Kalau ia muda, dianggap kurang pengalaman…
Kalau rambutnya beruban, dianggap terlalu tua…
Kalau keluarganya besar, ia beban bagi jemaat…
Kalau tidak punya anak, ia tidak bisa diteladani…
Kalau isterinya aktif, dituduh mau menonjolkan diri…
Kalau tidak…, berarti tidak mendukung pelayanan suami…
Kalau khotbahnya membaca, sangat membosankan…
Kalau luar kepala, berarti tidak mempersiapkan diri…
Kalau melanjutkan apa yang sudah ada, ia dianggap boneka…
Kalau khotbahnya banyak ilustrasi, ia kurang alkitabiah…
Kalau tidak, khotbahnya teralu sulit…
Kalau ia gagal menyenangkan hati seseorang,
berarti ia menyakiti hati jemaatnya…
Kalau berusaha menyenangkan hati semua orang,
itu berarti ia penjilat…
Kalau ia berusaha terus terang dalam kebenaran,
ia dianggap sengaja menyinggung perasaan…
Kalau tidak, berarti ia pengecut…
Kalau khotbahnya panjang, membuat orang mengantuk…
Kalau khotbahnya pendek, ia pemalas…
Ia mesti bijaksana seperti burung hantu…
Gagah berani laksana burung rajawali…
Rendah hati bak burung merpati…
Bersedia makan apa saja sepeti burung kenari…
Ia mesti seorang ekonom, politikus, pencari dana
dan penasihat perkawinan…
Ia mesti seorang Ayah yang bijaksana, sopir taksi yang ramah,
orator yang ulung dan gembala yang arif…
Ia mesti mengunjungi semua orang sakit, semua yang menikah
dan melayat semua yang mati…
Ia mesti bisa bergaul dengan anak-anak,
remaja, pemuda sampai orang jompo…
Ia mesti pandai bicara dan menulis…
Ia harus seorang pelayan yang mau merendah…
Sekaligus pemimpin yang berwibawa…
From: “The Poems for Shadow and Sunshine”
0 komentar:
Posting Komentar