya harga minyak yang ia persembahkan untuk Tuhan Yesus, ia tidak hitung-hitungan dalam menunjukkan kasihnya. Perempuan itu mengambil miliknya yang paling berharga dan dipergunakan semuanya bagi Tuhan Yesus.
Lalu ada seorang yang menghasut orang banyak (Yudas Iskariot: dalam Yoh. 12:4) sehingga mereka memarahi perempuan itu karena tindakannya dianggap sebagai suatu pemborosan. Karena jika minyak itu dijual, uangnya dapat membantu orang-orang miskin.
Kasih bukanlah lagi kasih jika memperhitungkan besarnya biaya. Kasih adalah memberi dengan kerelaan hati semua yang dapat diberikan dan akan merasa menyesal jika tidak bisa memberi lebih banyak lagi. Orang yang memberi sesuatu kepada seseorang dengan hitung-hitungan bukan merupakan suatu tindakan kasih.
Ada kisah menarik dari sebuah cerpen, tentang kisah sepasang suami isteri yang saling mencintai. Natal sudah dekat dan mereka ingin saling memberikan hadiah. Tetapi mereka sangat miskin dan tidak punya uang untuk membeli hadiah. Maka mereka tanpa saling memberi tahu satu sama lain, memutuskan untuk menjual miliknya yang paling berharga. Bagi sang isteri, harta miliknya yang paling berharga adalah rambutnya yang panjang berkilau. Ia pergi ke sebuah salon dan menyuruh memotong rambutnya. Kemudian ia menjual potongan rambutnya itu untuk membeli sebuah rantai arloji yang indah untuk mengganti rantai arloji suaminya yang sudah putus. Sementara itu, sang suami pergi ke seorang tukang jam dan menjual satu-satunya arloji yang dimilikinya untuk membeli dua potong sisir dan pengikat rambut yang indah untuk rambut isterinya.
Ketika hari Natal tiba, mereka saling menyerahkan hadiah. Mula-mula mereka menangis terharu, namun kemudian mereka tertawa. Tidak ada lagi rambut yang perlu dirapikan dan diikat dengan sisir dan pengikat yang indah pemberian suaminya. Tidak ada lagi arloji yang memerlukan seutas rantai indah pemberian sang isteri. Tetapi ada sesuatu yang lebih berharga daripada sisir, pengikat rambut dan rantai arloji, yaitu pesan dibalik hadiah-hadiah itu: mereka masing-masing telah mengambil yang terbaik dari dirinya untuk diberikan kepada pasangannya.
Hadiah-hadiah yang mereka beli itu seolah sia-sia, hanya berupa pemborosan uang karena tidak dapat digunakan. Tapi sebenarnya tidak, hadiah terindah pada hari Natal itu bagi mereka adalah: mereka tahu bahwa mereka saling mencintai. Untuk mengungkapkan kasih, kita tidak mengenal kata boros. Tuhan pasti suka jika kita boros dalam kasih, apalagi kasih untuk Tuhan.
Orang Yang Menghormati Tuhan Akan Menerima Penghormatan.
Tuhan Yesus memuji perbuatan perempuan yang mengurapinya dan mengecam orang-orang yang memarahi apa yang dilakukan perempuan itu. Tanpa mereka semua menyadarinya, bahwa apa yang dilakukan perempuan itu merupakan persiapan akan kematian Tuhan Yesus. Mumpung Tuhan Yesus masih bersama-sama dengan mereka, inilah kesempatan untuk menunjukkan penghormatan kepada-Nya, seperti yang dilakukan oleh perempuan itu. Sebab orang-orang miskin akan selalu ada disekitar mereka dan mereka dapat menolong orang-orang miskin itu kapan saja selagi mereka hidup. Tetapi kesempatan untuk menghormati Tuhan Yesus tinggal sebentar lagi, Ia akan segera mati dan tidak akan bersama-sama mereka lagi secara fisik.
Yang menarik disini adalah ucapan Tuhan Yesus pada ayat 9, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” Suatu pujian dan penghormatan dari Tuhan Yesus atas perbuatan perempuan yang mengurapinya. Perbuatan perempuan yang melakukan “pemborosan kasih” itu akan dikenang sepanjang masa. Suatu perbuatan yang harus ditiru oleh orang-orang percaya, yaitu menghormati Tuhan Yesus dengan tulus hati dan tidak menghitung-hitung besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
Seorang Sikh bernama Singh bersama sahabatnya mengadakan perjalanan menyusuri bagian Utara pegunungan India. Badai musim dingin bertiup menerpa mereka. Dalam badai salju itu mereka menemukan seorang pria yang sedang terbaring di pinggir jalan, tampak seperti mayat. Orang sikh itu ingin berhenti dan menolong, tetapi temannya menolak karena perjalanan mereka saja sudah cukup merepotkan. Ia bahkan ia tidak mau memperlambat jalannya dan terus berjalan.
Orang Sikh itu memijit tangan dan kaki pria yang malang itu dengan sangat perlahan, menepis salju dari tubuhnya, kemudian mengangkatnya ke atas bahunya dan menggotongnya dengan susah payah sepanjang perjalanan. Kehangatan tubuh pria itu ditambah kehangatan tubuhnya sendiri menghasilkan daya hidup yang lebih besar bagi keduanya yang membuat tubuh mereka mampu bertahan menghadapi cuaca dingin yang membekukan itu.
Setelah melangkah sejauh 1 km dengan susah payah, orang Sikh itu menemukan lagi satu tubuh yang terbaring di pinggir jalan. Ternyata, orang itu adalah temannya tadi, yang kini telah mati beku. Ia seorang diri dan tidak mempunyai kehangatan tubuh yang mencukupi untuk melawan badai salju itu.
Dari kisah ini kita belajar bahwa jika kita mau memberi maka kita akan diberi. Satu hal yang pasti; tanpa disadari oleh perempuan itu, ia telah memperoleh upahnya dari Tuhan yang ia urapi. Pertama, ia memperoleh penghormatan. Perbuatannya akan dikenang sepanjang masa. Kedua, menurut Injil Yohanes; ia telah mendapatkan pengampunan dosa. Harga minyak Narwastu tadi, tidaklah seberapa nilainya dibanding dengan pengampunan dosa yang ia peroleh.
Minggu ini adalah minggu palmarum, yang berarti daun palem. Daun palem digunakan oleh orang Yahudi untuk menyambut kedatangan seorang Raja, seperti yang mereka lakukan dalam menyambut Tuhan Yesus ketika memasuki kota Yerusalem.
Saat ini banyak sekali orang percaya yang irit kasih, yang menghitung untung-rugi dalam melakukan penghormatan bagi Tuhan. Perempuan itu telah menyambut Tuhan Yesus sebagai Raja di dalam hidupnya melalui pemborosan minyak Narwastu. Saat ini Tuhan Yesus tetap berada bersama-sama kita, Ia ada dalam Gereja-Nya, Ia ada dalam panti-panti asuhan, ia ada di tempat-tempat kumuh, ia ada bersama-sama orang yang kemalangan, Ia ada dimana-mana. Masihkan kita meng-irit kasih kita bagi Tuhan Yesus? Atau kita rela memboroskan kasih kita untuk-Nya? Amin.
Pdt. Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar