Yesus Menggenapi Kepemimpinan Musa Dan Para Nabi
Salah satu fase kehidupan Tuhan Yesus yang penting namun sering diabaikan banyak orang adalah peristiwa “transfigurasi”. Transfigurasi merupakan suatu perubahan bentuk atau rupa (metamorphosis). Dalam peristiwa tersebut tubuh fisik Tuhan Yesus berubah secara menyeluruh. Tubuh manusiawi-Nya memancarkan cahaya kemuliaan Allah.
Peristiwa transfigurasi Tuhan Yesus ini juga dicatat dalam Injil Matius (17:1-8) dan Lukas (9:28-36), sedangkan Injil Yohanes tidak memasukkan kisah ini sebab dari awal Yesus sudah ditampilkan sebagai sebagai pribadi yang mulia, yaitu sebagai Allah (Yoh. 1:1).
Setting Peristiwa
Peristiwa ini terjadi 6 hari setelah Yesus bercakap-cakap dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Filipi (Injil Lukas: "kira-kira 8 hari sesudah segala pengajaran itu"). Saat itu Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" (Mrk. 8:27). Kemudian Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias!" (Mrk. 8:29). Ini merupakan awal dari pengenalan murid-murid-Nya bahwa Yesus bukan manusia biasa, melainkan "Yang Diurapi" (Mesias=Kristus) dan "Anak Allah" (band. Mat. 16:16).
Tuhan Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, lalu bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi (Injil Lukas: untuk berdoa). Banyak yang menduga gunung itu adalah gunung Tabor atau Hermon. Namun terlepas dari pertanyaan di gunung mana Tuhan Yesus mengalami transfigurasi itu, sebaiknya kita mengikuti para penulis Alkitab yang tidak menjelaskan detil posisi gunung itu. Dari cara mereka menceritakan peristiwa ini terlihat bahwa identifikasi gunung ini tidak sepenting peristiwa yang terjadi di atasnya.
Transfigurasi Kristus
Di gunung itu mereka sendirian saja. Lalu Tuhan Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat, berkilau-kilauan, bersinar seperti terang. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampak kepada mereka Musa bersama dengan Elia, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem (band. Luk 9:31).
Cahaya kemuliaan yang memancar dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para murid, bahwa di balik peristiwa yang menyedihkan yang akan dialami Yesus (penyaliban), yang akan membawa pada kemenangan, kemuliaan, bahwa di balik hinaan dan caci maki akan ada kemuliaan yang akan menguatkan para murid dalam kehidupan mereka dalam mengikuti Guru (Yesus) mereka itu.
Musa dan Elia
Dari sekian banyak tokoh Perjanjian Lama, hanya dua tokoh yang muncul dalam peristiwa transfigurasi, yaitu Musa dan Elia. Mengapa dua tokoh ini muncul? Kehadiran Musa dan Elia sebagai konfirmasi kedatangan Mesias. TUHAN pernah berjanji bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi di akhir jaman yang sama seperti Musa (Ul 18:15, 18).
“Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ulangan 18:15).
“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Ulangan 18:18).
Dalam perkembangan selanjutnya, janji ini dipahami sebagai salah satu nubuat tentang datangnya mesias. Kedatangan mesias sendiri di tempat lain dinubuatkan akan didahului dengan Elia akhir jaman (Mal 4:5).
“Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.” (Maleakhi 4:5)
Yang dimaksud Elia yang akan datang ini adalah Yohanes Pembaptis (Mrk. 9:11-13; Mat. 17:10-13; Luk. 1:17).
Sosok Musa mengingatkan pada kita tentang Hukum dan Perjanjian yang diberikan Allah kepada Umat-Nya. Musa membawa umat Allah keluar dari Mesir menuju ‘tanah perjanjian’, ini sebagai gambaran bahwa Tuhan Yesus akan membawa umat Allah menuju ‘Yerusalem Baru’. Sosok Elia mengingatkan pada pembaharuan Perjanjian ketika Umat Allah berpaling dari Allah dan Allah tetap setia pada janji-Nya. Elia tidak mengalami kematian, ia diangkat oleh Allah menuju sorga. Ini menjadi gambaran bahwa Tuhan Yesus membawa hidup kekal bagi umat Allah. Tuhan Yesus akan membuka jalan bagi umat Allah menuju sorga.
Dari cara penulisan peristiwa transfigurasi kita dengan mudah dapat melihat bahwa Yesus bukan sekedar seorang nabi akhir jaman. Dia jauh melebihi Musa maupun Elia (terutama Musa). Hal ini sangat signifikan bagi murid-murid (atau umat Israel pada umumnya) yang terbiasa menganggap Musa sebagai nabi yang terbesar dalam sejarah bangsa Israel.
Menghargai Kehadiran Yesus Dalam Kemuliaan-Nya
Ketika murid-murid melihat kemuliaan Yesus mereka langsung meresponi dengan perkataan ”betapa bahagia kami berada di tempat ini!”. Hampir semua versi menerjemahkan bagian ini dengan ”adalah baik bagi kami untuk berada di tempat ini”. Mereka bahkan ingin mendirikan kemah bagi Yesus, Musa dan Elia supaya kehadiran mereka bertiga dalam kemuliaan lebih permanen.
Dari catatan Alkitab kita mengetahui bahwa ucapan Petrus di atas memang tidak semuanya tepat. Dia megucapkan itu dalam ketakutannya (Mrk. 9:6; Luk 9:33b). Allah pun memotong perkataan Petrus (Mat. 17:5 ”tiba-tiba ketika dia sedang berbicara...”) sebagai tanda bahwa apa yang diucapkannya tidak tepat. Bagaimanapun, kita harus memahami dengan benar bentuk kesalahan dalam ucapan Petrus. Kesalahan ini bukan terletak pada keinginan Petrus untuk terus-menerus bersekutu dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya. Ia dan teman-temannya ingin menikmati suasana yang begitu indah dan mulia itu terus menerus bersama Yesus, Musa, dan Elia. Namun kehadiran Allah dan suara-Nya menyadarkan mereka bahwa iman dan pengharapan mereka harus senantiasa ditujukan kepada Yesus yang lebih besar dari kedua tokoh PL tersebut. Yesus adalah penggenapan hukum Taurat dan nubuat para nabi.
Teguran Allah
Transfigurasi merupakan Deklarasi dari pihak Allah bahwa Yesus benar-benar adalah mesias yang menderita. Hal ini perlu dilakukan oleh Allah untuk memperjelas kesalahan murid-murid. Kalau di markus 8:33 Yesus sudah menegur Petrus, sekarang Bapa juga langsung menegur Petrus. Bapa berkata dalam keagungan-Nya yang dinyatakan melalui awan yang terang, ”dengarkanlah Dia!”. Suara inilah yang membuat murid-murid langsung bergetar. Dalam Matius 17:6, ”mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan”. Mereka tersungkur terutama bukan karena awan yang terang; bukan karena pernyataan Bapa bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih, karena waktu peristiwa baptisan pernyataan itu sudah diucapkan dan murid-murid tidak ada yang tersungkur. Mereka tersungkur karena Bapa menegur mereka. Sebelumnya mereka mencoba mengatur Yesus dan menghalangi perjalanan Yesus menuju salib (Mrk. 16:22-23). Dalam transfigurasi Bapa menegur mereka dengan sangat keras bahwa merekalah yang harus mendengarkan Yesus, bukan sebaliknya! Mereka harus menerima dan menaati apa yang Yesus sampaikan, bukan keinginan hati mereka sendiri!
Pesan Tuhan Yesus
Tuhan Yesus melarang murid-murid agar tidak menceritakan kepada siapa pun tentang peristiwa itu, sebelum Ia bangkit dari antara orang mati. Hal ini sangat beralasan karena pengharapan orang Israel akan Mesias saat itu bersifat politis.
Lagipula, bila hal ini tersebar sebelum Ia bangkit maka Tuhan Yesus berserta murid-murid akan menghadapi banyak kesulitan. Suasana akan “gempar” sebab masyarakat Yahudi saat itu manganggap Musa adalah nabi terbesar. Bagaimana mungkin Yesus, anak tukang kayu lebih besar dan mulia dari Musa dan Elia?
Refleksi
Peristiwa transfigurasi merupakan penyingkapan jati diri Kristus selaku Anak Allah, sehingga kita mengenal Dia selaku Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Jika demikian, apakah kita bersedia untuk hidup serupa dengan Kristus sehingga kita dimampukan untuk memancarkan cahaya kasih-Nya yang memberi pengharapan, kekuatan dan keselamatan kepada sesama di sekitar kita?
Sekarang Yesus sudah dimuliakan di surga, namun Dia sendiri telah berjanji akan selalu hadir setiap kali orang percaya berkumpul dalam nama-Nya (Mat. 18:20). Kehadiran ini pasti melibatkan kemuliaan-Nya. Apakah kita selama ini telah menunjukkan kerinduan yang dalam sama seperti Petrus bahwa kita ingin bersama dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya selama mungkin?
Ada banyak suara di dunia ini yang menjanjikan kebahagiaan, sukacita dan kesenangan hidup. Namun hanya ada satu suara yang benar-benar akan memberikan jaminan kebahagiaan bahkan hidup yang kekal yaitu suara Tuhan Yesus. Maka singkirkanlah suara-suara lain itu (suara dunia), dengarkanlah Dia.
Kita juga diingatkan agar mau mendengarkan suara Tuhan bukan sebaliknya, selalu memaksa Tuhan mendengarkan suara kita. Amin
Pdt. Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar