“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Sabtu, 08 Oktober 2011

Ratapan 3:22-26 (Khotbah Minggu, 9 Oktober 2011)

Merubah Krisis Menjadi Peluang

Pendahuluan
Banyak orang menjadi ‘lemah’ saat menghadapi krisis. Menganggap dirinya tidak lagi berdaya, usahanya sia-sia, takut, cemas, dsb. Kebanyakan dari mereka menyesal, meratap, putus asa, tinggal bergantung pada nasib saja. Memang krisis selalu membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, mereka yang menghadapi krisis jarang sekali dapat melihat sisi lain, bahwa di dalam krisis itu selalu ada peluang. Dalam hal ini, Presiden SBY selalu berkata kepada anak buahnya, “Setiap krisis mengandung peluang, setiap masalah ada jalan keluarnya.”

Ratapan Yerusalem
Sesuai dengan namanya, kitab Ratapan berisi nyanyian duka yang menyayat hati bagi pendengar atau yang menyanyikannya. Yang diratapi pada waktu itu adalah kehancuran kota Yerusalem yang direbut bangsa Babel (597-586 SM). Bait Allah dibakar dan dihancurkan serta seluruh penduduk kota diangkut ke pembuangan. Padahal bagi mereka, Yerusalem merupakan lambang kehadiran Allah, Kota yang indah = Putri Sion. Umat Israel menganggap kota itu tidak mungkin terkalahkan.

Para Teolog meyakini bahwa kitab Ratapan di tulis oleh Nabi Yeremia. Ia turut mengalami kehancuran kota Yerusalem dan menyaksikan penderitaan umat Israel menghadapi kehancuran itu. Apa yang dulu menjadi kebanggaan bangsa, kini sirna. Mereka putus harapan.

Namun cara beriman Nabi Yeremia berbeda dari umat Israel kebanyakan. Jika Israel pasrah terhadap keadaan dan menganggap kejadian itu sebagai hukuman dari Tuhan belaka, Nabi Yeremia justru melihat kehancuran itu dari sisi lain, ada dimensi ‘anugerah’ di dalamnya. Di dalam kehancuran itu ia justru melihat tangan Tuhan, ada secercah harapan. Di saat Israel meratapi nasibnya, dibutakan oleh penderitaannya dan menganggap riwayat mereka telas habis, Yeremia justru memahami bahwa kasih Tuhan tiada berkesudahan (ayat 22-23). Bahwa di balik peristiwa itu masih terbuka pintu keselamatan.

Di dalam situasi seperti itu “kasih setia Tuhan” menjadi titik pijak bagi Nabi Yeremia untuk selalu berpengharapan pada Tuhan. Nabi Yeremia memahami; jauh lebih baik hidup dalam pengharapan dari pada terus menerus hidup dalam keputusasaan. Meskipun kondisi saat itu berada dalam keterpurukan, namun Yeremia mengajak umat tetap melihat ke masa depan yang penuh harapan. Ia mengajak umat untuk tetap berharap dan mencari Tuhan di dalam penderitaan mereka (ayat 25-26).

Think Outside The Box
Seseorang yang dapat merubah krisis menjadi peluang adalah mereka yang berpikiran di luar kelaziman - “thinking outside the box”. Mereka tidak meratapi masalah atau pergumulan yang datang menimpa namun berusaha melihat jauh ke luar masalah itu, hingga akhirnya mereka dapat melihat adanya peluang disana.

Di dekat kota Salatiga, ada sebuah danau kecil bernama Rawa Pening. Dulu di danau itu penduduk sekitarnya memperoleh penghasilan dari beternak ikan. Mereka membuat keramba, memancing atau menjala. Tapi itu dulu, sudah lama mereka enggan mencari dan beternak ikan disana karena danau itu sudah dipenuhi oleh Eceng Gondok, tanaman yang cepat sekali pertumbuhannya hingga menutupi seluruh bagian atas danau. Saking cepatnya pertumbuhan Eceng Gondok itu, mereka kewalahan untuk memberantasnya. Terjadilah krisis keuangan. Mereka mengeluh dan beralih mencari mata pencaharian lain. Tapi ada beberapa orang yang melihat krisis itu sebagai peluang untuk usaha baru. Beberapa orang itu mengambil dan mengumpulkan Eceng Gondok yang sudah besar, yang batangnya kira-kira sepanjang 40cm. Lalu mereka keringkan dan membuat anyaman untuk berbagai keperluan; tas, pot bunga, hiasan bahkan kursi dan meja. Keuangan mereka jadi meningkat sebab dari kota Yogyakarta banyak sekali pesanan yang datang. Sampai saat ini Rawa Pening menjadi pemasok utama batang Eceng Gondok untuk Yogyakarta.

Tuhan adalah setia, Ia tidak pernah mengecewakan kita asalkan kita tetap mencari dan berharap hanya kepadaNya. Jika saat ini saudara berada dalam situasi seperti yang dialami umat Israel zaman itu, tetaplah berpikir seperti Yeremia, tetaplah berpengharapan.

Saya akan tutup khotbah ini dengan mengutip ucapan Dinah Shore & Winfried Newman, “Tidak ada siatuasi yang tidak berpengharapan, yang ada hanyalah orang-orang yang tidak berpengharapan.” Amin.

 Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



4 komentar:

imanuel-gkjw.blogspot.com mengatakan... Balas

Di Salatiga ada sebuah danau kecil. Masig ingat rupanya dengan Rawa pening bro....
Majua jua

imanuel-gkjw.blogspot.com mengatakan... Balas

Di Salatiga ada sebuah danau kecil. Masig ingat rupanya dengan Rawa pening bro....
Majua jua

Unknown mengatakan... Balas

Luar biasa Pertolongan Tuhan qta Yesus Kristus dibalik musibah ada ilham yg indah&luar biasa,@Gbu#💪😍

Unknown mengatakan... Balas

Slmt melayani TYM pa Pdt. Antoni