Di sebuah warung kopi, dua orang petani berdebat tentang kebenaran agama mereka masing-masing. Tampak kedua orang yang berdebat itu sudah mulai terbawa emosi. Perdebatan mereka di dengar oleh seorang petani lainnya.
Beberapa saat kemudian petani lain itu berseru dengan suara nyaring, “Hei.. kawan, sudah lebih 40 tahun aku selalu membawa padiku ke penggilingan disana.” Sambil menunjuk sebuah tempat penggilingan padi tidak jauh dari mereka. Lalu ia melanjutkan, “Ada dua jalan untuk sampai di penggilingan itu. Tapi kawan, tidak pernah sekalipun juga pemilik penggilingan itu bertanya padaku; dari jalan mana aku datang. Ia cuma tanya, “Apa padimu ini baik?”
By: Brian Cavanaugh
--------------
Renungan:
Terlalu sering fanatisme dan fundamentalisme agama membelenggu kita. Kita terpenjara oleh pemahaman yang keliru tentang hidup beragama. Kita menganggap kebenaran itu hanya milik agama kita, tanpa peduli kebenaran yang dimiiki oleh agama-agama lain. Sehingga menimbulkan kebencian kita terhadap mereka yang memeluk agama lain.
Agama bukan hanya sekedar teori belaka, ia pada hakekatnya adalah praktis. Jadi agama bukan untuk diperdebatkan tetapi dilaksanakan. Saya juga sependapat dengan Brian Cavanaugh, saat kita meninggal dunia kelak, saya yakin Allah tidak bertanya, “Dari agama mana kamu datang?” tapi Dia mungkin akan bertanya, “Apakah kelakuanmu baik?”
Yakobus 2:17
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Matius 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
0 komentar:
Posting Komentar