Serahkan Perkaramu Pada Allah
Nyawa Yeremia terancam karena penduduk
Anatot berusaha membunuhnya. Penduduk Anatot – yang sebenarnya juga merupakan
saudara sekampung dari Yeremia (lih. Yer. 1:1) – berencana untuk membunuh
Yeremia karena ia terus menyingkapkan dosa-dosa dan penyembahan berhala yang
mereka lakukan serta bernubuat tentang hukuman Allah atas mereka. Rencana ini
mau dilaksanakan dengan diam-diam. Akan tetapi, Allah mengungkapkan hal ini
kepadanya sehingga Yeremia mengetahuinya dan rencana jahat itu pun gagal.
Bahkan, Allah sendiri yang akan menghukum penduduk Anatot.
Pengalaman Yeremia ini merupakan salah satu dari pengalaman pahit yang dialaminya sebagai nabi. Berulangkali ia mendapatkan kesulitan dan penderitaan karena panggilannya itu. Sampai-sampai ia melayangkan keluhan protes keras kepada Allah yang telah memanggilnya (lih. Yer. 20:7). Akan tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat ia tetap berani, bertahan dan melayani sebagai seorang nabi.
Penjelasan
Memberitakan firman Allah itu memang
mengandung resiko. Ada kemungkinan jika kita bertindak benar, jujur dan adil di
tengah-tengah kebohongan dan kepalsuan hidup pada masa kini, kita juga akan
menghadapi aneka tekanan dan ancaman serta teror, dan kita akan merasa
sendirian serta berada ‘di ujung tanduk’.
Dalam situasi seperti itu ada godaan untuk
meninggalkan tugas pelayanan yang telah Allah berikan. Dalam ketidaknyamanan
dan kegelisahan, kita merasa tidak ada lagi orang yang mau mendengarkan firman
yang kita sampaikan. Lebih-lebih lagi nyawa pun sudah terancam. Hanya ada dua
pilihan bagi hamba Allah yang menghadapi situasi demikian: maju terus atau
mundur!
Puji Tuhan, dari sejarah Alkitab, kita tahu
bahwa ada banyak hamba Allah yang berani menanggung resiko demi menjalankan
tugas dan tanggungjawab yang telah Allah berikan. Juga dalam sejarah gereja,
ada banyak misionaris (penginjil) yang tetap memilih kata Pantang Mundur! Untuk melayani Allah melalui jemaatNya.
Reaksi Nabi Yeremia ketika tahu bahwa
penduduk Anatot berencana membunuhnya ialah: menyerahkan perkaranya pada Allah sambil terus menyuarakan
kebenaran Allah. Ia tidak takut ancaman pembunuhan itu sebab ia tahu siapa yang
mengutusnya dan firman siapa yang ia sampaikan. Dari pada takut, marah, dendam,
melakukan pembalasan, yeremia lebih memilih menyerahkan perkaranya kepada Allah
yang telah mengutusnya. Ia yakin bahwa Allah tidak akan tinggal diam tetapi akan
menunjukkan keadilan kepada hamba-hambaNya.
Refleksi
Sama seperti Yeremia, setiap hamba Tuhan
akan menghadapi resiko pelayanan. Dibenci, difitnah, dianiaya bahkan dibunuh. Namun
tidak ada kata mundur apalagi menyerah! Sebab kita tahu dan mengenal
siapa yang mengutus kita.
Tuhan Yesus, ketika mengutus murid-muridNya
berkata: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." (Mat. 28:20b). Tuhan Yesus tidak ingin murid-muridnya mati konyol,
namun Ia juga tidak ingin murid-muridNya ketakutan, sehingga Ia berjanji akan
menyertai senantiasa.
Jika anda mengalami atau menghadapi
berbagai masalah dan ancaman dalam memberitakan kebenaran firman Allah, marilah
kita tetap tegar, lemah lembut dan rendah hati, setia pada tugas dan panggilan
kita dan dalam hati berdoa seperti Yeremia: ”Kepada-Mulah
kuserahkan perkaraku”. Sebab kita percaya bahwa Allah senantiasa menyertai
dan mendampingi kita. Percayalah bahwa kebenaran, keadilan dan kejujuran pasti
akan menang atas kebohongan, kepalsuan dan ketidakadilan. Amin
“Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu
dan memelihara kamu terhadap yang jahat.”
2 Tesalonika 3:3
2 komentar:
Luar biasa Pdt.... Mauliate atas renungannya... Terus maju agar lebih bnyk lg jiwa2 yg terselamatkan...
Kiranya Tuhan Yesus terus memampukan kita dalam memberitakan Injil dan menjauhkan rasa takut karena menghadapi kondisi yang sulit. Tuhan akan menyertai kita dalam tugas dan pelayanan kita. Amin
Posting Komentar