YAHWE, Satu-satunya Allah Yang Patut
Disembah
Dalam
perjalanan sejarah bangsa Israel sejak Abraham sampai zaman ini, mereka hanya
menyembah satu Allah yaitu YAHWE[1]
yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Namun mereka bukan hanya
mengenal satu-satunya Allah, banyak allah-allah lain yang mereka kenal yaitu
allah dari bangsa-bangsa lain.
Dalam
perjumpaan mereka dengan bangsa-bangsa lain, mereka juga hidup bersama di
antara mereka. Tidak heran jika beberapa dari antara orang Israel tergoda untuk
ikut menyembah allah-allah lain itu dan hal itu menimbulkan murka Allah.
Mazmur
ini mau mengajak dan mengingatkan umat Israel dan kita orang percaya untuk menyembah hanya kepada satu-satunya Allah yang
menciptakan langit dan bumi ini, yaitu YAHWE. Agar kita semua menghormati serta
menaatiNya dengan segenap hati. Sebab Dialah yang memelihara kehidupan kita
sejak dulu hingga saat ini.
Penjelasan
Ayat 1-3 Mengapa kita meyembah Allah?
Dialah
‘gunung batu keselamatan’ kita, hal itu berarti gambaran sifat Allah yang
melindungi dan memelihara umatNya. Sebab gunung batu merupakan tempat
perlindungan yang kokoh, yaitu tempat berlindung dari segala musuh. Gunung batu
akan menyelamatkan mereka dari peperangan yang akan berakibat kematian.
Dialah
‘Raja yang besar’, ini merupakan gambaran bahwa penguasa-penguasa mana pun di
dunia ini takut kepadaNya. Karena itu hanya Allah-lah satu-satunya yang patut
kita sembah, hanya Dia yang sanggup melindungi dan memelihara kita. Sebab kuasa-kuasa
lain di dunia ini tidak sanggup, bahkan mereka pun takut kepadaNya.
Ayat 4-5 Kuasa dunia ada di tangan
Allah.
Bukan
hanya kuasa manusiawi yang takut dan takluk kepada Allah Sang Pencipta, bahkan
penguasa dunia kegelapan pun ada ditanganNya (band. Ayat 3b). Umat Israel mengenal allah lain yang
disembah bangsa-bangsa disekitarnya; dewa Molokh
penguasa bagian dalam bumi, dewa Baal
penguasa puncak-puncak tinggi, dewa Tiamat
penguasa laut. Bangsa-bangsa lain selalu mempersembahkan sesajen bagi dewa-dewa
itu untuk keselamatan mereka. Darat, gunung, laut dan isi bumi adalah ciptaan
Allah. Mustahil Allah harus tunduk pada ciptaan tanganNya sendiri. Jika kita
menyembah Allah yang menciptakan itu semua, mengapa kita harus memberi sesajen
bagi dewa laut, gunung, dan dewa-dewa lainnya?
Ada
banyak orang percaya yang memakai jimat-jimat untuk keselamatan dirinya. Ada jimat untuk pergi melaut, ada jimat untuk
pergi ke gunung, ada jimat untuk berperang, dll. Dan kalau pun tidak memakai
jimat masih ada orang percaya yang dipenuhi rasa takut memasuki tempat-tempat
tertentu, sehingga harus mengucapkan kata “permisi” atau “santabi” kepada
mahluk yang tidak jelas. Seharusnya, jika rasa takut itu muncul maka yang harus
dilakukan orang percaya adaah berdoa kepada Allah, Sang Pencipta.
Ayat 6-7 Sujud menyembah Allah, Sang
Pencipta.
Pemazmur
mengajak dan mengingatkan agar kita beribadah hanya kepada Allah (YAHWE). Dalam
ibadah itu kita menghadap tahtaNya dengan nyanyian syukur (ayat 2), sujud
menyembah bahkan berlutut di hadapanNya.
Nyanyian
syukur adalah suatu sukacita. Sepantasnyalah orang yang hendak menghadap Allah
dalam ibadah sudah dipenuhi dahulu dengan sukacita. Bersukacita karena
pemeliharaan Allah atas hidupnya. Namun yang sering terjadi adalah; orang yang
hendak beribadah mencari sukacita itu dalam ibadah. Sering terjadi,
jika dalam kotbah tidak ada ‘guyonan’ umat akan berkata; “kotbahnya kurang
menarik!” Ibadah di hadapan Allah bukanlah kumpulan orang-orang yang mencari
sukacita, melainkan kumpulan orang-orang yang bersukacita atas karunia Allah
dalam hidupnya.
Sujud
menyembah bahkan berlutut di hadapan Allah bukanlah merupakan bentuk ketakutan umat
kepada Allah melainkan bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta. Sehingga dalam
ibadah kita harus tetap mengingat, bahwa kita sedang berada di hadapan Allah.
Namun yang sering terjadi adalah kita mengabaikan keberadaan Allah yang sedang
kita sembah dengan mengobrol dengan orang yang duduk di samping kiri atau kanan
untuk melepas kejenuhan atau mengkritik jalannya ibadah, mengkritik
kesalahan-kesalahan yang terjadi atau mengkritik kotbah yang kita rasa itu
sangat menyinggung perasaan kita.Banyak lagi hal-hal lain tingkah laku umat
Allah yang bisa kita lihat yang sangat berlawanan dengan penghormatan dan
penyembahan kepada Allah dalam ibadah.
Refleksi
Allah
adalah pelindung dan pemelihara kita, Dia akan memenuhi segala keperluan kita.
Dia akan melindungi kita dari rasa ketakutan, kelaparan, kegelisahan. Yang
harus kita lakukan adalah datang ke hadiratNya dalam ibadah kita dengan penuh
penghormatan.
Mencari
allah lain untuk perlindungan merupakan penghinaan terhadap Allah dan akan
mengundang amarahNya. Ada banyak
allah-allah lain di zaman ini, tetapi yang terbesar dari allah lain itu adalah uang. Banyak orang yang mencari uang
sebagai tepat perlindungannya, dan merasa jika memiliki uang maka hidupnya akan
terpelihara, hari-hari hidupnya hanya uang, uang dan uang. Sehingga orang itu
mengabaikan Allah yang sesungguhnya telah memelihara dia. Memberi dia kesehatan
untuk dapat mencari uang, memberi dia rejeki.
Umat
Israel pada zaman dulu pernah tergoda untuk menyembah allah-allah lain dan
mereka mendapatkan hukuman dari Allah. Nats ini merupakan peringatan kepada
kita bahwa kita hanya boleh menyembah satu-satunya Allah, yaitu YAHWE. Uang
sering memanggil kita untuk lari dari ibadah dan penghormatan akan Allah, uang
seringkali menyesatkan kita, uang bisa menjadi allah lain dalam hidup kita. Perlu kita ingat, kita adalah domba
tuntunan tanganNya (ayat 7). Domba hanya mendengar suara Gembalanya dan tidak
akan mengikuti suara-suara lainnya, termasuk uang.
Allah
bukan untuk ditakuti seperti ketakutan kita mengahadapi kematian tetapi Allah
harus dihormati dalam keseharian hidup kita, terutama saat kita sedang
menghadap kepadaNya dalam setiap ibadah kita. Amin.
Pdt. Anthony L Tobing
0 komentar:
Posting Komentar