“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Selasa, 20 Desember 2011

Yeremia 17:14-18


Berharap Pada Pertolongan Allah

Pendahuluan
Sebagai Nabi yang langsung dipanggil Tuhan pada masa mudanya (Yer. 1:4-18), selama pelayanannya Yeremia banyak menghadapi pergumulan, yaitu dari keluarga (Yer. 11:11-18; 12:6), dari imam dan raja (Yer. 20:1-6; 37:11-21) dan dari nabi palsu ( Yer. 23:18). Saking beratnya pergumulan yang dihadapi, dia kadang-kadang merasa putus asa dan berkeluh kesah (Yer. 20:8-9), bahkan dia sempat menyesali kelahirannya (Yer. 20:14-18). Dia bergumul karena beratnya dosa bangsa Israel yang mau saja menyembah berhala. Begitu banyak disebutkan dalam kitab ini tentang perilaku Israel yang telah mengabaikan Tuhan untuk menyembah berhala (Yer. 2:10-11; 7:31; 10:2; 19:5; 32:35). Yeremia berbeban berat karena ia harus menubuatkan kejatuhan kota Yerusalem (pasal 36-39), maka ia dimasukkan ke dalam sumur dan hendak dibunuh (Yer. 38:6). Tetapi, meskipun pergumulannya berat, sebagai Nabi, ia  tetap setia melaksanakan tugas panggilannya dan janji Tuhan untuk menyertainya nyata (Yer. 1:8, 19; 20:11).

Penjelasan
Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (ayat 1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (ayat 5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (ayat 9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

Tetap Setia Melayani
Namun bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (ayat 15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (ayat 17-18).

Yeremia  merasakan penderitaan yang sangat luar biasa dari sebuah bangsa pilihan Tuhan. Mereka tidak menurut dan taat pada perintah Tuhan. Sehingga Yeremia turut menderita atas ulah bangsa itu. Ketika berhadapan dengan penganiayaan dan pertentangan, Yeremia berdoa memohon kasih karunia Allah untuk membantunya tetap setia melakukan pelayanan sebagai nabi. Umat itu dan nabi palsu telah mencela dan mengejek nubuat-nubuatnya karena belum digenapi (ayat 15). Kendatipun menderita, Yeremia menolak untuk meninggalkan pelayanannya, melainkan terus mengharapkan kekuatan dan pertolongan dari Allah.

Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa.

Begitulah ujian yang sering dihadapi para hamba Tuhan. Dalam bentuk-bentuk yang berbeda, ujian itu pasti datang pada setiap hamba-Nya. Tiap orang mungkin berbeda cobaan yang dihadapinya, yang pasti menjadi hamba Tuhan bukan sebuah jaminan menjalani hidup dengan mulus tanpa goncangan.

Refleksi
Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan; korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini.

Ketika gereja dan hamba Tuhan menyuarakan kebenaran, maka harus siap menghadapi resiko yang mungkin datang sebab kedegilan hati manusia akibat dosa akan menganggap kebenaran itu sebagai ‘musuh’ yang harus dihabisi.

Besarnya ancaman yang dihadapi, bisa saja membuat para hamba Tuhan melemah kesetiannya dalam melayani Dia. Hingga tidaklah heran jika banyak dari para hamba Tuhan itu “cari selamat” dengan meninggalkan pelayanannya. Firman ini mengingatkan kita semua – gereja dan para hamba Tuhan – Agar bersikap seperti Yeremia yang setia dalam pelayanannya sekalipun nyawanya menjadi taruhan. Kita harus percaya bahwa Tuhan Allah tidak akan membiarkan persoalan itu menekan kita juga pelayanan kita asalkan kita mau dengan rendah hati seperti Yeremia, bersimpuh di hadapanNya mengakui kelemahan dan keterbatasan kita serta berharap hanya pada Tuhan Allah yang memberikan tugas pelayanan itu.    Amin

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



0 komentar: