“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 11 Mei 2012

Mazmur 95:1-7 (Khotbah Epistel)


YAHWE, Satu-satunya Allah Yang Patut Disembah

Pendahuluan
Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel sejak Abraham sampai zaman ini, mereka hanya menyembah satu Allah yaitu YAHWE[1] yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Namun mereka bukan hanya mengenal satu-satunya Allah, banyak allah-allah lain yang mereka kenal yaitu allah dari bangsa-bangsa lain.

Dalam perjumpaan mereka dengan bangsa-bangsa lain, mereka juga hidup bersama di antara mereka. Tidak heran jika beberapa dari antara orang Israel tergoda untuk ikut menyembah allah-allah lain itu dan hal itu menimbulkan murka Allah.
           
Mazmur ini mau mengajak dan mengingatkan umat Israel dan kita orang percaya untuk menyembah hanya kepada satu-satunya Allah yang menciptakan langit dan bumi ini, yaitu YAHWE. Agar kita semua menghormati serta menaatiNya dengan segenap hati. Sebab Dialah yang memelihara kehidupan kita sejak dulu hingga saat ini.

Penjelasan
Ayat 1-3 Mengapa kita meyembah Allah?
Dialah ‘gunung batu keselamatan’ kita, hal itu berarti gambaran sifat Allah yang melindungi dan memelihara umatNya. Sebab gunung batu merupakan tempat perlindungan yang kokoh, yaitu tempat berlindung dari segala musuh. Gunung batu akan menyelamatkan mereka dari peperangan yang akan berakibat kematian.

Dialah ‘Raja yang besar’, ini merupakan gambaran bahwa penguasa-penguasa mana pun di dunia ini takut kepadaNya. Karena itu hanya Allah-lah satu-satunya yang patut kita sembah, hanya Dia yang sanggup melindungi dan memelihara kita. Sebab kuasa-kuasa lain di dunia ini tidak sanggup, bahkan mereka pun takut kepadaNya.

Ayat 4-5 Kuasa dunia ada di tangan Allah.
Bukan hanya kuasa manusiawi yang takut dan takluk kepada Allah Sang Pencipta, bahkan penguasa dunia kegelapan pun ada ditanganNya (band. Ayat 3b).      Umat Israel mengenal allah lain yang disembah bangsa-bangsa disekitarnya; dewa Molokh penguasa bagian dalam bumi, dewa Baal penguasa puncak-puncak tinggi, dewa Tiamat penguasa laut. Bangsa-bangsa lain selalu mempersembahkan sesajen bagi dewa-dewa itu untuk keselamatan mereka. Darat, gunung, laut dan isi bumi adalah ciptaan Allah. Mustahil Allah harus tunduk pada ciptaan tanganNya sendiri. Jika kita menyembah Allah yang menciptakan itu semua, mengapa kita harus memberi sesajen bagi dewa laut, gunung, dan dewa-dewa lainnya?
           
Ada banyak orang percaya yang memakai jimat-jimat untuk keselamatan dirinya.  Ada jimat untuk pergi melaut, ada jimat untuk pergi ke gunung, ada jimat untuk berperang, dll. Dan kalau pun tidak memakai jimat masih ada orang percaya yang dipenuhi rasa takut memasuki tempat-tempat tertentu, sehingga harus mengucapkan kata “permisi” atau “santabi” kepada mahluk yang tidak jelas. Seharusnya, jika rasa takut itu muncul maka yang harus dilakukan orang percaya adaah berdoa kepada Allah, Sang Pencipta.

Ayat 6-7 Sujud menyembah Allah, Sang Pencipta.
Pemazmur mengajak dan mengingatkan agar kita beribadah hanya kepada Allah (YAHWE). Dalam ibadah itu kita menghadap tahtaNya dengan nyanyian syukur (ayat 2), sujud menyembah bahkan berlutut di hadapanNya.
           
Nyanyian syukur adalah suatu sukacita. Sepantasnyalah orang yang hendak menghadap Allah dalam ibadah sudah dipenuhi dahulu dengan sukacita. Bersukacita karena pemeliharaan Allah atas hidupnya. Namun yang sering terjadi adalah; orang yang hendak beribadah mencari  sukacita itu dalam ibadah. Sering terjadi, jika dalam kotbah tidak ada ‘guyonan’ umat akan berkata; “kotbahnya kurang menarik!” Ibadah di hadapan Allah bukanlah kumpulan orang-orang yang mencari sukacita, melainkan kumpulan orang-orang yang bersukacita atas karunia Allah dalam hidupnya.
           
Sujud menyembah bahkan berlutut di hadapan Allah bukanlah merupakan bentuk ketakutan umat kepada Allah melainkan bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta. Sehingga dalam ibadah kita harus tetap mengingat, bahwa kita sedang berada di hadapan Allah. Namun yang sering terjadi adalah kita mengabaikan keberadaan Allah yang sedang kita sembah dengan mengobrol dengan orang yang duduk di samping kiri atau kanan untuk melepas kejenuhan atau mengkritik jalannya ibadah, mengkritik kesalahan-kesalahan yang terjadi atau mengkritik kotbah yang kita rasa itu sangat menyinggung perasaan kita.Banyak lagi hal-hal lain tingkah laku umat Allah yang bisa kita lihat yang sangat berlawanan dengan penghormatan dan penyembahan kepada Allah dalam ibadah.
           
Refleksi
Allah adalah pelindung dan pemelihara kita, Dia akan memenuhi segala keperluan kita. Dia akan melindungi kita dari rasa ketakutan, kelaparan, kegelisahan. Yang harus kita lakukan adalah datang ke hadiratNya dalam ibadah kita dengan penuh penghormatan.

Mencari allah lain untuk perlindungan merupakan penghinaan terhadap Allah dan akan mengundang amarahNya.  Ada banyak allah-allah lain di zaman ini, tetapi yang terbesar dari allah lain itu adalah uang. Banyak orang yang mencari uang sebagai tepat perlindungannya, dan merasa jika memiliki uang maka hidupnya akan terpelihara, hari-hari hidupnya hanya uang, uang dan uang. Sehingga orang itu mengabaikan Allah yang sesungguhnya telah memelihara dia. Memberi dia kesehatan untuk dapat mencari uang, memberi dia rejeki.

Umat Israel pada zaman dulu pernah tergoda untuk menyembah allah-allah lain dan mereka mendapatkan hukuman dari Allah. Nats ini merupakan peringatan kepada kita bahwa kita hanya boleh menyembah satu-satunya Allah, yaitu YAHWE. Uang sering memanggil kita untuk lari dari ibadah dan penghormatan akan Allah, uang seringkali menyesatkan kita, uang bisa menjadi allah lain dalam hidup kita. Perlu kita ingat, kita adalah domba tuntunan tanganNya (ayat 7). Domba hanya mendengar suara Gembalanya dan tidak akan mengikuti suara-suara lainnya, termasuk uang.

Allah bukan untuk ditakuti seperti ketakutan kita mengahadapi kematian tetapi Allah harus dihormati dalam keseharian hidup kita, terutama saat kita sedang menghadap kepadaNya dalam setiap ibadah kita. Amin.

Pdt. Anthony L Tobing



[1] YAHWE dalam Alkitab terbitan LAI diterjemahkan dengan TUHAN.

Postingan Terkait



0 komentar: