Allah Sendiri Yang
Menghibur dan Meneguhkan Umat-Nya
Pendahuluan
Ketika kitab ini ditulis, gereja perdana
berada dalam situasi yang sulit. Domitian, Kaisar Romawi waktu itu,
memerintahkan seluruh penduduk dalam wilayah pemerintahannya untuk menyembah
dan mengakui Kaisar sebagai Tuhan. Orang-orang Kristen tidak mau menaatinya,
karena hanya Kristuslah Tuhan dan hanya Dia yang layak disembah. Akibatnya,
mereka mengalami tekanan dan penganiayaan bahkan tidak sedikit yang mati martir
karena iman mereka. Melihat kenyataan yang demikian banyak yang mulai meragukan
pribadi dan kuasa Tuhan Yesus.
Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu
kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia
Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi
‘hamba-hamba Kristus’ (ay. 1) yang sedang menjalani masa ujian
dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan
yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau
terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan
mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani
masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang
menang.