TUHAN Menunjukkan Jalan Pada Orang Yang Rendah Hati
Pendahuluan
Orang yang tersesat adalah orang yang tidak tahu kemana arah tujuannya atau setidaknya, ia tahu arahnya namun kehilangan petunjuk untuk menuju kesana. Ada beberapa tindakan yang harus diambil oleh orang tersesat, antara lain; bertanya pada orang yang tahu arah itu, mencari petunjuk yang benar atau kembali menuju titik awal perjalanan agar tidak semakin jauh tersesat.
Berbagai bidang dalam kehidupan ini menawarkan kepada kita berbagai macam pilihan untuk pergi ke arah yang berbeda-beda. Iklan televisi menawarkan ratusan pilihan di depan kita, demikian juga partai politik, pendidikan, pergaulan, bahkan kepercayaan (agama), dsb. Adakalanya kita salah memilih arah hingga kita tersesat lalu bergumul dalam kesesatan itu. Perikop ini menjadi renungan bagi kita tentang arah yang tepat yang harus kita lalui agar tidak lagi tersesat dalam perjalanan hidup ini. Sebuah pengalaman hidup Daud tentang ‘bimbingan’ TUHAN dalam kehidupan orang percaya.
Penjelasan
(ayat 8-9)
Kebaikan TUHAN nyata sebab Ia tidak selamanya menghukum orang-orang yang sesat jalannya. Pintu pengampunan TUHAN tetap terbuka lebar terutama bagi mereka yang menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Hanya orang yang rendah hati yang mau menyadari dan mengakui kesalahannya. Dan orang-rang yang rendah hati itulah yang akan dibimbing, diajar oleh TUHAN sampai mereka menemukan kebahagiaan.
Tuhan sangat menyukai orang yang sungguh rendah hati. Booker T. Washington, seorang pendidik berkulit hitam yang terkenal, adalah salah satu contohnya. Tatkala ia menjadi pimpinan pada Institut Tuskegee di Alabama, ia senang berjalan-jalan di pinggir kota. Suatu hari ia dihentikan oleh seorang wanita kaya kulit putih. Karena tak mengenal Washington, maka ia menawarkan apakah laki-laki kulit hitam itu mau ia beri upah dengan memotongkan kayu untuknya.
Setelah mengingat bahwa tak ada urusan mendesak pada saat itu,maka Profesor Washington menyatakan kesediaannya. Ia tersenyum, menggulung lengan baju, dan mulai mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta wanita tadi. Kemudian ia membawa kayu-kayu itu ke dalam rumah dan meletakkannya di dekat perapian.
Seorang gadis kecil yang mengenalnya, kemudian mengatakan kepada wanita itu siapa Pak Washington sebenarnya. Keesokkan harinya wanita tadi dengan perasaan malu datang ke kantor Washington untuk meminta maaf : "Tak apa-apa, Nyonya, saya sangat senang dapat menolong anda". Wanita tadi dengan hangat menjabat tangan Pak Washington dan mengatakan bahwa perilaku Washington yang sangat terpuji itu tertanam dalam hatinya. Tak lama kemudian wanita tadi menyatakan penghormatannya dengan menyumbang beribu-ribu dolar untuk Institut Tuskegee.
Ingatlah bahwa kerendahan hati akan membuat anda dihormati manusia dan disayangi Allah. Ini merupakan hadiah sejati atas kerendahan hati. Tak ada pakaian yang lebih pantas bagi kita selain jubah kerendahan hati.
"Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."(Matius 23:12)
(ayat 10-11)
Orang sombong sulit untuk mengakui kesalahannya. Biasanya mereka selalu mencari kambing hitam untuk membenarkan dirinya. Mereka juga sulit mengakui kelebihan orang lain dan selalu mengandalkan kemampuannya sendiri. Menganggap orang lain lebih rendah dibanding dirinya. Tidak ada gunanya seseorang memohon ‘bimbingan’ TUHAN kecuali dia mau berkomitmen untuk mematuhi perintah-perintah TUHAN. Jika kita mau TUHAN membimbing kita, kita harus mau mengakui dosa dan kesalahan kita dihadapannya. Juga mengakui kelemahan dan keterbatasan kita. Tanpa pengakuan itu, hidup kita akan menuju ke kebinasaan.
