“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Sabtu, 24 September 2011

Suami-Isteri Yang Tidak Mau Mengalah


Tiap rumah tangga akan dan pasti menghadapi persoalan, persoalan yang  dihadapi bisa sepele tapi bisa juga besar. Persoalan itu juga bisa cepat selesai tapi bisa juga butuh waktu lama baru bisa berdamai. Cepat atau lamanya persoalan dalam rumah tangga selesai sebenarnya tergantung dari ‘niat’ keluarga itu sendiri untuk menyelesaikannya.

Demikianlah yang terjadi di sebuah rumah tangga yang baru berusia beberapa bulan, dimana suami dan isteri tidak saling bicara disebabkan oleh sebuah persoalan sepele. Sudah seminggu ini mereka makan sendiri-sendiri, tidur juga saling memunggungi. Dari luar kehidupan mereka sepertinya normal saja, tidak terdengar ribut, suara marah atau bentakan dari rumah mereka. Ya itu tadi… karena mereka tidak saling bicara.

Memasuki minggu kedua, mereka tetap masih saling diam. Jika ada tamu yang datang ke rumah, mereka hanya berkomunikasi kepada tamu itu, meskipun sama-sama duduk di kursi tamu. Sebenarnya di hati kecil si isteri sudah ingin berdamai tapi ego-nya mengatakan, “masak aku duluan yang ngomong… gengsi dong!” si suami juga demikian, dia sebenarnya sudah jenuh akan suasana yang tidak nyaman ini namun hati kecilnya mengatakan, “sebenarnya dia nggak perlu minta maaf, kalau dia ngomong duluan aja aku pasti jawab kok. Tapi kalau aku yang duluan ngomong… sorry lah ya!”

Begitulah yang terjadi sampai memasuki bulan kedua dan yang lebih parahnya, sekarang mereka sudah pisah kamar. Suatu hari si suami mendapat tugas ke luar kota oleh pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Keberangkatannya ke luar kota itu mengharuskan dia bangun pukul 04.00 pagi sebab dia harus sampai di kantor pukul 05.00 pagi untuk berangkat bersama dua orang lagi rekannya.

Si suami mulai gelisah hatinya, karena dia tidak biasa bangun sepagi itu. Jalan satu-satunya adalah meminta isterinya untuk membangunkannya pukul 04.00. Tapi hati kecilnya berkata, “Kalau aku minta tolong sama dia, berarti aku yang duluan ngajak dia ngomong… wah…” Hampir setengah jam berlalu sejak si suami bergumul dengan ego-nya, sementara isterinya sudah dari tadi masuk ke kamar meskipun dia tahu kalau isterinya itu belum tidur.

Akhirnya dia tersenyum mendapat ide cemerlang dan melangkah ke meja kerjanya lalu mengambil selembar kertas dan sebuah spidol. Ia mulai menuliskan pada kertas itu kalimat dengan huruf besar-besar MAMI… TOLONG BANGUNIN PAPI JAM 04.00 NANTI, KARENA PAPI HARUS BERANGKAT KE LUAR KOTA… TAPI NGGAK NGINEP KOK…
TRIM’S. Lalu si suami meletakkan kertas itu di atas meja dapur agar bisa dilihat isterinya.

Seperti bisaa, si isteri bangun sekitar pukul 04.00 untuk beres-beres rumah dan seperti lazimnya kaum ibu rumah tangga, dapurlah yang menjadi perhatian pertama. Si isteri melihat kertas itu dan membacanya… Timbul rasa kasihan di hatinya, dalam hatinya ia berkata, “Aduh… kalau aku nggak bangunin dia, bisa-bisa dia terlambat dan bisa-bisa dia kena marah atasannya.” Lalu ia melangkah ke kamar dimana suaminya tidur. Ketika sampai di depan pintu hendak mengetuk… hatinya berkata, “Aaahh… masak jadi aku duluan yang ngajak dia ngomong… ogah ah!” Akhirnya dia mengambil kertas dan spidol di meja kerja suaminya lalu menuliskan… PAPI BANGUN… UDAH JAM 04.00… NANTI TERLAMBAT LOH… Lalu dia menyelipkan kertas itu dari bawah pintu kamar dimana suaminya tidur.


(by: Pdt. Anthony L Tobing - Terinspirasi dari ‘Rumah Tangga Na So Marsipanghulingan’ dalam buku ‘Barita Mardongan Poda’ yang disusun oleh Pdt. Manuarang Hutabarat, S.Th)

-----------------
Renungan:
Persoalan dalam rumah tangga bisa cepat diselesaikan dengan adanya komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang bersoal. Untuk menciptakan komunikasi yang baik itu diperlukan kebesaran hati masing-masing pihak untuk menanggalkan ego-nya.

Filipi 2:4-5
“Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”        

Efesus 4:26
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu”

Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”          

Postingan Terkait



0 komentar: