“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 04 Mei 2012

Mazmur 22:23-32 (Khotbah Epistel)


Pengharapan Di Tengah Penderitaan

Pendahuluan
Mazmur 22 adalah ratapan perseorangan, yaitu ratapan Daud. Dapat kita kategorikan dalam 2 bagian: Pertama, ayat 2-22 sebagai doa permohonan. Kedua, ayat 23-32 sebagai ucapan syukur. Ayat 23-32 adalah ayat transisi, ayat 2-22 tampak seperti bagian dari mazmur yang ditulis di tengah-tengah penderitaan. Tapi ayat 23-33 tampaknya menjadi bagian dari mazmur ditulis setelah penderitaan berakhir, setelah Tuhan menjawab doa Daud.

Pada Bagian kedua ini Daud telah bergeser dari mazmur pengakuan dosa pribadi ke sebuah mazmur deklarasi publik.  Dia telah bergerak dari menangis, meminta pembebasan ke menyanyikan pujian kepada Tuhan untuk pembebasan yang ia terima. Meskipun ia telah merasakan hal terburuk dalam hidupnya, Daud mengingatkan umat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ketika kesetiaan Tuhan memenuhi perjuangan kita yang terdalam, hasilnya adalah ibadah (ayat 26-28). Sebab Tuhan setia dan kesetiaan-Nya membentang di atas semua orang dan untuk semua generasi (ayat 29-32).

Penjelasan
Daud adalah seorang yang kudus dan saleh, namun banyak  mengalami penderitaan yang sangat berat dan sungguh  luar biasa yang datang dari sesamanya, terlebih dari mereka yang memusuhinya  (22:2-22). Daud banyak  mengalami penyiksaan fisik yang sangat luar biasa bukan oleh karena  kesalahannya, dan bukan pula hanya dari satu atau dua orang saja (ay 13-14, 17). Penderitaannya yang sangat berat dan besar ini, digambarkannya bagaikan ‘tulang yang terlepas dari sendinya’, bahkan ia dapat menghitung tulang-tulangnya sendiri. Penderitaannya ini sangat menyiksa hingga kepada psikis (jiwa; ay 15b). Penderitaan yang dialami Daud  ini membuat ia menjadi lemah, stress dan tidak berdaya, bahkan tidak sanggup  berkata-kata untuk membela dirinya sendiri. Penderitaan fisik menjadi penderitaan batin dan penderitaan batin mempengaruhi seluruh kehidupannya sehingga lemah dan patah semangat. Keberadaan Daud yang sungguh memprihatinkan ini, membuat ia tidak punya harapan apa-apa, tidak ada sesuatu pun yang dapat dijadikannya menjadi modal dalam rangka menyelamatkan dirinya (ay 19), bahkan Tuhan pun seolah-olah telah melupakannya.

Tuhan melihat, mengetahui dan juga mengingat  semua derap langkah kehidupan orang-orang yang percaya yang datang dengan segala bentuk keluh kesahnya. Tuhan sangat mengetahui dengan seksama semua penderitaan hidup Daud ini (ay 20; Mzm 93:9). Tuhan tidak pernah sama sekali meninggalkan orang-orang yang percaya kepadaNya, Tuhan tetap siap sedia mendampingi, membimbing dan menyelamatkan. Tuhan punya banyak cara menyelamatkan mereka yang mengasihiNya (ay 27; bnd Yes 59:1). Tuhan tidak pernah pilih kasih, Tuhan mengasihi setiap orang, tanpa pilih bulu. Tuhan juga tidak pernah merasa jijik dan merendahkan seorang yang papa, rendah dan miskin yang datang ke hadapanNya, dan Dia tidak akan menyembunyikan wajahNya.

Walaupun Daud banyak mengalami penderitaan tetapi  penderitaan itu tidak membuatnya menjauh dari hadirat Tuhan. Daud tetap   teguh dan setia hanya kepada Tuhan Allah yang dipercayainya sebagai Juruselamatnya. Pada saat Daud menyampaikan keluh kesahnya ke hadirat Tuhan, pada saat itu juga Daud memuji dan memuliakan nama Tuhan (ay 23-25; bnd Hab 3:17-18). Daud juga sanggup bersaksi tentang “siapakah Tuhan Allah?” itu kepada banyak orang di lingkungannya, dengan maksud agar orang banyak itu juga percaya  dan mengharapkan, memuji dan memuliakan namaNya  (ay 26-27). Bukan hanya itu saja, Daud juga rindu untuk  berkarya/berbuat agar semua orang dari segala bangsa, suku, ras, orang kaya, orang miskin, orang yang berdosa dan sebagainya yang ada di atas bumi ini, diarahkan untuk datang  memuji dan memuliakan nama Tuhan (ay 28-32). Daud sanggup dan dengan penuh semangat menjalankan misinya ini, oleh karena ia telah merasakan besarnya tekanan penderitaan yang dialaminya dan seiring dengan itu ia telah lebih dahulu menerima anugerah Tuhan.

Refleksi
Dalam kehidupan kita, ada kalanya Tuhan seperti hilang, sirna dari kehidupan kita. Kita mencari, memohon, menangis, berseru kepada Tuhan, namun Tuhan seperti "tidak ada". Kita bertanya kepada-Nya, "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"

Salah seorang penafsir mengatakan, "Ketika kita melihat Mazmur 22, tidak mungkin tidak, kita akan melihat Kristus dan Salib di sana." Sangat jelas bahwa apa yang dialami oleh Daud merupakan nubuat tentang apa yang akan dialami oleh Tuhan Yesus Kristus dalam hidup-Nya, secara khusus saat penyaliban-Nya. Dalam situasi yang penting dan genting, Daud dan Kristus sudah berdoa, berseru, bahkan meratap kepada Tuhan, Bapa di surga. Akan tetapi, Tuhan seakan-akan mengabaikan dan meninggalkan mereka. Situasi dan perasaan yang sama mungkin pernah kita alami dalam kehidupan pribadi kita. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi situasi seperti itu.

Mazmur 22 dan Kisah Salib Kristus mengajarkan kepada kita bahwa; situasi dan pengalaman merasa ditinggalkan oleh Tuhan merupakan ujian bagi iman dan ketaatan kita. Pada saat seperti itu, kita dapat mempelajari beberapa hal:
1.     Kita harus bertekun dalam iman kepada Tuhan serta tetap tekun berdoa kepada-Nya (22:2-6, 20-22).
2.     Kita harus memandang kesetiaan dan kebaikan Tuhan pada masa lalu sebagai dasar pengharapan kita saat ini dan masa depan (22:5-6, 10-11).
3.     Kita harus menatap masa kini dan masa depan dengan keyakinan iman di dalam Tuhan yang Mahabaik dan Mahakuasa serta keyakinan bahwa Tuhan sedang bekerja membawa kebaikan bagi kita dan bagi kemuliaan nama-Nya (22:23-32).

Nats ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa pencobaan, penderitaan dalam hidup tidak akan menghalangi kita untuk terus berharap kepada Tuhan, tidak ada hal apapun yang menghalangi kita untuk tetap setia kepada Tuhan dalam doa dan pujian kita. Pengharapan Daud sangat besar kepada Tuhan walaupun saat itu ada banyak sekali pencobaan yang datang. Daud percaya bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai didalam hidupnya, sehingga di dalam kesesakan akan penderitaan Daud masih mampu memuji Tuhan bahkan bersaksi karena kebenaranNya. Demikianlah hendaknya pengalaman Daud ini menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menghadapi berbagai pergumulan dan penderitaan. Amin.

(dari berbagai sumber)

Postingan Terkait



1 komentar:

Unknown mengatakan... Balas

luar biasa pak pdt