“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 27 April 2012

Yohanes 10:1-11 (Khotbah Epistel)

Yesus, Gembala Yang Baik

Pendahuluan
Dalam Perjanjian Lama, umat Israel menggambarkan persekutuan mereka dengan Allah dengan kiasan “Gembala” dan “domba-domba”. Umat Israel mengimani bahwa Allahlah yang menjadi Gembala mereka, yang menuntun, membimbing, membela dan merawat mereka sepanjang hidupnya. Dengan pemahaman seperti itu, Tuhan Yesus mengumpakan diri-Nya sebagai ‘Gembala yang baik’ seperti Allah yang telah menjadi Gembala mereka. Ia menggambarkan diri-Nya sama seperti Allah yang melayani umat-Nya.

Tuhan Yesus tidak bicara omong kosong, dalam pelayanan-Nya Ia memperlihatkan sifat yang sama dengan Allah. Ketika Ia memberi, Ia selalu memberi dalam kelimpahan. Anggur yang diciptakan Tuhan Yesus di Kana, roti dan ikan yang diberikan kepada 5000 orang laki-laki, ikan yang diberikan kepada murid-muridnya yang sedang mencari ikan, kesembuhan yang diberikannya pada mereka yang menderita, memperlihatkan bagaimana hati Yesus tertuju kepada kesejahteraan umat-Nya.

Penjelasan
Ayat 1-6  
Perkataan Yesus dalam bagian ini masih merupakan lanjutan dari perdebatan Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat setelah peristiwa penyembuhan orang buta di hari Sabat. Tuhan Yesus menunjukkan perbedaan yang mencolok antara pelayanan-Nya dengan pelayanan para Farisi dan ahli Taurat itu. Dengan Tegas Tuhan Yesus menggambarkan diri mereka seperti pencuri dan perampok.

Tuhan Yesus amat sedih melihat umat Israel yang hidup seperti domba-domba tanpa gembala. Para pemimpin umat adalah gembala-gembala dan umat itu adalah kawanan domba. Adalah tugas dari para pemimpin untuk memberi makanan kepada kawanan domba. Mengawasi domba dengan rela dan tidak dengan terpaksa, melakukannya dengan penuh kesukaan dan bukan karena cinta uang. Tidak menggunakan jabatan ‘gembala’ itu untuk menjalankan kuasa tapi menjadi contoh bagi kawanan domba. Namun yang terjadi, para gembala itu justru menelantarkan umatnya, membebani mereka dengan berbagai aturan, tidak mengenal mereka (pergumulannya) satu per satu. Kalau pun umat mendengarkan mereka, itu karena terpaksa. Mereka bukan membawa umat semakin dekat kepada Allah, malah menjerumuskan mereka ke jurang dosa dan jauh dari Allah. Ituah kritik Tuhan Yesus kepada para ‘gembala’ zaman itu.

Ayat 7-11
Tuhan Yesus menempatkan diri-Nya sebagai Gembala, dan mereka yang percaya kepada-Nya sebagai domba. Mengapa domba? Karena domba memiliki beberapa karakteristik:
·          domba memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada gembala karena ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri – perlindungan, makanan, minuman, kandang dan pengobatan.
·          domba juga biasanya kurang cerdas, mudah tersesat dan kesulitan untuk kembali ke kandang, walaupun sebenarnya berada di dekat mereka.

Kepada orang-orang yang bergantung kepada-Nya Yesus menjanjikan kehidupan yang sejati. Hidup yang dijanjikan oleh Yesus sang Gembala Agung adalah hidup yang:
1. Dalam keselamatan
Kita berada di dalam keselamatan karena Tuhan Yesus bersedia mati untuk keselamatan kita . Hanya dengan memandang kepada salib, disitulah manusia menemukan keselamatan. Karena hanya Allah sendiri yang bisa memenuhi tuntutan hukum, maka Ia sendiri yang datang dan menjadi manusia untuk menggantikan manusia, dan pada saat yang sama membebaskan kita semua dari hukuman itu.

2. Dalam keamanan
Kita berada dalam keamanan karena ada perlindungan penuh dari sang Gembala Agung. Ada penjaga yang ikut menjagai kehidupan kita. Ada pintu di mana kita bisa mengalami kebebasan untuk masuk dan keluar ke padang rumput. Ia menghalau pencuri, perampok dan para serigala.

3. Dalam bimbingan dan tuntunan
Yesus juga mengenal domba-domba-Nya, bahkan memanggil dengan nama masing-masing. Dan kebalikannya, para domba pun bisa mengenali suara Sang Gembala. Yesus menuntun kita dan juga memimpin kehidupan kita dengan cara berjalan di depan.

4. Dalam kesejahteraan
Kesejahteraan dan kelimpahan domba ada dalam pikiran Gembala. Padang rumput adalah tempat yang dijanjikan oleh Yesus kepada kita. Karenanya hidup yang dijanjikan Yesus bukanlah sekedar hidup, namun hidup yang berkelimpahan.

Keempat hal ini, keselamatan, keamanan, bimbingan dan kesejahteraan adalah satu paket yang dimaksudkan dengan hidup yang dijanjikan Tuhan. Ketika kita menerima hidup, yang adalah karunia dari Allah buat kita, maka secara otomatis kita menerima hidup itu dalam segala aspek-aspek yang dijanjikan Allah.

Refleksi
1. Gembala lewat pintu depan
Gembala kalau masuk kandang, dia masuk lewat pintu depan supaya penjaga membukakan pintu baginya. Jadi kiranya kita harus jujur dan terus terang (bukan lewat pintu belakang).

2. Domba-domba mendengar gembala dan mengikutinya
Kiranya perkataan kita pun juga punya bobot, bukan omong kosong. Sehingga orang-orang pun mengikuti bimbingan kita.

3. Mengenal nama dombanya
Kita pun harus mengenal jemaat kita di gereja satu per satu, dan bukan hanya tahu, tapi mengenal sungguh-sungguh: kita tahu masalahnya, kita tau pergumulannya, sehingga kita bisa menggembalakannya.

4. Menuntun ke rumput yang hijau
Sebagai gembala, kita harus punya karakter pemimpin. Jangan menjadi pelayan yang loyo yang tidak punya leadership, karena kita harus menuntun domba-domba. Pertanyaannya, apakah kita mau belajar menjadi seorang pemimpin? Kita harus mempunyai sifat kepemimpinan. Seorang pempimpin harus bisa bediri (memberikan arah), berjalan (berjalan bersama dengan yang dipimpinnya dan dilayaninya, dan duduk (mendengarkan). Maka dia akan menjadi berkat dimana pun dia berada.

5. Yesus berkata bahwa siapa pun yang masuk lewat pintu akan selamat
Seorang leader dan gembala harus membawa seseorang kepada pintu keselamatan, yaitu Yesus. Kita sering merasa sudah cukup bahagia saat bisa mengajak teman-teman kita ke gereja, dan kita merasa cukup sampai di situ saja!

6. Gembala memberikan hidup bahkan hidup yang berkelimpahan
Seorang pelayan tidak hanya memikirkan masalah rohani saja secara langsung tapi juga masalah-masalah kehidupan (membantu orang-orang yang kesusahan, dll). Tuhan sudah menyiapkan ladang buat kita untuk kita layani, pertanyaannya apakah kita mau?

7. Gembala mengorbankan nyawanya bagi domba-dombanya
Apa korban kita sebagai gembala? Tenaga, waktu, uang, dan bahkan perasaan kita. Banyak orang yang melayani yang sakit hati! Kadang kita melayani dengan benar pun sering dikritik dan disusahkan orang. Korban 'perasaan" ini adalah bagian dari hidup seorang pelayan. Kalau kita hanya menginginkan yang indah-indah kalau melayani, JANGAN melayani. Saat melayani, kita harus punya prinsip bahwa apa pun yang terjadi, seberapa berat pun, akan kita terima. Kepahitan dan kesulitan dalam pelayanan adalah bagian yang tidak bisa kita lepaskan!

Setiap hal yang dilakukan seorang gembala, pasti akan dikritik dan digosipkan. Tidak ada pelayanan yang menggembirakan, selalu penuh resiko dan pengorbanan!

Postingan Terkait



0 komentar: