Sudahkah Anda Mengucap Syukur Hari Ini?
Minggu
ini dinamai Jubilate, artinya: “Semuanya bersukacita kepada Allah”. Kata semua,
berarti tanpa kecuali. Yang tua, yang muda, yang hidupnya susah, yang hidupnya
senang, yang sedang berpesta maupun yang sedang menghadapi kemalangan. Yang
bebas bekerja maupun yang sedang ada di penjara, tanpa kecuali!
Dalam
nats ini, pemazmur mengajak umat Israel mengucap syukur bahkan dengan
sorak-sorai (seperti menonton sebuah pertandingan sepak bola) mengingat
kebaikan Allah yang telah menyelamatkan mereka dari tanah perbudakan Mesir, yang
menjauhkan mereka dari kematian hingga tiba di Tanah Perjanjian.
Melalui
nats ini kita juga diingatkan agar tidak melupakan peranan Allah yang begitu
besar dalam mengiringi perjalanan hidup kita, baik suka maupun duka.
Mengucap Syukur
Mengucap
syukur = mengucapkan terima kasih. Mengapa kita mengucap syukur? Kita mengucap
syukur karena kita telah menerima sesuatu yang baik dari pihak lain, biasanya
dalam bentuk pertolongan.
Tolong dan terima kasih adalah sebagian
dari kata-kata pertama yang diajarkan kepada kita. Tak ada yang segembira
orangtua atau kakek dan nenek, saat seorang anak mengucapkan kata-kata itu
untuk pertama kalinya dan tahu hubungan antara meminta dengan sopan dan
menerima dengan berterima kasih.
Namun saat kita tumbuh dewasa, kita
lebih terlatih untuk berkata "tolong" daripada "terima
kasih", terutama kepada Bapa Surgawi. Kita lebih memusatkan perhatian
kepada kebutuhan yang mendesak daripada apa yang sudah kita terima; kita lebih
banyak memohon daripada menaikkan pujian. Allah memang mengundang kita untuk
datang kepada-Nya dengan segala kebutuhan kita, tetapi Dia juga mendorong kita
untuk membiasakan diri berterima kasih.
Ucapan
syukur/terima kasih merupakan ungkapan penghargaan kita pada pihak lain yang
telah menolong kita. Orang yang tidak mau mengucap syukur adalah orang yang
tidak tahu berterimakasih. Dalam Lukas 17:11-18, dari 10 orang kusta yang
disembuhkan Tuhan Yesus, hanya satu orang yang kembali pada Tuhan Yesus sambil
memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan
mengucap syukur kepada-Nya. Dan orang itu justru orang Samaria. Padahal
merekalah yang minta toong untuk disembuhkan tetapi setelah ditolong jadi tidak
tahu diri dan tidak tahu berterimakasih. Sampai-sampai Yesus heran dan berkata;
“Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya
telah menjadi tahir? Di manakah yang Sembilan orang itu? Tidak adakah di antara
mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
(Luk. 17:17-18).
Banyak
yang telah kita lupakan dalam perjalan hidup ini. Tapi dari sekian banyak
kelupaan itu, lebih sering kita lupa untuk berterima kasih (mengucap syukur).
Kita lupa mengucapkan terima kasih pada ibu yang elah susah payah mengandung dn
melahirkan kita. Lupa pada peranan guru di sekolah yang telah membimbing kita.
Lupa pada orang-orang yang teah berperan dalam kesuksesan karir dan pekerjaan
kita, dsb. Jika pada sesama saja kita kebanyakan lupa berterima kasih bagaimana
dengan Tuhan yang telah acap kali menolong hidup kita?
Ucapan syukur tampaknya telah menjadi seni
yang hilang di masa kini. Warren Wiersbe menggambarkan masalah ini di dalam
tafsirnya tentang Kitab Kolose. Ia bercerita tentang seorang murid sekolah
Alkitab di Evanston, Illinois, yang menjadi anggota regu penyelamat. Pada tahun
1860, sebuah kapal kandas di tepi Danau Michigan dekat Evanston, dan Edward
Spencer berulang kali berjalan di air beku untuk menyelamatkan 17 penumpang
kapal. Dalam proses penyelamatan itu, kesehatannya menjadi buruk. Beberapa
tahun kemudian, pada hari pemakamannya, diketahui bahwa ternyata tidak ada satu
pun orang yang diselamatkannya mengucapkan terima kasih kepadanya.
Marilah kita lebih sering meluangkan
waktu untuk mengingat bagaimana teman, sahabat, keluarga telah banyak menolong
kita. Bagaimana Allah telah menyelamatkan kita dari kematian kekal dan telah
memberikan kehidupan kekal melalui Putra-Nya.
Sudahkah Anda mengucap syukur hari ini?
Untuk memuliakan Allah dengan sukacita atas segala anugerah kehidupan yang
telah diberikanNya? Tetaplah mengucap syukur. Sebab hanya orang-orang yang
tidak pernah merasakan pertolongan saja yang pantas untuk tidak mengucap
syukur! Amin.
Pdt. Anthony L Tobing
2 komentar:
Terimakasih untuk tulisan yang sangat membangun. Tuhan memberkati
@renhard simatupang: Amin, puji Tuhan... TYm
Posting Komentar