“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Kamis, 22 Desember 2011

1 Yohanes 3:1-6 (Khotbah Natal I, 25 Desember 2011)


Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya

Pendahuluan
Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah awal penebusan kita dari “kematian”. Selanjutnya kita memasuki suasana baru, kita yang telah ditebus, kini menjadi anak-anak Allah. Kita yang tadinya adalah ‘budak’ dosa, telah ditebus oleh Allah Bapa dengan darah Anak-Nya yang mahal. Bukan untuk menjadi ‘budak’ Allah sebagaimana lazimnya dalam jual-beli budak zaman dahulu tetapi untuk menjadi anak-anak-Nya. Inilah salah satu penyataan terbesar dalam kitab Perjanjian Baru, bahwa Allah, yang Mahapengasih telah menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya. Hal ini menjadi pengingat; bahwa Allahlah yang berinisiatif untuk menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya, bukan atas usaha kita sendiri.

Budak tebusan tidak mempunyai hak apa-apa selain upah tetapi sebagai anak, kita menjadi ahli waris kerajaan-Nya (Rom 8:17). Menjadi anak Allah merupakan hak istimewa terbesar dari keselamatan kita (Yoh. 1:12; Gal. 4:7). Menjadi anak Allah membuat kita memiliki masa depan yang jelas di dalam kemuliaan-Nya. Oleh karena itu kita memiliki hak berseru kepada-Nya, “Ya Abba, Ya Bapa” (Rom. 8:15). Menjadi anak Allah adalah alasan mengapa kita harus menyenangkan hati Sang Bapa.

Sifat Anak Mencerminkan Sifat Orangtua
“Like Father Like Son” adalah peribahasa Inggris yang mau menyatakan; “Sifat, karakter seorang ayah akan menurun ke anaknya” atau sering juga dikatakan; “Karakter Seorang anak diharapkan untuk bisa menyerupai ayahnya”. Namun kata “Son” adalah untuk anak laki-laki, sehingga kurang tepat digunakan untuk nas ini, sebab yang menjadi anak-anak Allah bukan hanya laki-laki saja tetapi juga perempuan. Oleh karena itu saya memberi judul dalam peribahasa Indonesia; “Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya” yang artinya kira-kira sama dengan “Like Father Like Son”. Ada juga peribahasa Batak Toba yang mengungkapkan hal yang sama seperti di atas; “Ndang Dao Tubis Sian Bonana” artinya; Rebung Tak Jauh Dari Pohonnya (Bambu).

Apa yang mau kita gambarkan dari peribahasa itu? Yohanes mengingatkan bahwa sebagai anak-anak Allah kita diharapkan mencerminkan karakter dan sifat Allah yang telah mengangkat kita menjadi anak-Nya. Orangtua pasti mengharapkan anak-anak mereka membawa nama baik keluarga dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Dalam budaya masyarakat manapun, apa yang diperbuat oleh seorang anak - perbuatan baik maupun jahat - akan mengarah kepada sebuah pertanyaan, “Anak siapakah dia?”. Mengapa orangtua yang menjadi sorotan? Ya, karena sifat atau karakter anak mencerminkan sifat dan karakter orangtuanya.

Sifat dan karakter orangtua menurun kepada seorang anak-anaknya disebabkan adanya hubungan pribadi yang akrab diantara mereka. Mereka hidup bersama selama beberapa bahkan puluhan tahun, disanalah proses penurunan sifat dan karakter serta kebiasaan itu berlangsung.

Sifat Dan Karakter Allah
Segala hal yang baik ada di dalam Allah. Namun kita bisa menyebutkan beberapa sifat dan karakter Allah yang paling menonjol dan sering ditunjukkan dalam sejarah umat-Nya: Allah adalah kudus, kasih, setia, mengampuni, adil dan benar.

Allah adalah kudus; Allah tidak bernoda, ia tidak bercela dan Mahasempurna. Perbuatan dan ucapan-Nya penuh dengan kekudusan.

Allah adalah kasih; Ia mengasihi apa yang telah Ia ciptakan. Kasih Allah melebihi kasih apapun yang ada di dunia ini. Kasih Allah tidak pandang muka, Ia rela berkorban untuk mewujudkan kasih-Nya pada dunia ciptaan-Nya.

Allah adalah setia; Sekali Allah berjanji maka janji itu akan digenapi. Ia tidak pernah berdusta atau mengumbar janji. Ia tidak bermuluk-muluk untuk membuat manusia terlena. Apa yang Ia ucapkan maka itu akan terlaksana.

Allah adalah mengampuni; Sekalipun dunia yang diciptakan-Nya mengkhianati Allah, namun Ia akan selalu memberi pengampunan bagi mereka yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya. seberapa pun jahatnya pengkhianatan itu, Allah akan selalu bersedia mengampuni. Pengampunan Allah tiak terbatas.

Allah adalah adil; Hukum yang telah ditegakkan oleh Allah harus dilaksanakan. Dosa harus dibayar dengan kematian, itu adalah hukum Allah dan itu harus terlaksana. Segala mahluk harus mati akibat dosa-dosanya namun Allah yang adalah kasih mau mengampuni. Di dalam kematian Yesus Kristus, keadilan, kasih dan pengampunan Allah itu terwujud.

Allah adalah benar; tidak ada kebenaran yang berasal dari dunia ini selain dari Allah. Sebab dunia ini penuh dengan dusta dan tipu muslihat. Maka orang-orang yang hidup di dalam Allah akan menyatakan kebenarannya.

Sebagai anak-anak Allah, kita dituntut untuk menunjukkan sifat dan karakter itu dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Allah tidak ada yang mustahil, Allah akan menolong anak-anak-Nya untuk dapat melakukan semua itu. Untuk dapat melakukan sifat dan karakter Allah itu, kita harus memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Allah, Bapa kita.

Refleksi
Benarkah buah yang jatuh pasti tidak jauh dari pohonnya? Tentu saja tidak. Bagaimana dengan pohon yang terletak di pinggir sungai? Tentu sebagian buahnya akan jatuh ke sungai dan terbawa arus. Juga bila pohon itu berdiri di tanah yang miring di perbukitan, sebagian buahnya yang jatuh akan bergelinding jauh ke bawah. Demikian juga dalam kehidupan kita, arus sungai dan tanah yang miring menjadi gambaran pegumulan dalam hidup ini. Iblis tidak senang jika kita memiliki karakter Allah, oleh karenanya iblis selalu menggoda agar perilaku kita justru bertolak belakang dengan sifat dan karakter Allah. Iblis akan terus membangun aliran-aliran sungai dan tanah-tanah miring disekitar pohon kehidupan kita yaitu Allah Bapa, agar kita terjatuh jauh dari Allah.

Seruan Natal ini mengajak kita untuk selalu ingat bahwa kita yang dulunya merupakan budak dosa telah dijadikan anak-anak Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Sebagai anak-anak Allah, meri kita mencerminkan sifat dan karakter Allah dalam kehidupan kita sebagai kesaksian bagi dunia ini. Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



0 komentar: