“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Rabu, 26 Oktober 2011

Mengumpulkan Persembahan Tanpa Nyanyian

Adalah hal yang biasa dalam sebuah Kebaktian Minggu, jemaat menyanyikan pujian saat mengumpulkan persembahan (kolekte).  Tapi di GKPI, sejak berdirinya pada tahun 1964 yang lalu, saat mengumpulkan persembahan jemaat tidak menyanyikan pujian. Setelah persembahan yang dikumpulkan tersebut didoakan barulah jemaat menyanyikan sebuah lagu pujian yang biasanya dipilih lagu bertema ucapan syukur.

Meskipun itu merupakan tradisi - bahkan ciri khas - di GKPI, namun banyak juga Jemaat GKPI yang mengisi saat pengumpulan persembahan itu dengan memainkan alat musik (biasanya organ/keyboard secara instrument). Dengan melakukan hal itu sebenarnya, sadar atau tidak, Jemaat-Jemaat tersebut sedang mengaburkan tradisi yang justru menghilangkan makna pengumpulan persembahan di GKPI. Dengan volume suara sepelan apapun, itu tidaklah membantu jemaat untuk kusyuk dalam berdoa, apalagi kalau instrument tersebut dilantunkan dengan volume suara yang keras. Dalam hal ini, justru Jemaat-Jemaat kecil di pedesaan yang melakukannya dengan benar karena Jemaat-Jemaat kecil tersebut tidak memiliki alat musik.

Apakah makna dari mengumpulkan persembahan tanpa nyanyian? Sejak awal Bapa-bapa pendiri GKPI mengajarkan bahwa dalam memberikan persembahan jemaat harus melakukannya dalam doa yang kusyuk. Saat persembahan dikumpulkan, seluruh jemaat harus berdoa dalam hatinya masing-masing. Mendoakan persembahan yang akan diberikannya kepada Allah melalui gereja. Nah, kalau ada instrument musik mengiringi pengumpulan persembahan itu berarti si pelantun instrument (pianis atau organis) tidak berdoa dengan kusyuk, sebab konsentrasinya ada pada alat musik yang dia mainkan.

Saat ini hampir di seluruh Jemaat GKPI memainkan instrument musik saat pengumpulan persembahan. Gawatnya, jemaat pun tidak semua mendoakan persembahan yang ada ditangannya. Bahkan sering terlihat dan terdengar ada beberapa anggota jemaat yang ikut melantunkan lagu yang dimainkan oleh pianis atau organis. Lebih parahnya lagi, jangankan berdoa, banyak jemaat justru memanfaatkan kesempatan hening itu untuk ngobrol dengan teman yang duduk di sebelahnya. Semuanya itu sudah menghilangkan makna dari pengumpulan persembahan di GKPI.

Sampai saat ini belum ada keputusan Sinode Am yang menghapus tata-cara (tradisi) pengumpulan persembahan di GKPI itu. Oleh karena itu, tulisan ini mau mengajak seluruh warga GKPI untuk melestarikan tradisi tersebut dan memaknainya dengan sungguh-sungguh. Kepada Pimpinan-pimpinan Jemaat diharapkan mensosialisasikan hal ini agar seluruh anggota jemaat memahami dan mengerti makna dari pengumpulan persembahan di GKPI yang kita cintai.

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



3 komentar:

Grace Sitorus mengatakan... Balas

shalom pak pendeta, kebetulan saya cukup tertarik untuk mempelajari tata ibadah GKPI yang sesungguhnya. Kalau saya ingin belajar, mengenai ini, saya bisa belajar lewat sumber apa ya pak? Saya juga penasaran, apakah persembahan diberikan dengan cukup duduk menerima kantong kolekte atau harus maju ke depan? Trims

Leris mengatakan... Balas

Shalom..
Pak pendeta saya ingin bertanya??
Apakah latar belakang yang mendasari mengapa didalam GKPI saat memberikan persembahan tidak bernyanyi??

Anonim mengatakan... Balas

saya juga ingin bertanya demikian, Bukankah dengan nyanyian juga dapat memuliakan hati Tuhan? bukankah doa dan Pujian itu cara kita berkomunikasi dengan Tuhan?