“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Rabu, 07 Desember 2011

Janganlah Menjadi Jemaat Yang Egoistis Dan Egosentris


Pendahuluan
Sudah sering diajarkan atau dikhotbahkan dalam Jemaat kita tentang tiga panggilan, tugas dan fungsi gereja, yaitu marturia atau bersaksi, koinonia atau bersekutu dan diakonia atau pelayanan kasih. Yang lain menyatakan tugas, panggilan dan fungsi gereja ialah: pastorat atau penggembalaan, diakonat atau pelayanan kasih dan apostolat atau mengabarkan Injil. Ada juga yang merumuskan tugas, panggilan dan fungsi gereja itu berdasarkan arahnya, yaitu yang arahnya ke dalam (persekutuan, pengajaran, penggembalaan dan pemuridan), yang arahnya ke atas (ibadah yang berisi pujian, doa dan persembahan), dan yang arahnya ke luar atau misi (pekabaran Injil dan pelayanan diakonia kepada orang di luar Jemaat). Sudah sering dikatakan agar Jemaat itu jangan hanya memikirkan dan mengurus dirinya saja dan jangan hanya menyediakan anggaran untuk kebutuhan internal saja. Jika demikian halnya, berarti Jemaat itu sudah menjadi Jemaat yang bersifat egoistis dan egosentris, artinya hanya terarah ke dalam dirinya dan hanya berpusat kepada dirinya sendiri.

Seharusnya Jemaat itu, khususnya Jemaat besar, harus berpikiran luas (broad minded), harus terarah ke luar (outward looking). Gereja yang tidak bermisi adalah gereja yang lumpuh, bahkan dikatakan sebagai gereja yang mati. Dikatakan lagi gereja itu harus menjadi saluran berkat, kehadirannya di dunia ini harus berbuah bagi orang lain. Apa yang dikemukakan di atas, umumnya di dalam gereja kita hanya menjadi wacana saja, berupa teori dan konsep semata, tetapi tak terwujud dalam pelaksanaannya. Bagaimana kehidupan Jemaat kita saat ini? Apakah Jemaat kita sudah betul-betul memahami, menghayati dan melaksanakan tri darma atau ke-tiga tugas panggilan gereja seperti yang dikemukakan di atas? Apakah ke-tiga tugas panggilan gereja itu sudah terlaksana secara utuh dan seimbang? Marilah kita mengevaluasi pengeluaran Jemaat kita tahun yang lalu. Berapa persenkah dari seluruh pengeluaran Jemaat kita yang ditujukan kepada pelayanan ke luar atau untuk pelayanan misi?

Jika pengeluaran Jemaat kita masih dominan untuk kebutuhan pelayanan ke dalam diri sendiri saja, berarti Jemaat kita boleh dikatakan masih Jemaat mirip dengan serikat, perkumpulan atau paguyuban, yang hanya terarah ke dalam atau selalu berpusat ke dalam. Jika Jemaat itu kecil - khususnya Jemaat yang berada di desa - mungkin masih dapat dimaklumi karena kesanggupan mereka untuk mencukupi kebutuhan pelayanan masih terbatas. Tetapi bagaimana dengan Jemaat yang besar? Banyak Jemaat yang besar, meskipun memiliki banyak anggota tetapi pelayanannya hanya bersifat egoistis dan egosentris. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena kerelaan anggotanya dalam memberikan persembahannya masih rendah, sehingga menyebabkan keuangan Jemaat hanya mampu menghidupi diri sendiri. Masih banyak anggota Jemaat yang belum tulus hatinya memberikan persembahan kepada TUHAN melalui Jemaat. Pemahaman anggota Jemaat tentang persembahan hanya sekedar kewajiban anggota kepada organisasi atau lembaga, yaitu Jemaat. Sama seperti serikat, perkumpulan atau paguyuban, sebagai anggota dia berkewajiban membayar iurannya. Demikian juga anggota Jemaat dalam memberikan persembahan bulanannya.

Dalam evaluasi pemberian persembahan bulanan oleh anggota dalam sebuah Jemaat pada bulan Januari - Mei 2011, rata-rata jumlah anggota Jemaat yang memberikan persembahan bulanannya hanya 50%. Ini mengindikasikan, Jemaat itu masih bersifat egoistis dan egosentris karena masih banyak anggotanya yang masih bersifat egoistis dan egosentris. Masih banyak anggotanya yang belum tergugah hatinya atas besarnya kasih Tuhan Yesus dan berkat-berkatNya yang mereka terima dan belum tergerak hatinya untuk mendukung pekerjaan Tuhan melalui persembahannya. Kita akan melihat di bawah ini sebuah kesaksian tentang Jemaat yang tidak hanyamemikirkan diri sendiri dan contoh Jemaat yang melaksanakan ‘amanat agung’ Tuhan Yesus.

Contoh Dua Jemaat yang Tidak Egoistis dan Egosentris
Kita tahu bahwa kondisi ekonomi orang percaya di Eropa 150 tahun yang lalu belum semaju sekarang, tetai mereka rela mendukung penginjilan ke tanah Batak dan ke negara-negara lain. Demikian juga gereja di Korea dewasa ini, mereka banyak mengutus Penginjil baik ke Indonesia maupun ke negara lainnya.

Dalam buku yang ditulis Pdt. DR. Andar Lumbantobing yang berjudul: Azas dan Amanat Penginjilan, tahun 1971, dituliskan sebuah contoh Jemaat yang sudah menghayati dan melaksanakan ‘amanat  agung’ Tuhan Yesus, sehingga tidak hanya memikirkan dan mengurusi dirinya sendiri dan sudah berperan besar dalam Pekabaran Injil.

Ada satu Jemaat yang lowong Pendetanya, meminta kepada seorang Pendeta agar sudi melayani Jemaat yang lowong itu. Pendeta itu pun meminta budget Jemaat tadi. Dia melihat bahwa target untuk Pekabaran Injil hanya 1/5 saja dari target kebutuhan internal Jemaat itu. Pendeta itu mengatakan kepada pengurus Jemaat itu, bahwa dia bersedia menjadi Pendeta di Jemaat itu, hanya apabila target Pekabaran Injil ditukar dengan target kebutuhan internal Jemaat itu. Itu artinya, target Pekabaran Injil lima kali lebih banyak dari target kebutuhan internal Jemaat. Setelah pengurus Jemaat mengadakan rapat, tawaran Pendeta tadi mereka terima dengan baik.

Setelah satu tahun Pendeta tadi melayani di Jemaat itu, nyatalah bahwa pengharapan dan kepercayaan Jemaat tidak dikecewakan. Sebab target untuk keperluan Pekabaran Injil dan kebutuhan internal Jemaat sudah masuk melebihi target semula. Oleh karena itu Pelayanan Misi dan kebutuhan Jemaat dapat berjalan dengan baik.

Satu lagi kesaksian Jemaat yang tidak egoistis dan egosentris di Toronto, Kanada, dikutip dari buku yang ditulis oleh DR. Oswald Smith yang berjudul: Merindukan Jiwa Yang Tersesat, hal. 23.

Selama saya menjabat sebagai Pendeta di The Peoples Church, belum pernah setahun pun kami absen untuk tidak mengirimkan dana lebih banyak bagi pemberitaan Injil di luar negeri. Bulan Januari yang lalu saya bertanya pada bagian keuangan gereja, “Berapa jumlah anggaran yang telah terpakai bagi keperluan  gereja sendiri pada tahun lalu?”. Setelah memeriksa buku, ia pun menjawab, “DR. Smith, pada tahun lalu Bapak telah menggunakan uang sejumlah $39.000 bagi pekerjaan gereja di dalam negeri.” Saya pun bertanya kembali, “Lalu berapa jumlah dana yang telah dikirim ke luar negeri untuk tugas pemberitaan Injil?” Ia menjawab, “Tahun lalu Bapak telah mengirimkan dana sejumlah $181.000.” Sebenarnya saya sendiri juga merasa agak heran, dengan sedikit ragu saya pun bertanya, “Banyak sekali! Tapi apakah Anda tidak keliru? Maksud saya sendiri?” Ia pun menjawab, “Tidak DR. Smith, angka-angka itu benar! $39.000 untuk keperluan gereja sendiri dan $181.000 untuk dana Pekabaran Injil ke luar negeri.” Akhirnya saya pun berkata, “Alangkah indahnya hal itu.”

Kedua Jemaat di atas kita yakini adalah Jemaat yang besar, sehingga mereka dapat mengalokasikan dana untuk pelayanan ke luar yang begtu besar persentasenya dibandingkan dengan dana untuk kebutuhan internal. Tetapi bukan hanya karena jumlah anggota Jemaat yang cukup besar, melainkan karena anggota Jemaatnya sudah terbeban untuk mendukung pekerjaan TUHAN melalui persembahannya, mereka sudah sungguh-sungguh mau memuliakan TUHAN  dengan berkat yang mereka terima (Amsal 3:9), sudah sungguh-sungguh menunjukkan kasihnya kepada Tuhan Yesus. Besarnya kasih dan iman seseorang kepada Tuhan Yesus akan tercermin dari besarnya persembahan yang dia berikan kepada Tuhan Yesus melalui Jemaat-Nya berdasaran penghasilannya.

Sebenarnya ada banyak anggota Jemaat kita yang sudah mempunyai penghasilan yang lumayan, apalagi tidak ada tanggungannya, umpanya anaknya yang sdang kuliah. Tetapi untuk memberikan persembahan bulanan, masih rendah nominalnya, bahkan ada yang memberikan secara tahunan. Harapan ke depan, bahwa kita semua semakin menghayati besarnya kasih dan perbuatan TUHAN untuk kita, sehingga kita terdorong untuk memberikan persembahan dengan sungguh-sungguh kepada-Nya. Biarlah anggota Majelis Jemaat yang pertama-tama menjadi teladan di Jemaat kita. Jika kita sudah bersedia memuliakan TUHAN dengan harta kita, rela hati memberikan persembahan bulanan, maka Jemaat kita tidak lagi dikatakan Jemaat yang egoistis dan egosentris. Dimana persentase anggaran pelayanan sudah lebih besar ke luar. Dengan demikian Jemaat kita betul-betul melaksanakan ‘amanat agung’ Tuhan Yesus.

Kita semua merindukan untuk menjadi Jemaat yang demikian, Jemaat yang missioner, menjadi saluran berkat TUHAN bagi orang lain. Jemaat yang semakin banyak terlibat, mendukung, berperan dan berpartisipasi dalam lading penginjilan dan diakonia. Penggunaan anggaran yang ada dalam Jemaat tidak lagi hanya terarah ke dalam dan untuk kepentingan diri sendiri. Kita dipanggil supaya kita kaya dalam kemurahan seperti anggota Jemaat di Makedonia (2 Kor. 8:2). Semoga Jemaat kita dapat sungguh-sungguh melaksanakan tugas, panggilan dan fungsi gereja secara utuh dan seimbang.

Pdt. Marisi Siregar, MA
Melayani di GKPI Resort Bekasi - Wilayah Jabodetabek

Postingan Terkait



0 komentar: