“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Minggu, 16 Oktober 2011

Lukas 12:15-21 (Khotbah Minggu, 16 Oktober 2011)

Bagaimana Menjadi Orang Kaya Yang Pintar?

Latar Belakang
Dalam ayat 13-14, Ada seseorang datang kepada Tuhan Yesus untuk meminta bantuan-Nya menjadi penengah soal warisan dengan kerabatnya. Namun Tuhan Yesus dengan tegas menolak permintaan itu. Mengapa Tuhan Yesus menolak permohonan orang yang datang minta tolong kepada-Nya? Mengapa Tuhan Yesus tidak mau mencampuri urusan warisan orang itu? Apakah Tuhan Yesus anti-pati dengan harta? Apakah pengikut-pengikut Kristus tidak boleh memiliki harta di dunia ini?

Tuhan Yesus bukannya menolak permintaan orang itu tetapi sangat kecil sekali kemungkinan bagi orang Yahudi melakukan monopoli atas suatu warisan atau sama sekali tidak mendapatkan warisan, kecuali orang Yahudi dari suku Lewi. Orang Yahudi punya Hukum Warisan yang berlaku mutlak karena berdasar pada peraturan dan ketetapan TUHAN Allah bagi bangsa pilihan-Nya ini. Setiap orang Israel pasti mendapat warisan dari milik pusaka kaum keluarganya. Bilangan 36:8 menyebutkan “ … setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya.”

Dalam masa pemerintahan Romawi, pada prinsipnya semua perkara diatur oleh hukum Romawi. Bahkan digariskan pula sampai mana dan bagaimana hukum adat dan agama bisa diberlakukan. Keputusan dalam hukum adat bertambah kuat bila diberi pengesahanan menurut hukum Romawi. Cukup sering perkara jual beli atau pembagian milik menurut adat dibawa ke lembaga resmi Romawi untuk dicatat dan disahkan. Maklum perundang-undangan hukum positif di seluruh wilayah Romawi mengharuskan pengesahan semua keputusan adat.

Latar belakang di atas kiranya dapat membantu kita memahami bahwa soal sengketa itu bisa diurus oleh pihak yang lebih berwenang, khususnya dalam urusan hukum. Dengan demikian penyelesaiannya akan lebih terjamin.

Ketamakan Mendatangkan Kematian
Tuhan Yesus meyingkap tabir hati manusia di balik suatu permohonan. Ia tahu apa yang melatar belakangi permohonan itu, yaitu ketamakan (rakus). Sehingga Ia dengan keras memperingatkan orang itu juga orang-orang yang hadir disana, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mau menunjukkan bahwa orang yang hanya memikirkan hartanya adalah orang tamak, egois, yang hanya melihat dirinya sendiri serta curiga terhadap orang lain. Hidupnya kosong, tidak punya teman bicara. Tidak tahu bagaimana cara yang benar untuk mengisi kesepian hidupnya. Orang yang hanya memikirkan harta adalah orang yang mengasingkan dirinya dari pergaulan, yang hanya mendengar dirinya sendiri bahkan tidak mengindahkan suara Tuhan, yang memperbudak dirinya sendiri bahkan tidak sempat menjadi teman bagi dirinya sendiri. Akhirnya, orang yang hanya memikirkan harta dalam hidupnya akan mati tertimbun oleh hartanya sendiri sebelum sempat ia nikmati.

Dengan perumpamaan itu Tuhan Yesus menuntun setapak demi setapak orang yang "salah alamat" yang datang kepada sang Guru minta dibela dalam perkara warisan. Ia tidak disuruh pergi begitu saja. Ia tidak pulang dengan tangan hampa. Ia dibekali ajaran hidup. Bukan hanya orang itu sendiri, melainkan semua orang yang ikut datang mendengarkan ajaran ilmu untuk menjadi kaya di hadapan Allah.

Ajaran tadi disampaikan dalam bentuk perumpamaan, sebuah cerita yang membuat orang berpikir dan menemukan sendiri mana yang paling cocok bagi dirinya. Penekanan terletak pada ajakan agar orang tidak mengubur diri dengan harta. Awal mula perpecahan persahabatan dan kerontokan hidup keluarga sering berawal dari sana. Sebaliknya bila orang pandai-pandai membuat harta sebagai bagian kehidupan, dapat mengembangkan kemanusiaan dengannya, maka harta membuat orang lepas dari kecenderungan rakus. Malah bisa membuka jalan menjadi kaya di hadapan Allah.

Kaya Dihadapan Allah
Tuhan Yesus tidak pernah membenci atau melarang pengikut-pengikut-Nya menjadi orang kaya. Ia hanya tidak mau kekayaan itu sampai mencelakakan diri mereka. Orang kaya yang bodoh adalah orang kaya yang dibunuh oleh kekayaannya. Orang kaya yang pintar adalah sebaliknya, kekayaannya itu justru semakin membuatnya ‘hidup’. Harta dan kekayaannya justru dipakai untuk menemukan arti kehidupan.

Kesalahan terbesar dalam memahami berkat Allah adalah mengira berkat yang diberikan Allah adalah semata-mata untuk kepentingan orang itu sendiri. Kita mengimani bahwa berkat Allah-lah yang menjadikan kaya (Amsal  10:22a). Ketika Allah mengaruniakan berkat-Nya kepada kita, maka kita seharusnya bertanya : untuk siapakah berkat ini selain untukku? Siapakah temanku berbagi?

Kita belajar hal penting di sini yakni bahwa Allah tidak membuat seseorang kaya hanya demi kepentingan orang itu sendiri. Kalau Allah memberkati jerih payah manusia sehingga manusia menjadi orang yang memiliki kelebihan dalam harta bendanya, itu tidak dimaksudkan untuk dimanfaatkan atau dipergunakan atau difungsikan semata-mata bagi diri orang itu sendiri melainkan juga bagi orang lain.  Di dalam pemberian-Nya ada pemberian bagi orang lain; di dalam berkat-Nya ada berkat bagi orang lain; di dalam kekayaan seseorang ada kekayaan orang lain. Manusia diperkaya untuk memperkaya orang lain. Singkatnya, Allah memberkati kita agar kita menjadi saluran berkat-Nya bagi orang lain.

Hati orang yang kaya di hadapan Allah tidak terpaut pada harta bendanya, tetapi kepada sumber kekayaan itu sendiri, yaitu Allah. Maka dua hal sekaligus akan diperoleh oleh orang kaya seperti itu: pertama, pujian dari orang-orang di dunia ini dan pujian dari Allah.              Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

Sebagai bahan ilustrasi baca juga: “2 Laut Di Palestina”

Postingan Terkait



0 komentar: