“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 07 Oktober 2011

"Amazing Grace" (The Story Behind The Song)

Kisah Nyata Di Balik Lagu “Amazing Grace”

Tahun 2006 lalu sebuah film Hollywood, "Amazing Grace" dirilis di Amerika Serikat, Inggris dan Irlandia. Pemutaran di Republik Irlandia diadakan di Buncrana, di tepi Lough Swilly di wilayah Donegal.  Film itu memaparkan kisah William Wilberforce seorang politikus muda Inggris yang berjuang untuk menghapus perdagangan budak di Inggris.

Soundtrack lagu film tersebut adalah “Amazing Grace”. Pernah dengar lagu “Amazing Grace”? Ini sebuah lagu terkenal yang syairnya cukup akrab di telinga orang Kristen. Lagu ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia, setidaknya sebagai gubahan. Lagu “Ajaib Benar Anugerah” dalam Kidung Jemaat No. 40 merupakan salah satunya.

"Amazing Grace" adalah sebuah himne Kristen, liriknya ditulis oleh penyair Inggris yang juga seorang pendeta; John Newton (1725-1807), diterbitkan pada 1779. Dengan pesan bahwa hanya  pengampunan dan penebusan yang memungkinkan  orang terlepas dari dosa-dosa  dan bahwa jiwa dapat dibebaskan dari keputusasaan melalui belas kasihan Allah, "Amazing Grace" adalah salah satu lagu yang paling terkenal di dunia.

Siapa John Newton, penulis lagu yang terkenal itu? Apa latar belakang penulisan lagu yang indah itu? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.  Memang jauh dari sempurna, tapi setidaknya lumayan membantu.

John Newton
Newton, Pelaut dan Pedagang Budak
John Newton adalah seorang pelaut bermulut kotor, mulutnya penuh dengan makian dan sumpah serapah,  perangainya juga liar. Ia seorang pedagang budak yang tidak memiliki nurani,  membeli dan menjual manusia demi keuntungan pribadi.

Dilahirkan di Wapping, sebuah distrik di London, dekat sungai Thames. Ayahnya adalah seorang pedagang, kapten kapal  pengiriman barang yang dibesarkan sebagai Katolik tetapi simpati pada gerakan Protestan. Ibunya adalah seorang  yang Independen yang taat kepada gereja Anglikan. Ibunya berniat untuk menjadikan Newton pendeta  tetapi dia meninggal karena TBC saat Newton berusia 6 tahun. Selama beberapa tahun kemudian Newton dibesarkan oleh ibu tiri,  sementara ayahnya berada di laut. Dia menghabiskan beberapa waktu di sekolah asrama di mana ia sering dianiaya. pada usia 11 tahun, ia bergabung dengan ayahnya di kapal  sebagai magang. Karir berlayar di laut itu akan ditandai dengan ketidaktaatan dan watak keras kepala.

Dia tumbuh tanpa keyakinan agama tertentu, tetapi jalan hidupnya  dibentuk oleh berbagai tikungan. Sebagai seorang pemuda,  gaya hidup Newton sangat dekat dengan kematian disebabkan berbagai kebiasaan buruk. Ia dipengaruhi oleh temannya sekapal hingga acapkali mencela agamanya sendiri.

Pada 1744, karena ketidaktaatan ia dipaksa masuk Royal Navy, Angkatan Laut Kerajaan. Melihat situasi tak mengenakkan, ia lari dari kesatuannya tetapi tertangkap dan diseret kembali ke kapal, di sana dia dicambuk di depan umum. Kemudian Newton mengatur rencana agar dia pindah ke sebuah kapal pengangkut budak. Sejak itu, ia berlayar mengarungi lepas pantai Sierra Leone di Afrika, disana dia mengumpulkan budak yang telah ditangkap dan dibawa dari pedalaman.  Di sinilah ia memulai  karirnya  dalam perdagangan budak, tergiur akan keuntungan besar dalam bisnis itu.

Newton pernah mengatakan bahwa ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri; para budak yang sudah tidak laku dijual kemudian dibantai. Pernah ia sendiri yang membersihkan darah para budak dari lantai kapal. Selama bertahun-tahun ia menyaksikan hal yang sama.

Newton sering diejek kapten kapalnya dengan menciptakan puisi dan lagu-lagu cabul tentang dia, yang menjadi begitu populer sejak mulai bergabung. Dia sering berselisih dengan beberapa rekannya  yang berakibat nyawanya sering terancam. Pernah ia hampir mati kelaparan, dipenjarakan, sementara di laut ia dirantai seperti budak yang mereka bawa, kemudian  diperbudak dan dipaksa bekerja di perkebunan di Sierra  Leone  dekat sungai Sherbro.  di sana pun dia hampir mati oleh penyakit malaria, tersesat di rawa-rawa Afrika. Namun, tidak peduli berapa kali dia diselamatkan, Newton kambuh ke kebiasaan lamanya, terus menentang takdir agama dan mencoba untuk menghalangi orang lain dari keyakinan mereka. Dia menjelaskan, "Saya sudah sangat kewalahan dengan penderitaan dan teror, saya tahu bahwa saya bertindak salah."

Akhirnya, Newton melihat peluang untuk lari, awal 1748 ia diselamatkan oleh seorang kapten laut yang mengenal ayahnya dan bermaksud  kembali ke Inggris dengan sebuah kapal bernama "The Greyhound". Pada perjalanan panjang dan berbahaya itu, Newton tak sengaja  membaca sebuah  Alkitab yang ia temukan dalam kabin dan mulai membaca tentang kisah nabi Yunus, Tiba-tiba, "sebuah suara muncul dalam pikiran saya, bagaimana jika semua hal ini terjadi pada kami?" Ngeri membayangkan itu, lalu ia menutup buku itu.

Keesokan harinya (10 Maret 1748) kapal itu terperangkap dalam badai yang ganas. Satu orang awak kapal  tersapu  gelombang laut dan menerjang  kapal yang menyebabkan kerusakan parah hingga ia menjadi ketakutan.  Setelah beberapa jam memompa air dari kapal, dengan menangis Newton berteriak, "Tuhan kasihanilah kami!" Dia langsung terpukul dengan kata-katanya sendiri yang selama ini mencela dan menghina Tuhan. Ia menulis, "Ini spontan,  tanpa refleksi, ini pertama kali saya memohon belas kasihan Tuhan, setelah bertahun-tahun. Apakah ada kemurahan untuk saya?” “Laut telah mencabik dinding kapal di satu sisi, dan membuat kapal rusak parah hanya dalam beberapa menit," Tulis Newton.  "Melihat semua keadaan itu,  sungguh menakjubkan dan ajaib rasanya bahwa semua dari kami selamat."

Pada hari berikutnya, berjam-jam Newton merenungkan jalan hidupnya yang kacau. "Saya pikir, tidak akan pernah ada atau bisa orang berdosa seperti saya beroleh pengampunan, dosa-dosa saya terlalu besar untuk diampuni."
Lough Swilly

Selama berminggu-minggu di lautan, kapal yang rusak itu hanya berharap pada belas kasihan laut. Seluruh kru nyaris putus asa karena hampir kehabisan makanan. Dalam keputusasaan, Newton membaca kitab Perjanjian Baru...  Mencari tahu apakah Allah telah sungguh-sungguh menolak permintaannya? Akhirnya, angin reda. "Kami melihat pulau Tory dan hari berikutnya berlabuh di Lough Swilly di Irlandia. Ini adalah hari kedelapan bulan April, empat minggu setelah badai ganas menerpa.

"Ketika kami tiba di pelabuhan ini, bekal terakhir kami sedang mendidih dalam panci, dan sebelum kami berada di sana dua jam setelahnya… Saat itu saya mulai menyadari bahwa Allah telah mendengar dan menjawab doa saya… Di Irlandia kami menerima sambutan hangat dari penduduk setempat di pantai Lough Swilly.” Para tukang kayu pergi bekerja memperbaiki kapal. Sementara itu, John Newton mengunjungi kota Derry, di sana dia menghadiri kebaktian di sebuah gereja.

Bertobat
Sejak saat itu, kehidupan John Newton mulai berubah.  Kini ia menyadari bahwa kasih karunia Allah bisa menyelamatkan - bahkan - 'bajingan' seperti dia! Orang lain segera melihat perbedaan itu,  ketika dia berhenti memaki dan perilakunya berubah. Meskipun perangainya telah berubah, namun Newton masih terus bekerja dalam perdagangan budak selama 6 tahun ke depan.  Ia masih buta terhadap kejahatan-kejahatan perbudakan, oleh budaya dan oleh kepentingan diri sendiri. Mungkin itu yang menyebabkan ia menulis dalam lagunya “Amazing Grace”; I once was lost, but now am found,Was blind, but now I see.


Akhirnya ia kembali ke tanah kelahirannya di Inggris, dan mulai belajar teologi. Newton mulai bertumbuh dalam iman Kristen dan belajar dari orang lain. Dia mendengarkan pengkhotbah seperti John Wesley yang mengutuk perdagangan budak dan sejak itu, sikapnya mulai berubah secara radikal.

Dia akhirnya menjadi pendeta, ditahbiskan di Gereja Inggris pada tahun 1764, melayani pertama kali sebagai pendeta di gereja Olney - Buckinghamshire dan kemudian di London. Seringkali secara blak-blakan, Newton menyatakan, “If he (someone) loves Jesus…… I will love him – whatever name he may be called by and whatever mistakes I may think he holds……his differing from me will not always prove him to be wrong!”  Itu merupakan sebuah pemikiran yang radikal saat itu.

Newton Sang Penulis Lagu
Saat tinggal di Olney, Newton mulai menulis puisi dan himne untuk mengekspresikan cintanya kepada Allah dan mendorong orang lain dalam ibadah mereka. Lalu dia  menjadi seorang penulis himne yang sangat produktif, Dia telah menjadi seorang pria yang berubah sejak perjumpaannya dengan  ‘Amazing Grace’ dari Tuhan. Seringkali dia menggunakan lirik lagu-lagunya untuk menggambarkan khotbah-khotbahnya.

William Cowper
Pada 1767 penyair William Cowper menetap di Olney, ia dan Newton menjadi teman. Cowper membantu Newton dalam pelayanan keagamaan dan tur ke tempat-tempat lain. Mereka tidak hanya mengadakan kebaktian rutin mingguan tetapi juga memulai serangkaian pertemuan doa mingguan, mereka menulis sebuah himne baru untuk setiap satu kebaktian. Bertahun-tahun kemudian, Newton menulis lagu "Amazing Grace" yang melukiskan perjalanan hidup baru-nya yang dimulai dengan suatu keajaiban saat dia lepas dari maut. "Amazing Grace" yang memaparkan kisah perjalanan spiritualnya sendiri, ditulis untuk mengilustrasikan   khotbah-nya  pada Tahun Baru pada 1773. 

Kerjasamanya dengan Cowper menghasilkan beberapa edisi Himne Olney, yang mencapai popularitas abadi. Edisi pertama, diterbitkan pada 1779, berisi 68 lagu ciptaan Cowper dan 280 oleh Newton. Lirik "Amazing Grace" juga himne Newton yang terkenal lainnya seperti “How Sweet the name of Jesus sounds” dan “Glorious things of thee are spoken” ada dalam buku itu.

Di Amerika Serikat, lagu "Amazing Grace" mulai dinyanyikan secara luas pada masa Second Great Awakening (kebangkitan gerakan Kristen di Amerika Serikat di awal abad 19). Sejak itu lagu ini telah dinyanyikan dengan memakai lebih dari 20 melodi yang berbeda. 

LiRIk
Amazing Grace (How sweet the sound)
That sav'd a wretch like me!
I once was lost, but now am found,
Was blind, but now I see.

'Twas grace that taught my heart to fear,
And grace my fears reliev'd;
How precious did that grace appear,
The hour I first believ'd!


Thro' many dangers, toils and snare,
I have already come;
'Tis grace has brought me safe thus far,
And grace will lead me home.

The Lord has promised good to me.
His word my hope secures;
He will my shield and portion be,
As long as life endures.

Yes, when this flesh and heart shall fail,
And mortal life shall cease;
I shall profess, within the vail,
A life of joy and peace.

The earth shall soon dissolve like snow,
The sun forbear to shine;
But God, who call'd me here below,
Will be for ever mine.

Newton Dan Perjuangan Menghapus Perbudakan
Setelah merenungi kesalahannya selama ini yaitu turut terlibat dalam perdagangan manusia. Newton kemudian menolak perdagangan budak. Newton tidak hanya seorang penulis himne yang produktif tetapi juga seorang jurnalis dan menulis banyak surat tentang perdagangan budak pada abad 18. Dalam khotbah dan tulisannya acapkali ia mengutuk hal itu. Dia menyatakan perdagangan budak sebagai "Tidak bahagia dan memalukan", “Bertentangan dengan perasaan manusiawi” dan sebagai  “Noda karakter nasional kita".

William Wilberforce
Newton berteman dan membimbing seorang anggota parlemen Inggris, seorang politisi muda William Wilberforce. Ia adalah keponakan dari salah seorang teman Newton. Newton mendorong dan mendukung perjuangannya yang penuh semangat dalam menghapus  perbudakan di Kerajaan Inggris. Pada 1788, ia menulis sebuah esay yang disebut “Thoughts upon the African Slave Trade” yang mendukung kampanye anti perbudakan.

Butuh waktu 20 tahun tetapi akhirnya undang-undang pertama terhadap Perdagangan Budak Trans-Atlantik disahkan pada tahun 1807. Tak lama sebelum ia meninggal pada tahun yang sama, Newton menyatakan, "Ingatanku hampir habis, tetapi saya ingat dua hal: bahwa aku seorang pendosa besar, dan bahwa Kristus adalah Juruselamat yang hebat".

Tidak ada hubungan langsung antara lagu "Amazing Grace" dan penghapusan perbudakan di Inggris. Namun demikian, himne itu ditulis oleh seorang pria yang tergerak hati untuk angkat bicara menentang sesuatu hal yang dulu menjadi lahan keuntungannya. Dalam esainya Newton berkata: "Saya berharap ini akan selalu menjadi subyek refleksi memalukan bahwa saya pernah menjadi instrumen aktif dalam bisnis di mana hati saya sekarang bergetar...." Jadi, tampaknya pantas bahwa lagu itu telah menginspirasi begitu banyak orang - termasuk mereka yang berjuang untuk hak-hak sipil - sebuah lagu kebangsaan melawan segala bentuk ketidakadilan sosial.

Pdt. Anthony L Tobing


--------------
                        http://memory.loc.gov/diglib/ihas/html/grace/grace-home.html
      

Postingan Terkait



2 komentar:

Lagu Rohani mengatakan... Balas

Kekuatan Allah Bapa bekerja didalam situ..
Saya punya Lirik lagu amazing grace dan terjemahannya

Jontar Nababan mengatakan... Balas

terimakasih atas tulisan yang menjadi renungan yang memberikan kekuatan. Saya mohon izin Bapak tulisan ini saya copy sebagai renungan untuk dibagikan.