Roland, perwira Karel Agung, mendapat tugas memimpin pasukan belakang ketika tiba-tiba diserang oleh pasukan Saracens. Pertempuran berlangsung seru melawan musuh mereka itu. Roland memiliki terompet yang disebut Olivant, yang diambilnya dari raksasa Jatmund, suara terompet itu bisa didengar sampai sejauh tiga puluh mil. Suaranya demikian keras, sehinggo konon, burung-burung terjatuh dan mati bila suara terompet itu terdengar.
Oliver, sahabatnya, meminta Roland agar meniup terompet itu agar Karel Agungbisa mendengarnya dan datang membantu mereka. Tapi Roland terlalu sombong untuk minta bantuan. Satu per satu serdadunya tewas sampai akhirnya hanya dia sendiri yang tersisa. Akhirnya, dengan nafas yang hamper habis, dia meniup terompet itu lalu Karel Agung bersama pasukannya segera datang… tapi terlambat. Roland sudah tewas karena ia terlalu sombong untuk meminta bantuan.
(ayat 12-14)
Dibutuhkan sebuah sikap yang benar di hadapan TUHAN, yaitu ‘rasa takut’ (hormat) kepada-Nya. Tidak seorangpun bisa berharap mendapat bimbingan TUHAN kecuali dia bersedia bergaul akrab dengan-Nya. Upah dari bimbingan TUHAN itu adalah kebahagiaan turun-temurun. Mereka yang memperoleh bimbingan TUHAN akan selalu menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
Refleksi
Kompas, sebuah alat penunjuk arah yang sangat dibutuhkan oleh kalangan militer juga para penjelajah. Kompas sangat menolong mereka menemukan jalan yang benar ke arah tujuan yang ingin mereka capai. Tanpa kompas, mereka akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan dalam pejalanannya bahkan tanpa kompas mereka bisa celaka.
Orang Kristen memiliki ‘kompas’ yaitu Firman Allah (Alkitab). Melalui Alkitab, orang Kristen dapat mengenal siapa TUHAN yang disembahnya. Melalui Alkitab, orang Kristen bisa mendengar suara Allah. Dengan Alkitab, orang kristen dapat bergaul dengan Allahnya. Alkitab menjadi petunjuk ‘jalan kebenaran’ Allah. Dengan kata lain, tanpa Alkitab, orang Kristen hidupnya akan tersesat dan menemui celaka.
Seringkali sikap kita terlalu sombong untuk mau memakai ‘kompas’ yang sudah TUHAN berikan itu. Kita lebih mengandalkan kemampuan dan kepintaran diri sendiri. Padahal jelas kita tahu bahwa ‘kompas’ yang TUHAN berikan itu akan membawa kita menuju kebahagiaan hidup. Sementara dengan mengandalkan kemampuan sendiri justru sering membuat kita jatuh terperosok dalam kesusahan hidup.
Untuk dapat mendengarkan suara Tuhan (melalui Alkitab), kita perlu merendahkan hati kita. Tuhan Yesus memberi pelajaran tentang kerendahan hati, ketika Ia (Sang Putera Allah) mau membasuh kaki murid-murid-Nya. Kalau Tuhan Yesus saja mau merendahkan hati, kenapa kita tidak? Kita juga perlu hidup di dalam takut akan Tuhan. Takut dalam arti mengasihi dan menghormati-Nya. Dan Tuhan akan memberitahukan rahasia-Nya kepada kita sampai kita menemukan kebahagiaan. Amin.
Pdt. Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar