“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 30 September 2011

Tentang Disiplin

Disiplin adalah sebuah mata pelajaran yang penting di sekolah kehidupan.
Sejumlah pakar di bidang pengembangan harkat dan martabat manusia berpendapat bahwa;
disiplin adalah kunci pembuka jalan menuju keberhasilan dan kebahagiaan.
Dengan disiplin, kita mengubah realita agar lebih dekat dengan cita-cita.
Dengan disiplin kita mengubah potensi sampai teraktualisasi.
Dengan disiplin kita mewujudkan impian menjadi kenyataan.
Dengan disiplin kita mentransformasi inspirasi menjadi prestasi.
Dengan disiplin kita bisa menata hidup agar bergerak ke arah yang lebih
bermanfaat bagi lingkungan di sekitar kita.
Dengan disiplin, kita sesungguhnya menciptakan masa depan kita sendiri.

Dalam sebuah buku kecil yang diterbitkan untuk ulang tahun ke-40 kawan saya Handoko Wignyowargo belum lama berselang, istrinya Magdalena Subijanto menulis, antara lain; Handoko kini menjadi penulis kolom tetap untuk sejumlah media, antara lain Majalah Properti, Majalah Manajemen, dan majalah Indonesia Corp. Banyak yang berpikir bahwa kemampuan menulisnya karena ia dulu kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi UI. Saya harus katakan sejujurnya bahwa hal itu tidak benar.
Sepengetahuan saya Handoko sudah pintar menulis sejak dia berumur 13 tahun. Kala itu kami mulai berkorespondensi, surat-surat Handoko kepada saya adalah bukti kemampuannya menulis. Surat-surat dari Handoko bukan hanya sering, tetapi juga panjang dan menceritakan banyak hal dalam bahasa yang enak dibaca. Handoko bahkan pernah menulis surat kepada saya sepanjang 2 meter, yang sampai hari ini masih saya simpan dengan baik.

Sebuah kebiasaan yang tidak banyak diketahui orang lain adalah kebiasaannya bangun jam 04.00 setiap pagi. Itu dilakukannya setiap hari, meski weekend dan hari libur. Dan itu dilakukannya tanpa jam weker! Biasanya yang dilakukan Handoko di pagi hari adalah membaca buku, kadang-kadang ia tenggelam bersama komputernya, apakah itu menulis artikel ataupun bermain-main dengan internet dan e-mailnya, atau sesekali mengirim dan membalas SMS.

Sejumlah teman dekatnya tahu betul kalau handphone mereka berbunyi di saat subuh, kemungkinan besar dari Handoko. Ada seorang teman dekat Handoko yang sering mengirim SMS setelah ia menjalankan sholat subuh, karena tahu kalau Handoko pasti sudah terjaga…
Selanjutnya, Magdalena masih menuliskan dua belas hal lain tentang sang suami. Semua pemaparannya hanya dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh mengenai sosok anak manusia bernama Handoko Wignyowargo. Dengan lain perkataan, sang istri menggambarkan kebiasaan dan watak suaminya.

Dari apa yang dikutip di atas, kita menjadi tahu bahwa dua dari sejumlah ciri khas atau karakter Handoko adalah pintar menulis dan selalu bangun jam 04.00 pagi. Soal menulis sudah dibiasakan Handoko sejak usia 13 tahun. Sementara soal bangun jam 04.00 pagi entah kapan dimulai. Yang jelas, baik kemampuannya menulis maupun bangun pagi adalah hasil dari proses yang kita sebut disiplin. Ia mendisiplin dirinya untuk menulis dan bangun pagi.

Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu. Handoko mendisiplin dirinya untuk menulis, bangun pagi dan belajar, sehingga hasilnya ia dikenal sebagai penulis kolom dan seorang profesional yang memiliki karier mengagumkan. Terakhir ia meninggalkan posisi direktur di sebuah perusahaan kelompok Ciputra, dan mendaftarkan diri untuk mengikuti program studi doktoral di Universitas Indonesia. Mengingat karakternya yang suka bangun pagi untuk membaca dan pandai menulis, maka patut di duga Handoko akan mampu menyelesaikan studinya dengan baik. Disiplin yang telah dikembangkannya merupakan modal dasar yang kuat yang membuatnya lebih mudah mendapatkan apa saja yang ingin diperjuangkannya, termasuk soal gelar doktor.

Kasus Handoko mengajarkan kepada kita bahwa disiplin bukan bakat bawaan, bukanlah sesuatu yang kita peroleh karena garis keturunan kita. Disiplin adalah hasil pembelajaran. Dan itu berarti setiap orang, ya setiap orang, sesungguhnya bisa belajar mendisiplin dirinya. Dalam bidang-bidang dimana orang mendisiplin dirinya, maka keberhasilan hanyalah soal waktu dan soal kemurahan Tuhan semata.

Hal yang sebaliknya juga benar. Kita bisa belajar untuk tidak berdisiplin, membiarkan diri diayun oleh bola-bola emosi, suasana hati, dan kondisi di sekitar kita. Hasilnya adalah ketidakmampuan mengendalikan diri untuk patuh pada tata tertib atau nilai tertentu. Dan konsekuensinya adalah kita menuai kehidupan yang jauh dari apa yang kita cita-citakan. Sebab tanpa disiplin cita-cita tinggal cita-cita. Tanpa disiplin impian tinggal impian. Tanpa disiplin ide dan gagasan tinggal ide dan gagasan. Tanpa disiplin target tinggal target. Tanpa disiplin harapan tinggal harapan. Tanpa disiplin perubahan ke arah yang lebih baik hampir mustahil bisa diwujudkan.

Disiplin membawa kita pada apa yang kita idam-idamkan. Disiplin mencicil rumah atau kendaraan membebaskan kita dari kemungkinan didatangi debt collector. Disiplin dalam menabung membuat harta kita bertambah-tambah. Disiplin dalam belajar membawa kepada kepintaran. Disiplin dalam membaca memungkinkan orang menjadi bijaksana. Disiplin dalam menulis memungkinkan orang menjadi kolomnis. Disiplin dalam berolah raga memungkinkan tubuh sehat lebih lama. Disiplin dalam bergaul memperluas perkawanan. Disiplin memberikan sedekah menumbuhkan hati yang pemurah. Disiplin dalam berdoa dan berpuasa menuntun pada kepekaan dan ketaqwaan. Disiplin dalam hal tertentu SELALU membawa hasil tertentu, tidak bisa tidak.

Tidak saja dalam hal kebaikan, dalam soal kejahatan pun disiplin memainkan peran penting. Lihat saja organisasi-organisasi yang dikenal dalam dunia hitam. Para Yakuza di Jepang, Triad di Hong Kong dan Taiwan, Mafia di Amerika dan Eropa, semuanya dikenal sebagai kelompok yang memegang teguh disiplin tertentu. Mereka mendidik para anggotanya untuk tidak mempercayai siapapun, bahkan tidak juga ayah dan saudaranya. Mereka menghukum setiap anggota yang melanggar aturan dengan cara-cara yang menyebarkan ketakutan secara dahsyat. Mereka menempatkan disiplin sebagai kunci sukses organisasinya.

Terlepas dari soal apakah disiplin digunakan untuk maksud baik atau maksud jahat, perlu kita garis bawahi bahwa disiplin adalah soal HARI INI. Disiplin bukan soal hari esok, sebab hari esok hanyalah konsekuensi hari ini. Artinya, kita tidak perlu terlalu berpikir jauh untuk mulai mendisiplin diri. Kita bisa mulai HARI INI JUGA. Jika sasaran kita adalah menelpon 7 orang hari ini, maka teleponlah 7 orang HARI INI. Jika sasaran kita adalah menabung Rp 10.000,- hari ini, maka menabunglah Rp 10.000,- HARI INI. Jika sasaran kita adalah menjadi pengemudi kendaraan yang mematuhi tanda-tanda lalu lintas hari ini, maka patuhilah mulai HARI INI. Jika kita ingin menjadi orang yang bersemangat dalam bekerja, mulailah dengan bersemangat HARI INI juga. Itulah disiplin. Ia bisa dimulai hari ini, dan di mulai dari hal-hal kecil dan sederhana.

“Tuhan membuat kita tertidur di malam hari, dan memberi kita mimpi-mimpi yang indah. Lalu kita dibangunkan di pagi hari agar bekerja dan berkarya mewujudkan impian-impian tersebut dalam dunia nyata,” Demikian bunyi salah satu SMS yang sering saya terima dari sejumlah kawan. Mungkin kalimat indah itu benar. Namun mewujudkan impian menjadi kenyataan hanya mungkin jika ada disiplin. Sebab disiplin adalah lem perekat dunia impian dan dunia nyata. Disiplin adalah jembatan penghubung, sehingga tanpa disiplin dunia impian tak akan tersambung dengan dunia nyata.

Tabik Mahardika!

Andrias Harefa,
 Penulis buku terlaris Menjadi Manusia Pembelajar [Kompas, 2000] dan fasilitator

Postingan Terkait



0 komentar: