Seorang Pendeta bersama seorang Penatua mempunyai janji untuk bertemu dengan salah seorang anggota jemaat di kantornya, di salah satu gedung bertingkat di pusat bisnis kota. Seperti biasa, pada jam-jam sibuk sangat sulit mencari tempat parkir.
Setelah beberapa kali berkeliling seputar blok itu tanpa hasil, terpaksa pak Pendeta memarkir mobilnya di pinggir jalan bertanda huruf P disilang alias dilarang parkir. Sebelum meninggalkan mobilnya dia menulis di secarik kertas lalu diletakkan di kaca depan. Bunyinya:
“Pak Polisi, saya seorang Pendeta yang sedang menjalani tugas untuk menemui anggota jemaat kami di kantornya di gedung seberang ini. Kami sudah beberapa kali mengelilingi blok ini tapi tidak mendapat tempat parkir. Karena waktu sangat mendesak terpaksa saya memarkir mobil di tempat ini. Karena itu, AMPUNILAH KAMI AKAN KESALAHAN KAMI…”
Sejam kemudian mereka kembali dan menemukan sobekan kertas “tilang” di kaca depan, sementara pada bagian bawah kertas yang berisi pesan pendeta tadi terdapat kalimat tambahan yang bunyinya:
“Pak Pendeta, saya polisi lalulintas yang sedang bertugas patroli. Saya sudah beberapa kali mengelilingi blok ini sambil terus merenungkan pesan anda ini. Kalau saya tidak menilang anda, selain saya bakal ditegur atasan, hal itu juga menjadi contoh yang buruk bagi orang lain. Karena itu, JANGANLAH MEMBAWA KAMI KE DALAM PENCOBAAN…”
-----------------
Pesan moral:
Keteraturan dan ketertiban memang kerap terasa pahit bagi satu-dua orang, tapi hasil akhirnya manis bagi semua orang.
Mazmur 106:3
“Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu!”
(sumber: disadur dari http://www.kadet.info)
0 komentar:
Posting Komentar