“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Kamis, 29 September 2011

Roma 8:12-17 (Khotbah Epistel)

Hidup Yang Dituntun Oleh Roh Allah


Dalam surat Roma pasal 8 ini rasul Paulus membedakan 2 prinsip hidup yang sangat berbeda dan saling bertentangan. Prinsip hidup yang pertama disebutnya dengan ”hidup menurut daging” dan yang kedua disebut dengan ”hidup menurut Roh”. Pengertian rasul Paulus mengenai ”hidup menurut daging” lebih ditujukan untuk menggambarkan suatu pola hidup yang memiliki tabiat yang sangat mudah/rentan terhadap keinginan dan dorongan melakukan dosa. Jadi orang yang hidup menurut daging pada hakikatnya orang yang lebih mengikuti kecenderungan hawa nafsunya untuk jatuh di dalam perbuatan atau tindakan yang melawan Allah. Itu sebabnya di Roma 8:6 rasul Paulus berkata, ”Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera”.

Renungan.
Ketika seseorang menjadi percaya dan dibaptis dalam nama; Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Saat itu juga Roh Allah ada di dalam diri orang itu dan segera menuntunnya untuk bertindak dan berperilaku di dalam Roh. Tetapi mengapa tidak setiap orang Kristen mampu hidup benar dalam pengertian hidup menurut Roh, padahal mereka telah beriman kepada Tuhan Yesus. Dalam Roma 8:10 rasul Paulus menegaskan bahwa hidup menurut Roh berhubungan erat dengan satu syarat, yaitu ”jika Kristus ada di dalam kamu”. Di sini pengertian iman kepada Kristus dihayati bukan sekedar suatu tindakan percaya secara ritual dan rasional saja, tetapi iman sebagai suatu persekutuan pribadi yang intim dengan Kristus. Manakala Kristus hidup di dalam diri kita, maka kita dimampukan untuk mengalahkan kuasa dosa berupa keinginan untuk hidup menurut daging. Sebab saat Kristus tinggal dan hidup di dalam diri kita maka kita dikuasai oleh Roh Kristus. Dan di mana ada Roh Kristus berkuasa, maka keinginan hidup menurut daging menjadi tidak berdaya.

Jadi, apakah saat orang Kristen itu melakukan dosa berarti dia sedang tidak dikuasai oleh Kristus? Jawabnya, Ya! Dia justru dikuasai oleh setan, makanya ada istilah “kesetanan”. Lalu bagaimana agar Kristus selalu ada dalam diri setiap orang percaya? Buatlah hubungan yang sangat pribadi dengan-Nya. Berdoalah, jangan hanya minta didoakan. Bernyanyilah memuji Dia, jangan hanya mendengar pujian orang lain. Singkatnya, asahlah hubungan pribadi saudara dengan-Nya.

Ketika orang-orang Kristen, yang disebut dengan panggilan “anak-anak Allah” melakukan perbuatan dosa, mereka cenderung membela diri dengan mengatakan, “Aku kan manusia biasa?” atau “Tidak usah munafik lah, kita kan masih di dunia! Kalau kita tidak korupsi, bagaimana bisa kaya?” dsb. Rasul Paulus juga manusia biasa, Nabi Elia, Musa, dan yang lainnya juga manusia biasa tetapi mereka memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Suatu hubungan yang dapat membentengi mereka dari jerat dan kuasa setan. Mereka bisa menekan keinginan-keinginan daging dan lebih menonjolkan keinginan Roh yang bekerja dalam hidup mereka. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Ya itu tadi, ”jika Kristus ada di dalam kamu”.   

Pilihan hidup atau mati tersedia di depan kita. Kita akan hidup jika kita tidak hidup menurut daging. Patut diperhatikan bahwa Paulus tidak berbicara mengenai pengertian yang teoritis, melainkan sikap dan cara hidup yang nyata. Tentu saja, ini tidak mudah. Keinginan daging yang dikuasai dosa mendorong kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa (lihat juga Gal. 5:19-21). Namun, dengan pertolongan Roh Allah kita sanggup mematikan perbuatan-perbuatan tersebut di dalam tubuh kita.

Paulus juga menegaskan status baru kita sebagai anak-anak Allah (ay.14). Status sebagai anak-anak Allah itu menjamin posisi kita sebagai ahli waris, yaitu orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah. Paulus mengatakan hal ini agar kita tabah bila kita menghadapi penderitaan (ay.17). Dengan demikian, hidup oleh Roh akan memberi kita kekuatan penting untuk menghadapi dua musuh besar kita, yaitu dosa dan penderitaan. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah begitu saja.

Ilustrasi.
Ada 3 orang yang diberi tugas oleh Allah untuk memikul salib yang sama besar dan sama beratnya, sebut saja nama mereka si A, si B dan si C. mereka harus membawa salib itu menuju puncak sebuah bukit. Disana Allah berjanji akan menjemput dan membawa mereka ke surga.

Di tengah perjalanan, mereka melihat sebuah gergaji, si B mulai berpikir dan menghasut kedua temannya untuk memotong salib mereka agar salib itu menjadi ringan. Namun kedua temannya tidak mau menuruti nasihat si B karena mereka taat kepada Allah. Kasih mereka kepada Allah membuat mereka mau dan mampu serta rela memikul tanggung jawab yang sudah Allah berikan. Singkat cerita, si B memotong salibnya, sehingga dengan mudah ia mendahului kedua temannya. Sampai di puncak bukit, si B melihat sebuah jurang yang amat dalam yang memisahkan puncak bukit itu dengan gerbang surga. Di seberang jurang nampak malaikat Allah sedang menanti kedatangan mereka.

Dengan semangat si B menanyakan jalan mana yang bisa dilaluinya untuk sampai ke gerbang surga, tapi malaikat Allah menjawab, “Allah sudah menyediakan jalan itu untukmu!”. Si B sangat bingung karena ia tidak melihat jalan yang dimaksudkan malaikat itu. Beberapa saat kemudian, si A dan si C tiba di puncak bukit itu. Seperti halnya si B, mereka pun bertanya tentang jalan ke seberang kepada malaikat Allah dan mereka mendapatkan jawaban yang sama, “Allah sudah menyediakan jalan itu untukmu!”.

Kemudian Roh Kudus membukakan pikiran mereka berdua dan mereka mengerti sesuatu. Ukuran salib yang besar dan berat itu sudah Allah buat sedemikian rupa hingga mampu dijadikan jembatan untuk menyeberangi jurang itu. Itulah jalan yang sudah Allah sediakan.

Mereka segera sadar akan hal itu dan bergegas meletakkan salib mereka dan mulai menyeberang. Si B kebingungan karena salib yang Allah beri untuknya sudah dipotong dan tidak bisa dipakai untuk menyeberang. Namun pikirnya dia dapat meminjam salib si A atau si C, tapi sungguh kasihan, begitu si A dan si C sampai di seberang, salib itu tiba-tiba menghilang.

Pdt. Anthony L. Tobing

Postingan Terkait



2 komentar:

Anonim mengatakan... Balas

Terimakasih untuk firmanya pak Pdt. Anthony. L. Tobing, luar biasa, sy menjadi paham, dan illustrasinya menyentuh sekali. Salam sehat, salam kami sekeluarga.

Anonim mengatakan... Balas

Trima kasih buat Firman nya Bapak Pdt.Anthony, L.Tobing, sangat menyentuh.