Roh Kudus Menuntun Untuk Berdoa Dan
Berpengharapan
Semua orang sangat memerlukan pengharapan,
apalagi di zaman yang sedang sulit seperti sekarang ini. Itu sebabnya dalam
Alkitab, pengharapan disandingkan dengan iman
dan kasih sebagai hal utama dalam
kehidupan orang Kristen. Pengharapan menciptakan kesabaran, keadilan, keberanian
dan penguasaan diri. Jadi pengharapan adalah kebajikan yang mulia dan penting.
Penjelasan
Ayat
22
Pada ayat ini ada disampaikan dua perkataan
yang saling melengkapi yaitu, “segala mahluk sama-sama mengeluh” dan “merasa
sakit ketika bersalin”. Perkataan pertama menyatakan bahwa keadaan alam yang
menyedihkan sedang berlaku bagi seluruh mahluk. Dan perkataan kedua mengarahkan
perhatian kepada harapan bahwa keadaan itu tidak akan berlangsung terus tetapi
akan menghasilkan (‘melahirkan’) keadaan yang lebih baik, yaitu pengharapan
yang berbuah.
Ayat
23
Zaman sekarang ditandai oleh penderitaan,
baik penderitaan ‘anak-anak Allah’, maupun penderitaan ‘segala mahluk’. Sekalipun
telah memiliki ‘karunia sulung Roh’ yaitu suatu pemberian istimewa dari Allah
bagi anak-anak-Nya, anak-anak Allah itu juga harus merasakan penderitaan. Namun
berbeda dengan dunia, anak-anak Allah dalam menghadapi penderitaan itu memiliki
pengharapan. Sebab Allah telah memberikan Roh-Nya sebagai jaminan (2 Kor. 5:5),
dan Roh itu bertindak sebagai Pembimbing dalam hidup sampai tubuh anak-anak
Allah dibebaskan dari kuasa maut.
Ayat
24-25
Roh Kudus meneguhkan pengharapan anak-anak
Allah akan keselamatan kekal pemberian Bapa. Pengharapn itu menumbuhkan semangat
serta sifat pantang menyerah sekalipun realitas dunia ini begitu ‘parah’. Pengharapan Kristen tidak dapat dilihat secara
kasat mata sebab pengharapan itu menyangkut kemuliaan yang belum ada di dunia
ini, ia merupakan suatu ‘dunia baru’ yang akan dinyatakan kelak.
Oleh karenanya, pengharapan itu membawa
kita kepada ketekunan dan kesabaran, yang mengandung unsur perjuangan. Sebab ada
pertentangan antara pengharapan dan kenyataan, sehingga dibutuhkan kesetiaan kepada
Allah.
Ayat
26-27
Tanpa Roh Kudus, kita tidak mungkin dapat
menyampaikan keluh kesah kita kepada Allah dalam bentuk doa. Kita memiliki
kelemahan, kelemahan kita bukanlah kekurangan perhatian kita dalam berdoa atau
kurang khusuknya kita berdoa, melainkan ketidakmampuan kita untuk menyatakan
keinginan kita dengan kata-kata yang memadai, padahal itulah cara yang
sebenarnya harus dipakai dalam berdoa. Kata-kata itu harus sesuai dengan
kemuliaan Allah, sebab berdoa kepada Allah harus dengan ‘bahasa ilahi’. Akan tetapi
ita tidak mampu sebab kata-kata kita dipenuhi noda, maka kita membutuhkan ‘Pengantara’.
Pengantara itu ialah Roh Kudus yang tinggal
di dalam kita. Roh itu akan berdoa untuk kita kepada Allah. Dia akan melakukan
apa yang tidak bisa kita lakukan, yaitu berdoa kepada Allah. Roh berdoa untuk
kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (berarti tidak
terdengar oleh kita), maka Roh menyambut keluhan kita dan menyalinnya ke dalam
bentuk yang “sesuai dengan kehendak Allah”, sehingga layak didengar oleh Allah.
Refleksi
Dalam zaman yang serba sulit seperti
sekarang, pengharapan anak-anak Allah mendapat tantangan. Keimanan yang kokoh
seringkali dijawab dengan realitas penderitaan. Penderitaan yang datang
bisa-bisa membuat lidah anak-anak Allah kelu, tidak mampu lagi mengucapkan
kata-kata dan doa. Sehingga tidak jarang iman
dan pengharapan anak-anak Allah gugur
di tengah jalan.
Sungguh suatu penghiburan! Kebenaran alkitabiah
ini meyakinkan kita bahwa kita dapat berkomunikasi dengan Allah dalam doa,
meskipun kita kesulitan dalam memahami kehendak Allah sebab Dia mengetahui
keinginan kita. Dikala kita dalam kebimbangan atau mengalami tekanan berat,
kita tidak perlu khawatir, jika kita tidak dapat menemukan kata-kata untuk
menyakatan perasaan dan pikiran kita. Disaat kita tidak tahu lagi apa yang
harus kita doakan, Roh Kudus “berdoa
untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan.”
Vik.
Lucius Siahaan
Vikaris di GKPI
Jemaat Menteng – Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar