
“Apakah kamu melihat langit?”
“Siap. Ya, Komandan.”
“Apakah kamu melihat matahari dan barisan tentara?”
“Siap, Ya, Komandan.”
“Apakah kamu bisa melihat Allah?”
“Siap, Tidak , Komandan.”
“Ini membuktikan bahwa Allah itu tidak ada.”
Sebaliknya, sersan itu kemudian bertanya kepada sang letnan, apakah ia dibolehkan mengajukan beberapa pertanyaan.
“Tentu saja.” Jawab sang letnan.
Lalu sersan itu menoleh ke barisan prajurit dan bertanya kepada mereka;
“Apakah kamu melihat kaki letnan?”
“Ya.” Jawab mereka serentak.
“Apakah kamu melihat kepala letnan?”
“Ya.”
“Apakah kamu melihat otaknya?”
“Tidak!”
“Nah, ini membuktikan bahwa ia tidak punya otak.”
Ketika mendengar itu serentak serdadu itu tertawa terbahak-bahak, malah letnan itu juga ikut ketawa. Kemudian sersan itu kembali menghadap ke komandannya dan berkata;
“Saya mohon maaf atas tindakan saya memperlakukan Komandan.”
“Hei, dengar.. itu sebuah jawaban yang brilian.” Sang letnan mengakui.
“Saya juga mohon maaf karena telah mempermalukan kamu sersan.”
- kisah dari sebuah buku Katekismus Jerman -
(sumber: ‘1500 Cerita Bermakna - Jilid 3’ by. Frank Mihalic)
---------------
Renungan:
Untuk mengetahui keberadaan Allah, tidak cukup hanya berdasarkan pembuktian ilmiah. Kita butuh iman untuk dapat merasakan dan mengalami keberadaan-Nya.
Ibrani 11:1
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
0 komentar:
Posting Komentar