Pelayanan Pemulihan Luka Batin Dimulai dari Keluarga
Banyak orang melakukan pemulihan fisik saja, tanpa menyadari bahwa rupanya ada luka yang tertinggal, yaitu hati yang hancur, sedih atau kecewa. Pertanyaannya, apakah kita sungguh membutuhkan pemulihan di luar pemulihan fisik saja? Dan apakah pelayanan pemulihan perlu dilakukan oleh gereja?
Pemulihan Dalam Alkitab Ternyata pelayanan pemulihan telah dilakukan sejak zaman Perjanjian Lama. Sebut saja Naaman yang harus mandi di sungai yang kotor. Bukankah Elisa telah dipakai Tuhan untuk memulihkan fisik Naaman, namun juga batinnya? Kalau saja Naaman tidak menyukai sungai yang kotor itu, belum tentu ia rela membenamkan dirinya sebanyak 7 kali.
Atau Musa, saat Miriam kena kusta. Ia memang tidak memberikan obat-obatan karena pada waktu itu belum ada obat untuk pengobatan penyakit kusta, tetapi ia berdoa agar Tuhan menyembuhkannya. Lebih jauh dari itu, Musa mengampuni kesalahan Miriam. Pengampunan yang dilakukan dengan tulus dari dalam hatinya, didengar dan diterima oleh Tuhan. Sehingga akhirnya Miriam bukan hanya pulih, melainkan sembuh total. Bagi seorang yang kena kusta, hal sembuh merupakan kemustahilan. Itu berarti Miriam sekaligus disadarkan bahwa kesalahannya yang telah diperhitungkan Tuhan, kini dihapus dengan tanda kesembuhan fisiknya.
Elia juga memulihkan anak si janda Sarfat yang tidak lagi ada napasnya. Elia berseru kepada Tuhan dan mengunjurkan badannya di atas anak itu sebanyak 3 kali sehingga ia pulih/hidup kembali (1 Raj. 17). Seperti kita ketahui, mukjizat yang terjadi di dalam Alkitab bukan untuk menunjukkan kehebatan kuasa dari si Pemulih, tetapi semua bertujuan agar Nama Tuhan Dimuliakan. Dan Alkitab membuktikan bahwa sungguh, Nama-Nya semakin dikenal dan ditinggikan. Sikap hati yang meninggikan Allah itulah yang menunjukkan adanya pemulihan jiwa seseorang.